Part 3

3.2K 213 10
                                    

Sekarang Rara dan Ethan duduk di ruang tamu rumah keluarga Gio bersama si kembar. Rara telah menyuruh pengasuh si kembar untuk meninggalkan mereka.

Ethan memangku Adrian dan bermain bersama bayi tersebut. Sedangkan Rara yang memangku Adriana hanya memandang nanar kearah Ethan.

Rara berdeham dan memulai pembicaraan. "Kenapa Kakak kesini?" tanya Rara. Ethan mendongak dan matanya bertemu dengan mata coklat gelap yang memandangnya bingung. Ethan memang pernah datang kerumah ini beberapa kali, namun itupun karena keluarga Gio mengadakan acara dan Carmel mengundang Ethan karena ternyata ibu Ethan merupakan sahabat Carmel dan Ares semasa kuliah.

Namun, Gio dan Ethan malah saling mengenal satu sama lain dalam keadaan yang kurang baik.

Ethan menghela napas berat dan tersenyum lelah. "Aku mau bicara sama kamu, Haura. Tolong kasih aku kesempatan buat ngejelasin kepergianku 5 tahun yang lalu," mohon Ethan sambil menarik tangan kiri Rara dan menggenggamnya.

Rara tersenyum sedih. "Apa itu penting sekarang?"

"Tentu saja, Ra. Meskipun penjelasanku nggak akan mengubah keadaan kamu yang sekarang, tapi setidaknya kamu mendengarnya langsung dari aku dan nggak ada kesalahpahaman lagi di antara kita. Dan mungkin kita bisa menjadi kakak-adik seperti dulu, bila kamu menginginkannya," kata Ethan serius. Ethan memaksakan diri untuk memunculkan senyum tulus di bibirnya.

Entah kenapa hati Rara terasa tercubit saat mendengar perkataan Ethan. Namun ia menggeleng untuk menepis rasa itu. "Kenapa baru sekarang, Kak?"

"Karena aku baru menyadarinya, meskipun semuanya mungkin sudah terlambat sekarang. Tapi aku berhutang penjelasan sama kamu, Haura," ungkap Ethan.

Rara menghela napas berat. "Apa ini tujuan Kakak ke Indonesia?"

"Salah satunya."

Rara mengangguk, memberikan persetujuannya. "Aku mau dengerin penjelasan Kakak. Tapi lebih baik kita bicara di tempat lain, Kak."

"Sekarang?" tanya Ethan. Rara menggeleng dan matanya menatap kedua anaknya.

Ethan mengangguk mengerti. "Kita bisa ajak mereka, Ra. Aku bakal bantuin kamu buat jagain mereka."

Rara terperangah sesaat. "Tapi...aku nggak..."

"Tenang aja. Nggak bakal ngerepotin, kok. Aku senang kalo mereka ikut," kata Ethan sambil tersenyum.

Rara terdiam dan menatap mata Ethan sesaat, sebelum akhirnya ia mengangguk. "Ya udah. Aku ganti baju dulu, Kak."

--------

Ethan membawa Rara ke sebuah restoran yang jauh dari rumah Gio. Ethan dan Rara duduk berhadapan sambil menunggu pesanan mereka datang. Sedangkan si kembar tertidur di kereta bayi.

Ethan sengaja memilih tempat yang jauh dari keramaian agar tak ada yang menguping pembicaraan mereka.

"Jadi, aku mau jelasin semuanya, Ra," kata Ethan memulai pembicaraan.

Rara mengangguk. "Go on."

Ethan menghela napas. "Aku dulu pergi ke London karena aku ngeliat kamu pelukan sama Radit."

Rara terbelalak. "Hah!?" pekiknya. Radit adalah teman sekelasnya saat bersekolah di Palembang. Dia memang menyukai lelaki itu dulu.

Ethan melemparkan tatapan peringatan kepada Rara, sehingga Rara pun bungkam. "Aku pikir kamu sudah bahagia saat itu, dan kamu...nggak akan memerlukan aku lagi. Dan kebetulan karena aku baru lulus kuliah saat itu, aku mau melanjutkan S-2 ke luar negeri. Meskipun aku harus menundanya selama setahun karena aku harus membantu ayahku untuk mengurus perusahaan."

Rara mengerutkan keningnya. "Kenapa Kakak nggak akur dengan Gio?" tanyanya.

Ethan terkejut. "Kamu..."

"Aku ngeliat tatapan dingin kalian setiap kali ketemu," potong Rara.

Ethan memejamkan matanya sebentar, lalu menatap mata Rara. "Aku dan Gio melanjutkan kuliah di universitas yang sama, di Princeton. Tapi masalahnya, Gio marah karena aku mematahkan hati sepupunya, sedangkan aku marah karena Gio mendekati teman dekatku. Gio dulu memiliki reputasi yang...well.."

Rara mengangguk mengerti. "Aku tau reputasi Gio, Kak. Jadi...pertengkaran kalian gara-gara masalah cewek?"

Ethan mengedikkan bahunya. "Bisa dibilang begitu. Meskipun nggak seperti yang orang pikirin," sahutnya.

"Aku dulu memang suka sama Radit. Tapi setelah kita makin dekat..." Rara menggigit bibirnya pelan. "Tapi Kakak malah pergi ke London, dan aku bingung karena Kakak nggak bilang apa-apa sebelum pergi. Aku nyari Kakak ke rumah keluarga Kakak, dan mereka bilang Kakak pergi ke London. Kakak nggak tau betapa sedihnya aku saat itu. Dan baru sekarang Kakak menemui aku."

"Maafkan aku, Ra. Aku dulu salah paham. Aku baru aja bisa menemui kamu karena setelah aku selesai kuliah di Princeton, aku harus kembali ke London untuk meneruskan perusahaan keluargaku. Baru sekarang aku memiliki kesempatan ke Indonesia karena aku ada urusan bisnis disini. Seharusnya sepupuku yang kesini, tapi aku memintanya agar aku yang menggantikannya. Aku ingin menemui kamu karena aku pikir aku bisa meminta kesempatan kedua kepada kamu, tapi..." Ethan tersenyum pahit. "Sekarang aku nggak mungkin meminta kesempatan seperti itu lagi kepada kamu, Haura. Dan aku hanya ingin memperbaiki hubungan kita. Meskipun sebenarnya bukan ini yang aku mau."

Rara mengerjapkan matanya. "Kakak...benar-benar suka sama aku?" tanyanya.

Ethan tersenyum tipis. "That's an understatement. I don't like you. I love you, Haura," jawabnya tegas.

"Tapi...sekarang..."

Ethan menghela napas berat. "Aku tau, Haura. Sekarang aku ingin menjadi kakak kamu, dan bila pernyataan aku menganggu kamu, anggap aja aku nggak pernah mengatakannya. Aku hanya ingin melihat kamu bahagia, Ra. Meskipun itu harus dengan lelaki lain."

Rara mengangguk lelah. "Ya, aku memiliki Gio," gumamnya.

"Ya, aku tau, Haura," sahut Ethan sambil tersenyum pahit.

Ada keheningan yang canggung di antara mereka sebentar, namun akhirnya Ethan kembali berbicara.

"Jadi, kamu mau kan kalo kita berbaikan seperti dulu lagi?" pinta Ethan.

Rara menatap Ethan lekat, dan akhirnya mengangguk. "Iya, Kak."

Ethan menghela napas lega dan tersenyum. "Terima kasih, Haura."

--------

Saat hari sudah sore, Rara telah sampai di rumah keluarga Gio. Ethan membantunya menggendong si kembar menuju ruang tamu, lalu pergi karena ada urusan lain.

Saat sedang bermain dengan si kembar, tiba-tiba seseorang datang. Rara menoleh ke arah pintu dan mendapati suaminya berdiri disana dengan wajah kusut.

"Kita ke kamar!" perintah Gio kepada Rara. Rara mengangguk dan menyuruh pengasuh untuk menjaga si kembar.

Rara menyusul Gio yang sudah terlebih dahulu ke kamar. Saat Rara sudah masuk ke kamar, Gio langsung menutup pintunya.

Mata hijau Gio menatap tajam ke arah Rara. "Kamu jalan sama Ethan?"

Rara mengangguk, menjawab pertanyaan Gio. "Aku...iya. Aku jalan sama Kak Ethan."

"Kenapa kamu nggak bilang sama aku?"

"Aku udah bilang, kok." Rara memang telah mengatakan kalau ia akan pergi kepada Gio sebelum berangkat bersama Ethan.

"Tapi kamu nggak bilang kalo kamu jalan sama dia! Apa kata orang kalo kamu jalan sama dia?! Kamu itu istriku, Rara!"

Rara mendengus. "Astaga, kamu kenapa sih, Mas?! Kak Ethan itu udah kayak kakak aku sendiri! Kakak jalan sama Mira aja aku nggak pernah ngelarang!"

Gio menatap Rara dengan emosi. "Apa kamu bilang tadi?"

Rara menggeleng. "Udahlah, Mas. Aku capek bertengkar kayak gini. Kayaknya nggak pernah ada kepercayaan di antara kita," katanya lelah, dan keluar dari kamar untuk mendatangi si kembar, meninggalkan Gio yang terdiam setelah mendengar perkataan Rara.

Never Forget You [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang