19.]

358 52 14
                                    

"Lagi pada ngapain nih?" tanya seseorang tiba-tiba dari arah pintu masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lagi pada ngapain nih?" tanya seseorang tiba-tiba dari arah pintu masuk.

Kaget. Aku langsung melepaskan tautan jariku dari jari Arza. Aku menengokkan kepalaku dan melihat kalau yang tadi mengagetkanku dengan pertanyaannya adalah Kak Raka. 

"Kak Raka?" tanyaku memastikan. "Kok bisa ada di sini?"

"Iya ini kan rumah gue." Kak Raka menyengir memerlihatkan deretan gigi putihnya. Ia berjalan ke arah sofa. Ia duduk di sana.

Kak Raka menyelidik ke aku dan Arza. "Kalian saling kenal?"

"Iya, Bang. Dia temen eskul gue." Askal menjelaskan sambil menunjukku.

Kak Raka ber-oh ria. 

Aku langsung berjalan ke arah Kak Raka. "Kak, aku sebenernya ke sini mau ngasih ini." Aku menyodorkan plastik yang isinya adalah kue macaroon yang kubuat bersama Mama. Yang kubuat dengan keringat, tangisan, dan darah. Nggak, ini hiperbola banget. Pokoknya bikin dapur rumahku kacau gara-gara tepung dan membuatku terpeleset saat membuatnya.

Hanya untuk membuat makanan manis kesukaan Kak Raka.

Kak Raka membuka kantong plastik itu dan melihat ke dalamnya. Ia nampak terkejut dan bingung. "Ini buat apa? Emang ada acara apaan?"

"Nggak ada acara apa-apa, Kak." Aku berdiri kikuk di samping Kak Raka sambil menundukkan kepala. "Aku mau minta maaf, Kak, yang waktu itu di mobil."

Kak Raka memandangku sekilas dengan serius. Namun setelah itu ia tertawa renyah. "Emang lo udah ngelakukin salah apaan? Justru gue kali yang aturan minta maaf karena ngungkuit-ngungkit itu." Kak Raka mengacak-ngacak rambutku. "Gue minta maaf, Ra, karena udah buat lo nginget kejadian itu lagi."

Arza melihat itu semua dari tempatnya duduk. Ia berdiri dari duduknya dan berkata, "Gue ke kamar dulu."

"Lo di sini aja dulu. Cobain kue buatan Ara sambil ngobrol-ngobrol." ajak Kak Raka terhadap sesorang yang sedang berdiri.

Arza kelihatan malas. "Nggak. Gue mau ke kamar dulu."

Kak Raka berdiri dari duduknya, berjalan menuju Arza dan menghentikannya. "Elah, lo di kamar mulu. Ngapain kali di kamar mulu kerjaannya. Temenin gue sama Ara. Ceritain juga ke gue kenapa lo bisa kenal sama Ara," cegatnya dengan menyekal tangan Arza.

Arza ingin menolak itu, tapi diurungkan niatnya terlihat dari tatapannya yang udah nggak niat.. "Iya, gue di sini." Arza berjalan ke tempat duduk.

Sekarang, aku dan Kak Raka duduk berdua di sofa panjang yang muat untuk empat orang sedangkan Arza duduk sendirian di sofa kecil yang muat untuk dua orang. Ini kenapa Arza malah duduk di situ deh? Sumpah, udah kayak anak buangan,  sendiran aja.

Error 404: Feelings Not FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang