Berpisah

406 32 15
                                    


Chaerin p.o.v

Hatiku masih berdenyut sedari kemarin. Berdenyut merasakan sakit. Mungkin saja aku salah paham pada oppa. Tapi bayangan itu tetap saja membuatku merasakan sakit. Telfon oppa tak ku angkat, pesan oppa tak ku balas. Bukan karena aku marah atau apa. Aku tau pasti oppa tak melakukan hal yg aneh aneh. Tapi tetap saja rasanya sakit. Aku hanya ingin meredakan rasa sakit ini.

Pagi ini kulihat koran di pinggiran jalan sudah memuat berita oppa dan Dara unnie. Aku pun hanya mampu menatapnya dalam diam, memang aku bisa apa? Marah? Pada siapa? Untuk apa? Sedangkan aku tau marah pun tiada guna. Aku hanyalah manusia biasa yg tak kaya maupun terkenal di antara milyaran manusia yg hidup di bumi. Jadi aku pun takkan bisa melakukan apapun. Selain diam, dan menahan amarah, menahan rasa kecewa, juga sakit di hati ini.

Aku sadar, aku bukanlah siapa siapa. Jadi aku tak berhak menuntut apapun atau marah kepada siapapun. Ku pejamkan mataku saat melihat koran yg memuat berita oppa kembali terlihat di depan mataku. Aku harus sabar. Ini hanya permulaan Chaerin. Masih akan ada banyak halangan jika kau masih ingin bersama Oppa. Tapi satu yg terlintas di benakku.

'Apa aku cukup kuat?'

Drrrttt drrrrttt

Ku raih ponselku dalam tas, kulihat nama eomma tertera di sana. Eomma yg kurindukan. Eommaku. Dengan cepat aku mengangkat telfon dari eomma.

"Yeoboseyo eomma"

"Chaerin.. Sayang.." suara eomma terdengar sedih. Eomma kenapa?

"Wae eomma? Ada apa? Kenapa suara eomma terdengar sedih? Katakan padaku.."

"Chae.. Appamu.. Hiks.. Appa"

"Appa kenapa eomma?"

"Appa terkena stroke sayang..hiks hiks.."

"Astaga.. Chae akan kesana sekarang eomma.."

"Iya.. Hati hati sayang.." Ku tutup ponselku dan langsung saja aku menuju halte bis terdekat dan pergi pulang ke rumah. Rumah yg selama dua tahun ini ku tinggalkan. Aku menghirup nafas dalam dalam lalu ku hembuskan perlahan. Ku ulangi hal itu sebanyak tujuh kali. Hingga hatiku jauh lebih tenang. Dan tak lama bis yg ku tunggu pun datang.

Bagaimana keadaan rumah sekarang ya? Apakah appa masih seperti dulu? Atau beliau sudah berubah? Aku merindukan eomma.. Dan juga appa.. Yg dulu. Appa yg dulu menyayangiku dengan teramat sangat saat aku masih kecil. Appa yg dengan setia menemaniku berputar putar di taman dekat rumah. Appa yg selalu menemaniku belajar saat malam. Tapi semuanya berubah ketika appa di PHK oleh perusahaan yg memperkerjakannya. Dan semua kebahagiaan itu berubah jadi seperti awal kehancuran. Appa tidak lagi memedulikan eomma atau diriku. Yg di pikirkan appa hanyalah uang dan uang. Dan itu sungguh menyiksa diriku yg tidak bisa melakukan apapun.

Aku rindu.. Keluargaku yg dulu..
Yg bahagia dan senantiasa mendukungku..

Aku rindu.. Keluargaku yg dulu..
Yg setiap saat mengayomiku..

Aku rindu.. Keluargaku yg dulu..
Yg penuh cinta dan kasih sayang padaku..


🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Jiyong p.o.v

Astaga hunh.. Kau dimana? Kau tak mengangkat telfonku.. Tak membalas pesanku.. Kau dimana? Aku harus bagaimana?

"Jiyong.. Ini apa?" aku menoleh malas ke YG appa.

"Berita tentang aku dan Dara lagi?" tebakku.

"Bukan.. Tapi yg ini.. Ada foto fotomu yg beredar bersama seorang gadis berambut silver. Lihatlah.. Banyak dragons n shippermu yg berkomentar di laman ini.. Mereka malah menuduh gadis itu yg tidak tidak.. Dia siapa?" Aku terkesiap mendengar Ucapan YG appa. Dengan segera kuraih ipod YG appa. Dan hatiku mencelos melihat komentar yg ada disana. Dimana komentar komentar itu begitu pedas akan kebersamaanku dengan Chaerin. Bahkan ada yg berkomentar bahwa Chaerin is a b*tch. Astaga.. Yg ku takutkan pun terjadi.. Chaerin di kecam bahkan sebelum dunia tau bahwa dia kekasihku.

Destiny (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang