Part 17

1.3K 74 2
                                    

Ini sudah tiga hari sejak Rara terbangun dari komanya. Sekarang Ethan sedang berada di ruangan dimana Rara dirawat untuk berpamitan dengan Gio dan Rara. Ethan harus kembali ke London karena masalah pekerjaan.

"Gimana kabar kamu hari ini, Haura?"

Gio sebenarnya agak cemburu karena disaat ia memanggil nama Rara dengan nama panggilannya seperti biasa, Ethan memanggilnya dengan nama Haura. Namun Gio sadar, bahkan jauh sebelum ada dirinya di kehidupan Rara, sudah ada Ethan yang bersama Rara.

Lagipula, istrinya sudah bilang kalau dia mencintai Gio. Jadi, apa lagi yang perlu dikhawatirkan oleh Gio? Bahkan Gio mendapatkan hak istimewa untuk memanggil Rara dengan panggilan sayang.

"Aku baik kok, Kak. Semoga aku cepet pulang dari rumah sakit, ya," sahut Rara.

Ethan tersenyum dan mengangguk. Rara pun melirik ke arah suaminya. "Mas, aku boleh ngomong berdua bentar sama Kak Ethan, nggak?"

Gio mengerutkan keningnya, namun melihat tatapan memohon dari Rara, ia akhirnya mengangguk, lalu meninggalkan ruangan.

Dan sekarang, hanya ada Ethan dengan Rara. Rara tersenyum kepada Ethan. "Kakak udah punya pacar?"

Ethan tertawa pelan. "Nggak, kok. Masih cinta sama kamu," sahutnya dengan nada bercanda, namun tatapannya mengatakan sebaliknya.

"Kak, janji sama aku kalo kamu tetap bahagia, ya? Kalo Kakak udah ketemu pendamping hidup Kakak, jangan lupa kabarin aku, ya? Dan tetap jadi Kak Ethan yang aku kenal, ok?"

Ethan mengacak rambut Rara. "Iyaaa. Bawel banget kamu, ya."

Rara cemberut. "Aku mau Kakak bahagia, sama kayak aku," sahutnya kesal.

Ethan kembali tertawa dan mengangguk. "Iya, Ra. Aku tau, kok. Kamu juga harus bahagia sama Gio, ya? Jangan suka bikin asumsi sendiri. Jangan malu buat nanya. Yang paling penting, jangan ceroboh. Nggak mau aku, ya, diminta ke Indonesia cuma buat ketemu kamu di rumah sakit."

Rara semakin cemberut saat Ethan meledeknya tentang kesalahpahaman yang terjadi di antara dia dan suaminya. Rara rasanya agak malu sendiri apabila mengingat itu.

Tapi, ada satu hal yang janggal. Bukan Rara yang menceritakannya kepada Ethan. Apa berarti....

"Kakak udah baikan sama suami aku?"

Kedua sudut bibir Ethan sedikit terangkat. "We've made our peace. It had been going on for too long. Toh, aku harus baikan sama dia kalo mau tetap temenan sama kamu," sahutnya tenang.

"Kalo gitu sering-sering kesini, ya," balas Rara bersemangat.

"Kalo ada waktu, ya," Ethan melirik jam tangannya. "Aku harus pergi sekarang. Good bye, and see you, Ra. Get well soon."

Ethan mengacak rambut Rara untuk terakhir kalinya, sebelum meninggalkan ruangan tersebut.

--------

Setelah beberapa saat menunggu di luar ruang rawat inap Rara, akhirnya Gio melihat Ethan yang keluar dari ruangan tersebut.

Ethan menyunggingkan senyum tipis kepada Gio. "Gue balik dulu. Jaga dia, ya."

Gio mengangguk. "Hati-hati," sahutnya singkat, yang dibalas dengan anggukan oleh Ethan sebelum pria itu melangkah untuk meninggalkan rumah sakit.

Gio pun kembali masuk ke dalam ruangan dan mendapati Rara yang sedang memainkan ponselnya. Rara yang mendengar suara pintu terbuka pun mendongak dan menatap suaminya yang tengah melangkah mendekatinya.

"Udah baikan ya sama Kak Ethan?"

Gio hanya menanggapi pertanyaan Rara dengan anggukan.

"Ngomongin apa tadi, Ra?"

Rara tersenyum jahil mendengar pertanyaan suaminya. "Nggak ada apa-apa, kok."

Gio menaikkan sebelah alisnya. "Kamu, ya. Main rahasia-rahasiaan sama aku," sahutnya agak kesal.

Rara hanya terkekeh geli, membuat Gio semakin kesal, hingga akhirnya ia merengek. "Sayangggg...."

Pipi Rara merona karena panggilan dari suaminya itu. Ia mendorong Gio yang tengah mendekatkan wajahnya ke wajah Rara, namun Gio tak bergeming.

"Bilang, nggak?"

"Iya iya. Aduh kepo banget. Aku cuma bilang sampai ketemu lagi, terus dia harus terus bahagia. Udah, gitu doang," gerutu Rara.

"Beneran, nih?"

Rara cemberut saat Gio kembali bertanya. "Nanya mulu," sahutnya kesal.

Gio tersenyum, lalu tiba-tiba memberikan kecupan ringan di bibir istrinya. "Jangan cemberut gitu. Bikin gemes tau, nggak."

Mata Rara melotot, namun pipinya memerah karena perlakuan Gio. Yang ditatap pun hanya menyeringai.

---------

Setelah hampir dua minggu dirawat di rumah sakit, akhirnya Rara diperbolehkan pulang. Ia dan Gio terlihat lebih mesra daripada sebelumnya, yang mendapat berbagai macam tanggapan oleh keluarga mereka.

Ada yang sangat senang melihatnya, seperti orang tua Gio. Ada juga yang muak melihatnya, seperti kakak dari Rara dan adik dari Gio.

"Akhirnya aku ketemu anak-anak lagi. Aku kangen banget sama mereka," kata Rara gembira. Ia sangat bersemangat untuk pulang. Ia tak pernah bertemu dengan si kembar saat ia dirawat di rumah sakit, karena Gio tak mau membawa anak mereka ke sini.

"Papanya juga kangen sama mamanya, nih. Kangen tidur di kamar sama mamanya," sahut Gio dengan senyuman.

"Astaga, sumpah deh, Yo. Mau gue cekik aja lo sekarang." Aldin, sahabat dari Gio dan Rara ini pun protes. Dia ikut muak mendengar keduanya bermesraan. Aldin ikut membantu untuk menyiapkan kepulangan Rara dari rumah sakit.

"Alah, iri aja lo. Udah punya tunangan, juga," sahut Gio cuek. Aldin pun hanya berdecak kesal. Sedangkan Elin terlihat bosan dengan pemandangan di hadapannya.

Untung saja ia tak akan sering lagi menyaksikan pemandangan pasangan suami istri yang sedang bemesraan. Bisa-bisa ia juga ingin mencekik pasangan tersebut.

Setelah selesai membereskan barang-barang, mereka memisahkan diri saat di parkiran. Dan sekarang hanya ada Gio dan Rara di dalam mobil Gio.

"Ra.."

"Hmm?"

Gio menghembuskan napasnya dan memberanikan dirinya untuk mengatakannya. "Aku mau minta maaf."

Rara pun mengerutkan keningnya. "Buat?"

"Aku pasti selama ini nyakitin kamu, kan? Aku bikin kamu sedih, bikin kamu mikir kalo aku cintanya sama perempuan lain. Intinya, aku udah nyakitin kamu. God, bahkan aku ketemuan sama mantan aku tanpa sepengetahuan kamu yang udah jadi istri aku."

Setelah sekian lama, Gio dapat menyampaikan permintaan maafnya. Ia berusaha menyusun kata untuk meminta maaf sejak Rara telah sadar, namun pada akhirnya, ia hanya mengatakan apa yang ada di pikirannya.

Tatapan Rara pun melembut. "Udah lah, Mas. Masa lalu itu. Yang penting sekarang, kita sama-sama bahagia, kan?"

"Oh jelas. Kan bahagianya sama kamu."

Rara tertawa. "Bisa aja kamu."

"But seriously, Ra. Kamu beneran maafin aku, kan? Nggak ada perasaan-perasaan buruk lagi sama aku? Curiga, nggak percaya, atau terkhianati. Gak ada perasaan kayak gitu lagi, kan?" tanya Gio lagi dengan wajah serius.

Rara mengangguk gemas. "Iyaaa beneran."

"Eh, jangan-jangan gara-gara kamu ngerasa bersalah, terus kamu jadi nyuruh Kak Ethan duluan masuk pas aku udah sadar? Aku kira karna dia udah nyelamatin aku, loh."

Gio hanya meringis mendengarnya, membuat Rara menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Oh iya, Mas, sebelum pulang, kita ke makam Ayah dulu, ya?"

Gio mengalihkan pandangannya dari jalanan ke wajah istrinya sesaat dan mengangguk sambil tersenyum lembut.

Never Forget You [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang