Part 15

1.5K 94 4
                                    

Gio termenung sesaat setelah Ethan masuk ke dalam ICU untuk menemui Rara.

Gio sebenarnya ingin sekali menemui Rara, namun karena rasa bersalahnya kepad Rara, ia merasa tak siap untuk menemui Rara.

Gio merasa bodoh sekarang. Beberapa saat yang lalu, ia sangat ingin bertemu Rara dalam keadaan sadar. Namun saat istrinya telah sadar, ia malah merasa tak siap untuk berbicara dengan Rara.

Elin pun ikut terkejut ketika Gio menyuruh Ethan untuk menemui Rara terlebih dahulu.

"Kenapa kamu nyuruh Ethan masuk duluan?"

Gio yang sedang duduk pun mendongak dan menatap Elin dengan senyum getir. "Aku.....belum siap."

Elin merasa semakin heran sekarang. "Hah? Kenapa gitu? Kamu ngerasa bersalah karna kamu ngerasa nggak bisa jaga dia? Ini bukan salah kamu sama sekali."

Gio mengusap wajahnya. "Bukan gitu," sahutnya.

"Terus apa?"

Gio hanya membalasnya dengan senyuman pahit.

--------

Rara yang masih terbaring lemah pun terkejut saat melihat siapa yang memasuki ruangannya. Ia mengerjapkan matanya. "Kakak ngapain disini?" tanyanya bingung.

Ethan tersenyum geli dan duduk di samping Rara. "Nggak boleh emangnya?" tanyanya balik.

Rara menggeleng lemah. "Bukannya gitu. Tapi aku kira Kakak ada di London."

Ethan tersenyum tipis dan mengelus pelan kepala Rara. "Aku turut berduka cita, Ra. Gio yang ngasih tau aku kalo ayah kamu meninggal. Makanya aku kesini."

Rara menatapnya terkejut. "Beneran?"

"Beneran," sahut Ethan sambil mengangguk. "Dia bahkan ngebiarin aku masuk duluan kesini."

Rara terdiam sesaat, sebelum akhirnya kembali membuka mulutnya. "Dia ada di luar?" tanyanya pelan. Ethan pun kembali mengangguk.

"Lain kali jangan ceroboh, Ra. Untung aku sempet masuk ke dalam rumah kamu. Kalo nggak? Suami sama anak-anakmu bisa nangis, Ra," kata Ethan dengan kesal. Dia merasa sesak saat melihat orang yang masih dicintainya itu terbaring tak sadarkan diri di dalam rumah yang terbakar tersebut.

Rara hanya bisa meringis pelan saat mendengar perkataan Ethan. Andai saja pria itu tahu apa yang sebenarnya dia coba lakukan, mungkin Ethan tak akan pernah memaafkannya. "Tapi sodara aku semuanya baik-baik aja kan, Kak?" tanyanya cemas.

Ethan mengangguk. "Mereka baik-baik aja, kok. Kamu masih ngerasa sakit?"

Rara menggeleng pelan. "Nggak juga. Cuma agak pusing," sahutnya.

"Kamu mau istirahat dulu? Tidur dulu, mungkin?"

"Temenin aku bentar ya, Kak. Aku butuh teman ngobrol."

Ethan menghela napas dan mengangguk, tanda bahwa ia menuruti permintaan Rara. "Tapi kalo kamu pengen tidur, bilang, ya?"

Rara mengangguk, membalas perkataan Ethan. "Gimana kabar Kakak belakangan ini?" tanyanya.

"Baik, kok. Kamu gimana? Gio baik, kan, sama kamu?"

Rara terdiam sesaat. Ethan pun mengerutkan keningnya. "Kamu kenapa, Haura? Ada masalah? Cerita sama aku."

Rara tersenyum tipis. "Mas Gio baik sama aku. Tapi aku penasaran, gimana ya kalo aku ketemu Kakak sebelum aku dijodohin sama Mas Gio?"

Kali ini giliran Ethan yang terdiam. Mengapa tiba-tiba Rara membahas ini dengannya? Ia menyesal telah menikah dengan Gio, atau bagaimana?

Never Forget You [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang