Ethan dan Rara saling menatap satu sama lain dalam diam. Setelah sekian lama, akhirnya Rara bertemu dan menatap Ethan secara langsung.
Bayi kembarnya telah dibawa perawat keluar dari ruangan tersebut. Sekarang hanya ada Rara dan Ethan di dalam ruangan tersebut. Ethan mengatakan kepada keluarga Gio bahwa dirinya dan Rara sudah saling mengenal satu sama lain sejak dulu.
Ayah Gio, Ares, yang melihat cara Rara dan Ethan menatap satu sama lain akhirnya meminta keluarganya untuk memberikan waktu kepada Ethan dan Rara untuk berbicara secara empat mata.
Akhirnya Ethan angkat bicara, mengakhiri keheningan yang ada di antara mereka berdua. "Bagaimana pernikahanmu dengan Gio? Sudah berapa lama kalian menikah?"
Rara tersenyum pahit. "Baik-baik saja, dan sudah hampir setahun. Gimana kabar Kakak?"
"Lebih baik karena aku sudah bertemu kamu, meskipun kenyataannya kamu sudah punya suami," kata Ethan sambil tersenyum sedih.
"Apa Kakak sudah punya pasangan?" tanya Rara pelan.
Ethan tertawa pelan. "Apa aku terlihat seperti seseorang yang punya pasangan?"
Rara cemberut. "Mana aku tau, Kak. Kita kan sudah lama nggak ketemu. Apalagi Kakak tinggal di London. Jauh banget dari sini, Kak."
Ethan menghela napas berat. "Ya, cukup jauh dan cukup lama sampai kamu pun sudah punya anak, kan?" tanyanya getir.
Rara meluapkan segala emosinya kepada pria bermata biru dihadapannya. Matanya menatap Ethan dengan tajam. "Kakak yang dulu ninggalin aku! Kakak nggak ngasih tau aku kalo Kakak bakal pergi ke London. Sedangkan aku kayak orang bodoh karena terus-terusan nanya ke keluarga Kakak tentang hilangnya Kakak! Aku berbulan-bulan sedih karena Kakak pergi. Aku bahkan mau datengin Kakak ke London saat itu, tapi aku sadar kalau pergi ke London memerlukan biaya yang nggak sedikit."
Ethan menatap Rara sendu. "Aku tau kalo permintaan maaf nggak akan mengubah masa lalu. But for what it's worth, I'm sorry for the hurt," ucapnya penuh sesal.
Rara membalikkan tubuhnya, membelakangi Ethan yang sedang menatapnya sedih. "Maaf, Kak. Aku butuh istirahat. Aku...aku nggak bisa membicarakan masalah itu sekarang."
Ethan menghela napas berat. "Baiklah. Aku cuma mau ngucapin selamat atas kelahiran anak kamu, Haura. Semoga kamu selalu bahagia," ucapnya tulus.
'Meskipun bukan aku yang membahagiakan kamu, Haura,' batinnya sambil menatap punggung Rara, dan berjalan keluar dari ruangan tersebut.
Rara tersenyum getir saat mendengar panggilan Ethan kepadanya. Dulu, dia sangat senang apabila mendengar panggilan tersebut. Bahkan ia melarang orang lain untuk memanggilnya Haura, karena baginya hanya ada satu orang yang boleh memanggilnya dengan nama itu.
Namun saat orang itu pergi tanpa berkata apapun kepadanya, Rara hanya bisa mencoba melupakan semua hal-hal kecil yang pernah ia lakukan bersama orang tersebut.
Dan sekarang, dia akhirnya bertemu dengan orang itu, yaitu Ethan, namun dalam situasi yang berbeda. Dulu dia hanyalah seorang gadis yang memimpikan hal-hal indah di dalam hidupnya dan bisa melakukan apapun yang dia suka, dan sekarang ia adalah seorang istri dan juga seorang ibu yang memiliki tanggung jawab yang tentunya tidak mudah.
Waktu mengubah segalanya. Termasuk dirinya.
Seseorang menepuk bahu Rara pelan. Suara orang tersebut membuyarkan lamunan Rara "Rara? Kamu mau istirahat?"
Rara menoleh, menatap kearah suaminya. "Iya, Mas," sahutnya pelan.
Gio mengelus pelan kepala Rara. "Kamu sama kakak kamu dulu, ya? Aku mau pulang ke rumah sebentar, nanti aku balik kesini lagi."
Rara hanya mengangguk, dan Gio pun keluar dari ruangan itu, sehingga hanya ada Rara dan Elin di dalam.
"Ra, kalau kamu perlu sesuatu, bilang aja, ya?" kata Elin sambil membenarkan selimut Rara.
Rara membalasnya dengan anggukan, dan Elin pun duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.
Rara membelakangi kakaknya dan memejamkan matanya. Dia kembali mengingat ulang tahunnya yang ke-10, tepatnya pada tujuh tahun yang lalu.
-----------
Flashback
Rara menatap senang kearah seorang pria berumur 18 tahun yang membawa sebuah kado. "Kak Ethan!" serunya gembira.
Mata biru pria tersebut menatap geli kearah gadis kecil tersebut. "Hai, Haura."
Rara berlari kearah Ethan dan memeluknya. Ethan tertawa geli dengan tingkah Rara. Mereka memang baru mengenal sejak tiga bulan yang lalu, tapi mereka merasa seperti telah mengenal satu sama lain selama bertahun-tahun.
Rara melepaskan pelukannya dan menerima kado yang diberikan Ethan. "Kamu hari ini kemana? Kan hari ini hari ulang tahun kamu," tanya Ethan sambil mengelus kepala Rara.
Rara menggeleng. "Nggak tau, Kak. Hari ini semuanya pergi. Bunda Sarah sama Ayah Hanif ada urusan, terus Kak Arga lagi kerja kelompok di rumah temannya. Aku cuma sama Bi Rina di rumah. Katanya nanti makan malam aja ngerayain ulang tahun aku," katanya kecewa.
"Gimana kalo kita pergi ke mall? Kamu boleh ngelakuin apa aja hari ini. Kakak bakal nurutin semua permintaan kamu. Gimana?" tawar Ethan sambil tersenyum lembut.
Rara tersenyum senang. "Beneran, Kak?" tanyanya antusias.
Ethan mengangguk, sehingga Rara menjerit senang dan kembali memeluk Ethan.
Ethan mengajak Rara bermain sepuasnya di sebuah pusat hiburan di mall, lalu membelikan semua makanan yang diinginkan Rara.
Rara merasa sangat bahagia dengan perhatian Ethan. Bahkan Elin, kakak kandungnya sendiri, tidak memanjakan Rara seperti Ethan memanjakannya. Ethan sering membantunya, bahkan Ethan terkadang harus membatalkan janjinya dengan temannya saat Rara sedang memerlukannya.
Ethan bahkan sering mendengarkan cerita Rara dengan sabar. Terkadang Rara bercerita tentang temannya, ataupun tentang seseorang yang disukainya.
Dan pada hari ulang tahun Rara yang ke-10, Ethan rela menemani Rara seharian, meskipun Rara tahu kalau Ethan baru saja kembali dari Jakarta saat itu. Ethan merelakan waktu istirahatnya hanya untuk menemani dirinya. Bahkan Ethan juga menerima ajakan adik dari ibu Rara untuk makan malam bersama keluarga mereka.
-----------
Gio menatap foto kedua anaknya yang baru saja ia ambil sesaat setelah mereka lahir. Hatinya menghangat saat mengingat bahwa ia telah menjadi seorang ayah.
Tiba-tiba, ada pesan masuk dari Mira. Katakan saja dirinya bodoh, tapi ia belum melepaskan Mira sepenunhnya meskipun Mira sudah menikah. Dan begitu juga dirinya.
Mira memang sempat berkata untuk menjaga jarak dan dirinya pun setuju. Namun, entah kenapa takdir mempermainkan mereka, sehingga mereka sering bertemu tanpa sengaja.
Dan akhirnya, mereka tak bisa menahan diri satu sama lain, sehingga mereka kembali bertemu dan jalan-jalan bersama seperti yang mereka lakukan dulu.
Namira: Jadi ketemuan malam ini?
Gio menghela napas dan teringat bahwa istrinya yang baru saja melahirkan masih berada di rumah sakit. Gio menyadari yang mana yang seharusnya menjadi prioritasnya sekarang.
Gio: Maaf. Aku nggak bisa malam ini.
Setelah membalas pesan Mira, Gio berangkat ke rumah sakit untuk menjaga Rara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Never Forget You [2]
RomanceBahkan setelah anak-anak mereka lahir, Gio masih menemui Mira dan Rara mengetahuinya. Rara semakin ragu untuk mempertahankan pernikahan mereka, terlebih seseorang dari masa lalunya kembali ke hidupnya, dan membuat hatinya selalu bertanya-tanya. Siap...