Part 8

3.3K 227 12
                                    

"Kemana aja tadi kamu?"

Rara berbalik untuk menatap ke arah sumber suara dan menemukan Gio yang baru saja selesai mandi dan hanya mengenakan handuk.

"Ke kebun binatang, terus beli es krim," sahut Rara sambil membereskan baby box kedua anaknya.

Gio mengangguk. "Oh," sahutnya singkat sambil mengenakan pakaiannya.

"Katanya Ethan balik ke London hari Minggu?" tanya Gio kepada Rara.

Rara mengangguk. "Iya, Mas. Ngomong-ngomong, aku boleh nganter Kak Ethan ke bandara? Tapi kalau nggak boleh-"

"Boleh, tapi sama aku," potong Gio. Rara terbelalak. Rara sebelumnya mengira kalau Gio tak akan memberinya izin. Terlebih dirinya telah menghabiskan waktu bersama Ethan tadi.

"Beneran, Mas?" tanya Rara memastikan.

"Iya," sahut Gio sambil menganggukkan kepalanya.

"Tapi, kenapa kamu mau ikut?" tanya Rara heran.

Gio terdiam sesaat, sebelum akhirnya ia membuka mulutnya. "Cuma pengen nemenin kamu," sahutnya dan melangkah keluar dari kamarnya.

-------

Gio menatap sepupunya, Aldrin, yang sedang duduk di hadapannya. Mereka sedang berada di ruang kerja Gio di kantor. Kebetulan Aldrin ingin mengajak sepupunya tersebut makan siang bersama.

"Lo mau dengerin cerita gue, nggak?" tanya Gio kepada Aldrin.

Aldrin mengerutkan keningnya. "Kalo mau cerita, ya cerita aja. Nggak usah sungkan gitu kali."

Gio menghela napas, lalu menceritakan tentang hubungannya dengan Mira sejak Mira kembali kepadanya. Gio juga menceritakan bahwa ia telah mengakhiri hubungannya dengan Mira beberapa waktu yang lalu, dan juga tentang Ethan yang menamparnya saat melihat ia bersama Mira.

Setelah Gio selesai bercerita, Aldrin pun mengangguk. "Hm. Gue mau bilang kalo Ethan nggak seharusnya nampar lo, tapi kenyataannya lo pantas mendapatkannya," katanya cuek.

Gio memutar kedua bola matanya. "Makasih," sahutnya sarkastik.

Aldrin menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tapi beneran deh, Yo. Kenapa sih lo balikan sama Mira? Gue tau kalo dia cinta pertama lo. Tapi dulu dia ninggalin lo karena lo bukan prioritasnya. Lo bahkan udah punya anak, Gio. Gimana kalo Dika ada disini dan tau kalo lo nyakitin Rara? Ya Tuhan, lo udah punya istri, Gio!"

"Gue tau gue salah. Makanya gue berhenti berhubungan sama Mira. Dan parahnya, Rara udah tau kalo gue berhubungan sama Mira."

Aldrin menaikkan sebelah alisnya mendengar perkataan Gio. "Terus lo udah bilang kalo lo udah putus sama Mira?" tanyanya.

Gio menggeleng. "Nggak, dan gue pikir dia nggak pengen tau juga. Gue pengen jelasin semuanya sama dia, tapi setiap kami membahas tentang Mira, pasti nggak pernah berakhir baik."

"Gimana kalo dia bahagia sama Ethan? Apa yang lo lakuin? Meskipun Ethan udah kayak kakaknya sendiri, nggak menutup kemungkinan kalo di antara keduanya ada perasaan lebih," ucap Aldrin.

Gio terdiam sesaat, namun akhirnya ia berbicara. "Gue bakal lepasin dia. Dia berhak bahagia, terlebih setelah apa yang gue lakukan." Gio tersenyum pahit dan kembali berbicara. "Gue akan lepasin dia kalo itu yang dia mau. Dan lo benar, Ethan emang bisa buat dia bahagia. Dia selalu senyum setelah jalan-jalan sama Ethan. Oh, dia bahkan minta izin gue buat nganter Ethan ke bandara. Dan gue ngizinin dia, dengan syarat gue juga ikut."

Aldrin menyilangkan kedua tangannya di dadanya. "Beneran?" tanyanya.

Gio menghela napas dan mengangguk. "Iya. Dan kalo nanti gue nggak rela, lo harus meyakinkan gue kalo itu yang terbaik buat dia."

Aldrin terdiam sesaat, sebelum akhirnya tertawa pelan. "Lo yakin lo nggak cinta sama Rara? Lo yakin kalo lo masih cinta sama Mira? Atau sebenarnya lo sama Mira cuma karena lo pikir Mira adalah satu-satunya wanita yang bisa lo cintai?"

Gio mengerutkan keningnya. "Apa maksud lo?" tanyanya bingung.

"Lo cemburu, Gio. Dari cara lo cerita tentang Ethan yang bisa bikin Rara bahagia, gue tau kalo lo cemburu. Lo bahkan repot-repot mau nemenin dia nganterin Ethan. Dan sejak kapan lo mikirin kebahagiaan orang lain? Gio yang gue kenal nggak bakalan mau wanitanya direbut orang lain, terlebih Ethan. Kalo lo mikirin kebahagiaan dia, itu namanya cinta. Tapi kalo lo cuma pengen dia jadi milik lo, itu namanya obsesi," sahut Aldrin.

Aldrin pun berdiri dari kursinya. "Kalo lo udah kehilangan dia, baru lo menyesal. Jadi gue saranin, jangan sampai lo menyesal. Lo harus ngomong sama Rara. Lo nggak bakal tau gimana perasaan dia terhadap lo kalo lo nggak nanya," katanya sambil menepuk pelan bahu Gio.

"Huh, gue nggak jadi ngajak lo makan siang. Udah kenyang gue dengerin cerita lo," canda Aldrin sambil melangkah keluar dari ruangan Gio. Meninggalkan Gio yang terdiam dan memikirkan perkataan Aldrin.

-------

Ethan memeluk Rara. "Jaga diri kamu baik-baik. Ingat perkataan aku kemarin," katanya kepada Rara. Sedangkan Gio hanya berdiri di belakang Rara.

Sekarang mereka berada di bandara. Rara dan Gio tidak berangkat bersama Ethan ke bandara, karena mereka menginginkan untuk langsung bertemu di bandara.

Rara membalas pelukan Ethan. "Kakak juga jaga diri, ya. Kalo ada apa-apa, jangan lupa kabarin aku, ya," balasnya.

Tanpa mereka sadari, Gio memalingkan wajahnya untuk menghindari pemandangan di hadapannya. Kedua tangannya yang berada di saku celananya mengepal erat. Entah mengapa, ada perasaan tak nyaman di hati Gio saat melihat Ethan memeluk Rara. Dan Gio tak berani mengartikan perasaannya saat ini.

Gio kembali mengingat pembicaraannya dengan Aldrin kemarin. Gio masih mengingat jelas perkataan Aldrin kemarin. Tapi bagaimana kalau Rara juga meninggalkannya?

Rara melepas pelukannya dan menoleh ke arah Gio yang berdiri di belakangnya. Rara mengerutkan keningnya saat melihat Gio yang menatap ke arah luar bandara.

Rara pun menyentuh pelan lengan Gio. "Mas?"

Panggilan Rara membuat lamunan Gio membuyar. Gio mengerjapkan matanya dan menoleh kearah Rara. "Ada apa, Ra?" tanyanya.

Rara menggeleng. "Nggak papa. Kamu mau pulang, Mas?"

"Nggak. Kamu emangnya mau pulang sekarang?" tanya Gio.

Rara kembali menggeleng. "Belum, sih," sahutnya.

Suara panggilan untuk memasuki ruang tunggu memenuhi bandara. Ethan menyentuh pundak Rara. "Sebentar lagi aku berangkat. Take care, Haura," katanya.

Rara mengangguk. "Kakak juga. Oh iya, jangan lupa sampaikan salamku sama sepupu Kakak, ya," balasnya sambil tersenyum jahil.

Ethan tersenyum geli. "Sepupu aku yang mana, Ra?"

"Freya! Freya Alexandra, Kak!" seru Rara, membuat senyuman Ethan melebar.

"Iya. Nanti aku sampaikan," sahut Ethan. Ethan melangkah ke arah Gio. Matanya menatap Gio dengan serius.

"Jaga dia baik-baik. Jangan nyakitin dia," kata Ethan sinis.

Gio menghela napas dan mengangguk. "Iya," sahutnya singkat.

Ethan pun berbalik dan kembali memeluk Rara. "Selamat tinggal, Haura," katanya.

Rara membalas pelukan Ethan sesaat, sebelum akhirnya melepas pelukannya. Baru saja Ethan berbalik untuk melangkah menuju ke dalam bandara, seorang wanita melangkah ke arah mereka. Senyum tipis tersungging di bibirnya.

"Hi, there," kata wanita tersebut sambil melepas kacamata hitamnya. Mata hijau pirus wanita tersebut mengamati ketiganya. Rara menatap kagum terhadap wanita tersebut, berbeda dengan tatapan Ethan dan Gio.

Ethan dan Gio pun menyebut sebuah nama secara bersamaan. "Freya?"

Never Forget You [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang