5.] Error 404: Something What Unpredictable

693 85 25
                                    

AIR mataku mengalir, dengan cepat aku mengusapnya agar tidak ditertawakan Mama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AIR mataku mengalir, dengan cepat aku mengusapnya agar tidak ditertawakan Mama. Bagaimana tidak? Aku sedang mengiris cabai merah mana besar-besar lagi! Uh,  kirain mah bakalan Mama sendiri yang masak, nggak tahunya aku ikutan bantu-bantu.

"Masa gitu aja nangis, Ra," ledek Mama sambil menumis-numis bumbu.

Aku mengerucutkan bibirku sebal.

"Yaudah, kamu duduk aja di ruang makan. Biar Mama yang ngurus sisanya."

"Asik! Beneran nih, Ma?"

Mama mengangguk.

Aku berjalan menuju ruang makan, lalu duduk. Aku bisa mengamati Mama dari sini, bagaimana ia mengiris bahan makanan, menumis, menuangkan bumbu, terilihat keren sekali. Suatu saat aku ingin menjadi Mama, seseorang yang menyayangiku dan kakakku. 

Lama kelamaan mataku mendadak berat dan aku tertidur dengan posisi duduk.

====

"Mama, makanannya!" ucapku bangkit dari tidur.

Aih, aku ada di kamarku? Bukannya, aku berada di ruang makan tadi? Jam sudah menunjukkan pukul setengah enam, itu tandanya sudah pagi. Berarti, aku tidak jadi makan malam bersama Mama? Padahal Mama sudah repot-repot meminta pulang cepat dan memasak sendiri di dapur.

Setelah selesai mandi dan berpakain rapi, aku menuju ke ruang makan untuk sarapan. Mama sedang mengoles roti dengan selai coklat di atasnya. Aku berlari dan memeluknya.

"Mama, kok nggak bangunin aku? Kan Mama jarang-jarang bisa begini," ucapku masih dengan sambil memeluknya.

"Kamu tidurnya pulas banget. Mama jadi nggak tega. Yaudah, Mama seret kamu ke kamar."

Seret di sini bukan artinya menyeret dengan paksa. Aku mengerti maksudnya apa. Kadang, pemilihan kata Mama suka kurang tepat.

"Tapi, Ma, aku berat." 

"Nah, itu kamu sadar. Makanya diet dong, Ra. Pasti kamu di sekolah makan roti melulu, tapi kenapa nggak kurus-kurus ya?" Mama mencubit pipiku gemas. "Oh iya, hari ini Mama bisa bawain kamu bekal. Masakan semalam Mama panasin buat bekal kamu hari ini." Mama menyerahkan kotak bekal untukku, lalu aku memasukkan kotak bekalnya ke dalam tasku.

Aku dan Mama sarapan dengan roti, kami menceritakan banyak hal. Bahagia sekali rasanya.

Namun, tiba-tiba Mama mendapat telepon dari seseorang.

Mama menutup ponselnya. "Maaf ya, Ra, Mama nggak bisa nganterin kamu. Kamu ngangkot aja, ya. Soalnya, para dokter di suruh ngumpul mendadak gitu sama pihak rumah sakit. Kunci rumah yang bener ya, Ra." Mama buru-buru keluar rumah dan menghilang dari pandanganku.

Namun, Mama masuk kembali dan mencium keningku. "Oh iya, belajar yang bener ya, Ra. Kamu harus jadi dokter kayak Mama."

Dan setelah mengatakan itu, Mama benaran hilang dari pandanganku.

====

Mataku melihat ke tutup botol air mineral di genggamanku, disitu menunjukkan keterangan EXP 230319 0:53Masih oke untuk diminum dan tidak membuat sakit perut. 

Di sudut lain, aku melihat roti coklat dan keju di sana. Akhirnya setelah sekian lama, aku bisa makan siang dengan menu lain yang lebih menggiurkan, alias makanan buatan Mama.

Selamat tinggal, makanan rakyat kurang kasih sayang.

Kulangkahkan kakiku menuju kelas. Di dalam kelas seperti biasa, ada saja segerombolan cewek yang sedang bergosip inilah itulah. Tidak ada satupun seseorang di sana yang kukenal. Ingin rasanya ikut bergabung bersama mereka, tapi yasudahlah. Nasib nasib.

Aku duduk di bangku yang harus kufavoritkan. Yaiyalah harus difavoritkan, kan nggak ada bangku lain buatku. Kotak bekal buatan Mama, kubuka. 

Woah, makanan kesukaanku.

Ada tumis cumi pedas dan udang tepung. Gila, enak banget. Emang paling top makanan buatan Mama. Sambil memakan masakan Mama, aku melihat ada seseorang yang masuk gerombolan mulut ember itu. Kalau itu aku kenal. Namanya, Shela. Satu-satunya calon teman yang kumiliki, tapi karena ulah Si Jahat, aku kehilangannya.

Setelah makan, aku merasa mataku mulai mengantuk. Kutelungkupkan tanganku agar bisa dijadikan tumpuan kepala, lalu aku memejamkan mata. Saat istirahat aku memilih untuk tidur karena akan sangat-amat membosankan bila hanya duduk-duduk nggak jelas sambil ngeliat orang lain mengobrol.

Aku bukan tipe orang yang kalau istirahat akan belajar. Sori, aku nggak caper.

Lagian kalau aku melakukan itu, pasti akan otomatis yang lainnya akan memandangku sok bangetlah, gegayaan dan lain sebagainya. Secara aku masuk ke sekolah favorit dan di sini persaingannya sangat ketat, kalau mereka melihatku seperti itu. Bisa dipastikan, aku akan menjadi target utama mereka. Ya ... Walaupun aku sudah menjadi target utama mereka, tapi seenggaknya aku nggak mau menaikkan kadar ketidaksukaannya padaku.

Bunyi bel terdengar dan anak kelas mulai berlarian masuk ke dalam kelas. Tubuhku sudah terbiasa jika mendengar bel berbunyi atau suara sepatu berlarian akan segera bangun.  Sudah sekitar 20 menit aku tidur. 

Aku meregangkan tubuhku setelah bangun tidur. Cukup pegal tapi enak sih. 

Selang beberapa menit, Bu Lisa datang untuk menagih uang SPP. Aku sih tidak memerdulikannya. Toh, aku sudah bayar dari jauh-jauh hari. Aku ingin memejamkan mata kembali. Namun, aku urung melakukannya karena seorang cewek yang ada di barisan depan menuduhku mengambil uangnya [].

03/07/2017 ; 15.15

Bila ada kritik dan saran yang membangun, bisa kok dikomen di sini ya.

Maaf, aku nggak bisa nepatin update one day one chapter karena tiba-tiba aku jadi nggak pede dengan tulisanku setelah membaca semacam tips and trick tulisan bagus. Mood nulisku langsung ancur. Kadang, aku merasa iri dengan orang di luar sana (cieilah) yang menulis berpuluh-puluh chapter entah EBI benar atau tidak. 

Tapi, setelah aku melihat tulisanku ada di jajaran whats rising #stoppenindasan. Bukan apa-apa banget kan? Bukan dijajaran whats hot  teenfict aja udah seneng. Tapi, aku merasa ... gimana ya, susah dijelasinnya.-. Aku langsung buka laptop dan menulis. Aku berpikir kalau ini tulisanku, gayaku, duniaku dan sekarang masih libur. Nanti kalau udah masuk sekolah bakal ribet nulisnya. Aku memutuskan untuk pede dan nulis aja. 

Aku akan berusaha memperbaiki tulisanku. Semoga tulisan ini bisa melekat di hati kalian (cieilah(2)).

Oh iya, aku punya pertanyaan buat kalian (cieilah (3)). Jawab ya jawab hehe.

Menurut kalian, cerita ini gimana? Tentang karakternya, alur ceritanya, atau tema yang diusung, terus terus ceritanya kelambatan atau kecepatan nggak? Makasih;)

-sira.

Error 404: Feelings Not FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang