Epilogue

2.1K 75 2
                                    

"Kak Ethan, selamat ya. Akhirnya ada temen tidur," kata Rara dengan jahil kepada mempelai pria yang sedang berdiri di hadapannya.

Ethan membalasnya dengan cubitan di pipi. "Ngeselin kamu, yaaaaa," katanya kesal.

"Eits, main cubit-cubit aja. Istri gue, nih," sebuah suara menginterupsi mereka.

"Siapa juga yang bilang istri gue," sahut Ethan cuek, sehingga dibalas Gio dengan meninju pelan lengan Ethan.

Ethan menatap Rara. "Oh iya. Selamat juga, Ra. Kamu baru wisuda, kan? Maaf ya nggak dateng. Aku pengen dateng, tapi deket sama acara nikahan aku. Terus aku pikir kamu juga bakal datang kesini."

Rara tersenyum. "Makasih, Kak. Nggak papa, kok," sahutnya.

Beberapa bulan setelah kejadian kebakaran itu, Rara memang memutuskan untuk mendaftarkan dirinya di salah satu universitas. Rara mengambil jurusan akuntansi, dan seminggu yang lalu merupakan acara wisudanya.

"Eh, cakep juga istri lo, ya. Meskipun Rara nomor satu di hatiku," kata Gio dramatis.

"Apaan sih, bercanda mulu," sahut Rara kesal.

"Kamu minta seriusin? Emang aku kurang serius apa sama kamu, Ra? Nikahin udah, hamilin juga udah."

Rara menghadiahi suaminya pukulan di lengan karena perkataan Gio tadi. Rara melotot. "Heh, kamu ya, Mas," katanya galak.

Ethan berlagak muntah. "Muntah gue nih. Muntah. Sengaja bener anak lo ditinggal, ya. Biar pacaran," cibirnya.

Si kembar memang ditinggal bersama orang tua Gio. Kata Gio, mereka juga tidak lama disini sehingga lebih baik anak-anaknya tetap di Jakarta.

Gio terkekeh dan mengecup kening istrinya, kemudian berpaling kepada Ethan. "Kenalin kita ke istri lo, dong."

Ethan mengangguk dan mengajak sepasang suami istri itu untuk menemui wanita yang baru saja dinikahinya. Wanita itu bernama Grace.

"Hi. Congratulations on your wedding," kata Gio menyalami Grace. Grace tersenyum dan mengucapkan terima kasih, lalu beralih ke Rara.

Setelah berbincang sebentar, Gio dan Rara memisahkan diri dari kedua mempelai, dan malah bertemu sepupu dari mempelai pria.

"Wah, Freya. Katanya kamu baru melahirkan, ya? Bagaimana kabarmu?" sapa Gio kepada Freya yang sedang menggandeng lengan seorang pria. Rara dan Gio membungkuk pada kedua orang itu. Tentu saja Gio tahu siapa pria itu.

Lebih tepatnya, siapa yang tak pernah mendengar tentang pria itu di dunia ini?

"Relax. A friend of my wife is also a friend of mine," kata pria itu ramah, sehingga Gio dan Rara membalasnya dengan senyuman.

"Kalau dua bulan itu bagimu baru saja, maka itu benar. Aku baru saja melahirkan," sahut Freya kepada Gio.

Gio terkekeh. "Bagaimana perusahaan, Freya? Kudengar harga saham sedang naik karena berita kelahiran anakmu?"

"Begitu juga saat berita pertunanganku keluar."

Gio tertawa. "As expected, from our Freya."

Freya hanya tersenyum tipis. "Let's talk later, Gio, Rara. Kakek Chasteler sudah menungguku."

Gio dan Rara mengangguk, dan mereka memisahkan diri dari pasangan terkenal itu.

-------

"Kamu beneran nggak papa nih, sayang? Udah tiga hari kamu mual-mual gini," kata Gio khawatir. Istrinya mual-mual setiap pagi setelah kedatangan mereka ke London, sehingga mereka awalnya mengira kalau itu hanya jetlag. Mereka harusnya kembali ke Jakarta siang ini, namun Gio masih khawatir dengan keadaan Rara dan ingin membawanya ke rumah sakit.

"Nggak papa kok, Mas. Tapi bisa ke apotek sebentar, Mas?" pinta Rara pelan.

Gio mengangguk. "Boleh, mau nyari apa? Biar aku beliin."

"Beliin aku testpack," bisik Rara pelan.

"Hah?"

"Aku udah telat sekitar seminggu. Ya, siapa tau..."

Gio langsung tersenyum lembut. "Ya udah, tunggu bentar, ya? Kamu tiduran dulu di kasur."

Rara mengangguk dan Gio menuntunnya untuk berbaring di kasur, lalu keluar dari kamar hotel untuk pergi ke apotek.

-------

"Gimana hasilnya, Ra?" tanya Gio cemas saat Rara keluar dari kamar mandi. Rara hanya terdiam.

"Ra?"

"Positif," bisik Rara pelan. Rara menunjukkan testpack di tangannya, dan benar. Terlihat dua garis di testpack tersebut.

Gio langsung memeluk Rara dan mengecup keningnya berkali-kali.

"Makasih, Ra. Thank you so much. I love you. I love you so much."

Gio berterima kasih pada Rara, karena Rara telah membuatnya bahagia. Rara telah membuat hidupnya terasa lengkap.

Rara mengangguk dan membalas pelukan Gio. Rara mengucapkan terima kasih dalam hatinya, karena ia memiliki Gio yang telah menjaganya dan menjadi salah satu alasan baginya untuk tetap hidup di dunia ini.

Never Forget You [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang