Renungan

386 35 9
                                    

Jiyong p.o.v

Chaerin :

Mari kita Berpisah.. Oppa

Pesan Chat itu seketika membuat hatiku ambyar tak berbentuk. Dia, Chaerin.. Memutuskanku seperti ini? Kenapa? Ada apa? Apa karena kesalah pahaman yg kemarin? Atau karena komentar para netizen? Atau hal yg lainnya. Aku ingin membalas pesan Chaerin. Menanyakan segala pertanyaan yg sudah mengantri di otakku. Tapi, mengetik huruf A saja rasanya aku sudah tak sanggup. Badanku terasa lemas, mataku serasa panas. Aku masuk ke dalam rumah dengan jalan terhuyung huyung. Aku tidak mabuk. Hanya saja kepalaku serasa seperti di hantam ribuan batu.

"Jiyong.. Sayang.. Kau kenapa?" Aku mengabaikan pertanyaan eomma dan tetap berjalan ke lantai dua, dimana kamarku berada. Ku banting pintu kamarku. Dan aku terduduk lemas dengan bersandarkan pintu.

Hunh..
Wae?
Kenapa kau melakukan ini padaku?
Apa aku telah melakukan kesalahan kepadamu?
Kenapa kau malah membuat keputusan sepihak?
Apakah kau mundur karena ini?
Ataukah ada hal yg lainnya?
Aku bahkan tidak tau.

Tubuhku terasa semakin lemas, ku baringkan tubuhku di lantai. Ku rengkuh kakiku. Dan ku panggil nama dirinya dari hatiku.

'Hunh-Chae.. Aku merindukanmu..'


🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Author p.o.v

"Mulai sekarang.. Kamu tinggal disini saja ya sayang?" pinta eomma sembari mengusap pergelangan tangan appa.

"Ya Chae.. Tinggal disini bersama kami.. Appa minta maaf karena appa pernah melakukan hal yg tidak baik kepadamu.. Tapi disisa hidup appa.. Appa ingin berada di dekatmu nak.. Appa sungguh menyesal.." Chaerin tersenyum tipis mendengar permintaan maaf dari sang appa. Iapun menggenggam tangan appanya yg sudah mulai keriput itu. Lalu di kecupnya dengan sayang.

"Gwaenchana appa.. Yg penting appa sudah sadar.. Jika memang itu kemauan appa dan eomma.. Tentu saja Chae akan tinggal disini dengan senang hati.." lirih Chaerin dengan senyuman tipis di bibirnya.

'Hunh-Chae... Aku merindukanmu'

Chaerin merasa Jiyong memanggilnya. Hatinya tak bisa berbohong. Ia senang keluarganya kembali utuh. Tapi, hatinya merasa sedih, ia bisa merasakan bahwa Jiyong membutuhkannya saat ini.

'Oppa.. Mianhaeyo..' batin Chaerin sembari memejamkan matanya.

"Chae.. Apa selama di kota kau punya pacar?" Chaerin terkejut mendengar perkataan appanya.

"Nde? Ahh.. Aku punya appa.. Tapi baru saja aku memutuskannya.." Terang Chaerin dengan mata yg terlihat sayu.

"Wae Chae? Apa dia jahat padamu?" sekarang giliran sang eomma yg penasaran.

"Aniya eomma.. Dia sangat baik padaku.. Dia menyayangiku.."

"Jadi.. Apa yg membuatmu merasa perlu untuk putus dengannya? Karena keluarganya? Atau karena kau ada yg lainnya?"

"Eoh.. Tentu tidak appa.. Keluarganya sangat menyayangiku.. Mereka bahkan menganggapku sebagai putri keluarga mereka.."

"Lalu kenapa kau memutuskannya Chae? Jika dia pria yg baik, keluarganya mendukung kalian.. Apa penyebab kalian putus?" Chaerin terdiam. Ia enggan menjawab pertanyaan sang appa.

"Jangan bilang karena kau merasa jadi beban untuknya karena kondisi keluarga kita Chae.." Mata kucing Chaerin reflek menatap appanya saat kalimat itu keluar dari mulut sang appa.

"Bagaimana appa tau?"

"Appa tau.. Appa membuat hidupmu menjadi berat.. Dan untuk itu.. Maafkan appa.. Tapi sayang.. Sebuah hubungan itu harus saling mendukung, saling percaya, saling menguatkan, saling sayang, juga harus setia.. Hubungan yg kau jalani bukanlah milikmu sendiri.. Tapi itu juga milik kekasihmu.. Kau tak bisa membesarkan egomu dan hanya memikirkan satu pihak saja.. Karena kau tak sendiri.. Kau bersamanya.." terang Mr. Lee membuat Chaerin seketika terdiam.

Destiny (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang