"Chapter 5"

66 3 0
                                    

Gelap, gemuruh suara angin, kendaraan berlalu lalang kesana kemari, hanya lampu-lampu redup disepanjang jalan yang ku lewati dengan taksi.

Aku berbicara kepada sopir Taksi untuk menuju di Apartemen ku sendiri.
Aku mempunyai sebuah Apartemen dari Kakek ku yang telah tiada. Apartemen itu diwariskan kepada ku.

Hujan pun membasahi tubuh ku kala malam ini menyambut isakan tangisku. Seakan sedang berduka tentang kejadian yang menimpaku hari ini.

Aku tidak mempercepat langkahku seperti lainnya yang berlarian karena hujan menyambut mereka. Seakan mereka menghindari hujan.
Tidak dengan ku, aku bahagia kala hujan turun. Karena dengan hujan turun aku dapat melihat wajah Ayah ku yang terakhir kalinya. Ketika kejadian silam lalu, hujan turun dan Ayah meninggalkan ku.

Aku meratapi nasib ku tanpa Ayah dan Bunda.
Apakah aku dapat menjalani hidup ku tanpa mereka? Bahkan menghilangkan rasa rindu ini pun sulit untuk ku lakukan. Ya Tuhan, Rain rindu semuanya. Rain ingin kembali seperti dulu. Bercanda bergurau, berkumpul dengan kalian semuanya. Iyah, Dunia seakan ikut menangisi nasib gadis mungil seperti ku.

------

Tiba-tiba Seseorang wanita menghampiri ku.
Wanita separuh baya anggun dan cantik. Memakai baju formal seperti layaknya Pengusaha kaya raya.

Itupun dapat kulihat dari tasnya yang branded dan merek terkenal, sepatu highhells nya yang mahal. Perhiasannya pun tak lupa ia kenakan.

Ia menghampiri ku memberikan ku sebuah payung dan langsung mendekap ku. Aku tak mengenalnya. Namun, seperti sangat dekat dengan dia.

"Rain kamu Rain kan....?"

Wanita itu bertanya padaku. Aku pun mengangguk sebagai pertanda iya.

"Kamu lupa sama Tante...? Tante yang memiliki sebuah perusahaan fashion. Dulu kita pernah bertemu saat kamu memimpin Rapat. Saat kakak mu Riko berhalangan. Apa kamu tidak ingat...????"

Kata Wanita itu lagi meyakinkan ku.

Rain : Aku mengenal Tante. Tante Dewi kan....???

Tante Dewi : hahahaha, kamu masih mengenal Tante. Kamu kenapa kog menangis di malam hari seperti ini, di depan Apartemen pula...?

Rain : Aku tidak apa-apa Tante. Aku hanya rindu Bunda dan Ayah.

Tante Dewi menatapku iba. Lalu dia memeluk ku dibawah payung yang ia pegang untukku.
Sungguh aku merindukan pelukan ini. Sudah lama aku tak merasakan kehangatan dan rasa nyaman seperti ini. Andai, Bunda memeluk ku.
Air mataku mengalir lebih derasnya.

Tante Dewi : Sudah, jangan menangis Tante tau perasaan mu. Anggap saja Tante Bunda mu. Kamu boleh memanggil Tante Bunda kapan pun Sayang.

Aku semakin tersentuh mendengar perkataan Tante Dewi aku sangat menginginkan itu.

Rain : Terimakasih Tante. Maksud ku Bunda. (Dengan suara ku yang gugup)

Tante Dewi : kamu mau ke Apartemen kamu...? Tante antarkan.

Rain : Terimakasih Bunda. Tapi lebih baik Bunda pulang. Rain lagi pengen sendiri.

Tante Dewi : Ohhhhh, ya sudah Tante gak nganggu kamu. Tapi jangan lupa mandi dan ganti baju seragam mu. Agar kamu tidak sakit sayang.

Rain : Baik Bunda. Terimakasih banyak.

Sungguh perkataan Tante Dewi membuat ku terharu. Dia tulus sekali aku seperti anaknya.

Tante Dewi : Kamu sekolah di SMA Bangsa Raya ya....??

Rain : Iyah Bunda ada apa...????

Tante Dewi : Bunda juga mempunyai anak laki-laki dia susah diatur. Dia juga bersekolah sama sepertimu mungkin kalian sepantaran. Namanya Bryan apa Kamu kenall...????

Rain : Maaf Bunda. Rain tidak kenal. Mungkin dia bukan anak Ipa yah bunda...???

Tante Dewi : Bryan anak Ips. Owchhh pantesan kamu tak mengenalnya. Ya udah dulu yahh. Tante pulang dada sayang.

Tante Dewi mencium kening ku. Dikala hujan itu tiba. Namun hujan itu perlahan-lahan mereda. Atau mungkin hujan itu mereda karena ada seseorang yang menghangatkan ku....??

Tante Dewi meninggalkan ku. Dengan Mobil mewahnya. Aku pun tersenyum menatap mobil Tante Dewi yang melesat pergi.

Aku pun masuk kedalam Apartemen yang ku tinggal li.
Sungguh, ini hari terpahit dan hari termanis dalam hidupku.
Aku memiliki dua Bunda.
Aku menyayangi mereka semuanya.

------

Kepingan HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang