Chapter 17

21 2 0
                                    

Ragaku lemah, Namun hatiku kuat.
Ketika saat raga ku sakit.
Mengapa engkau yang datang
Dibarisan terdepan...?

Di koridor kelas 11 lps.

Ada Stesa, dan kedua temannya. Stesa seperti cabe, sekali ngomong pedesnya minta ampun. Dia yang paling ditakuti sama cewek di SMA Bangsa Raya.

Semua Cewek lebih memilih menghindar ketimbang harus berhadapan dengan stesa.

Malasnya Rain, melihat Stesa dan kedua temannya Mela dan Bila.

Bagaimana lagi.

Langkah dari perpustakaan ke kelas 2 Ipa harus melewati kelas 2 Ips.

"Bismillah"

ucap Rain dalam hati dan membawa setumpukan buku biologi yang ia pinjam dari perpustakaan tadi.

"Ssssstttt, noh liat noh mangsa kita dateng Si cupu lagi bawa buku liat aja bakal gue kerjain."

Ucap Stesa dengan senangnya melihat Rain, seperti melihat mangsanya.

Rain dengan langkahnya melewati gerombolan ketiga gadis cabe itu. Namun, saat langkahnya ada didepan stesa.

"gubrakkkkkkkkkkkk....."

"Awwwwwwwwwww."

Rain terjatuh kaki lututnya berdarah karena benturan dengan lantai yang sangat keras dikoridor.

Buku-nya entah kemana.

"Hahahahahahahahaha..."

Tawa ketiga gadis cabe itu.

"Aduchhh, sakit..?? Mau dibantuin gak...?"

Tangan Stesa mengulurkan pada Rain.

"Upsssss, tangan gue ntar ketularan kotor dan kena bakteri cupu lagi...! Makanya Lo jadi orang jangan mau urusan sama gue"

ucap Stesa pergi.

Dan berbalik lagi.

"Ow gue lupa, ada yang ketinggalan girl bentar yah"

Stesa menghampiri buku-buku Rain yang terjatuh dan mengambilnya.

"Loh Stesa, kog lo ambilin bukunya buat dia sih...?"

Ucap Mela.

"Nihhh buku Lo cupu. Anggap aja ini rasa baik hati gue"

Stesa melemparkan buku itu tepat didepan hadapan Rain. Dan kakinya menginjak injak buku itu.

"Udah yuk girl, kita cabut."

Ucap Stesa pergi.

"Stesa, Lo tuh keterlaluan. Lo boleh perlakuin gue apapun tapi liat nanti perusahaan Ayah Lo bakalan Ancur, saat gue udah muak sama lo. Oke gue ikutin cara maen lo."

Ucap Rain dengan tetesan air matanya. Dia mencoba tegar.

Dia berdiri dengan kaki tertatih-tatih, karena kakinya berdarah. Rok abu-abu selututnya terkena darah.

Gadis itu berjalan tertatih-tatih sambil mengambil buku yang kotor dan usang. Padahal Rain sudah mati-matian ngerjain dan catat itu tugas.

Tapi Stesa dengan senang hati menginjak-injak buku Rain.

Disisi lain, dibelakang Rain yang membereskan bukunya. Angkasa melihatnya saat ia hendak masuk ke kelas.

Angkasa panik dengan kaki Rain yang bercucuran darah dan berjalan tertatih-tatih sambil menangis mengambil bukunya.

Angkasa berlari menghampiri Rain.

"Rain, Lo kenapa...? Lutut lo berdarah, sini biar gue obatin ayok ke uks."

Tiba-tiba Angkasa dengan cepat dan sigapnya mengendong Rain menuju UKS.

Angkasa tak peduli tentang marahnya Rain. Saat ini yang ia pikirkan luka gadis itu harus diobati.

-------

Revan dan Bryan kini berada dilapangan basket bermain bola basket hanya berdua.

"Jhahahaha Lo kalah Lo harus traktir gue makan dikantin"

ucap Revan

"Makanan muluk Lo, ogah gue traktir lo makan lo banyak, tapi gak gendut-gendut."

Ucap Bryan dengan ngos-ngosan

"Hufffttt cape banget" ucap Revan.

Bryan dan Revan duduk dilapangan basket dengan keringat yang bercucuran karena kelelahan bermain basket.

"Kak,,,,"

ucap orang berlari menghampiri mereka.

"Kakkkkkk,"

ucap adik kelas itu ngos-ngosan.

"Ada apa...?manggil kita...?"

Ucap Bryan.

"Kak, kalian kakaknya Kak Rain kan...? Kak Rain abis jatoh dia dibawa ke UKS sama Kak Angkasa."

Ucap adik kelas itu.

"Apaa...? Kog bisa...?"

Ucap Revan panik dan langsung berlari

"Makasih yah dek."

Ucap Bryan dan berlari, mengikuti Revan.

-------

Kepingan HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang