13.] Error 404: Malfunction of My Mind To Call A Memories

401 49 8
                                    

Hari senin kemarin benar-benar hari yang sangat melelahkan bagiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari senin kemarin benar-benar hari yang sangat melelahkan bagiku. Semua kejadian itu sungguh menguras tenagaku. Terlebih lagi, peristiwa ketika dipanggil BK bersama Arza. Untung saja BK tidak menelpon Mama untuk melaporkan kejadian ini. 

Aku menghela napas lega dan mengambil guling kesayanganku lalu membenakmkan mukaku. Dengan mudahnya aku telah memilih akan mengikuti LCC dan meyakinkan Mama. Niat mah gampang, tapi ngelakuinnya susah. Apa yang harus kulakukan? Bagaimana aku harus memulai?

Jam menunjukkan pukul 9 malam kurang 5 menit, tapi Mama belum pulang. Aku menanti kehadiran Mama untuk memberitahunya pihanku. Berbagai macam pikiran berduyung-duyung masuk ke kepalaku, apalagi kemungkinan terburuk. Entah karena apa, kepalaku mengingat-ngingat tentang masa lalu itu. Kepalaku berdenyut sakit. Aku memegang kepalaku sambil memukul-mukulnya.

"Berhenti mikirin itu, bodoh!" kataku sambil memukul-mukul kepala. 

"Berhenti! Berhenti! Berhenti!" teriakku sambil menangis.

Air mataku tidak bisa berhenti seperti aliran air terjun yang terjatuh ke tanah sangat deras. Ingatan-ingatan nyata dan sangat detail. Semuanya benar-benar membuat kepala dan hatiku sakit!

"Hentikan! Pikiran itu, Ara! Kamu yang mengendalikan dirimu sendiri!"

Sambil memukul-mukul kepala, air mata yang mengalir deras, dan tubuhku yang meliat-liat seperti cacing itu berguling-guling ke kanan dan kiri mengakibatkan tubuhku terjatuh ke lantai.

Ceklek!

Suara pintu terbuka. Aku menengar suara pintu terbuka. Mama datang. Aku langsung berlari menuruni tangga dengan cepat lalu memeluk Mama kuat-kuat  dan membenamkan mukaku di tubuh Mama.

"Ada apa?" tanya Mama bingung.

Aku menangis dan menumpahkan segala hal yang kurasakan lewat tangis dan pelukan. Aku butuh Mama yang dapat menenangkanku atau setidaknya ketika memeluk Mama itu membuatku merasa nyaman.

Mama yang mendengarku menangis hanya diam membiarkanku menyelesaikan semuanya. Ingatan-ingatan itu yang membuatku tersiksa tanpa bisa kuatur kapan datang dan perginya ingatan ini. Ini kutukan. Kutukan yang sangat menakutkan bersarang di kepalaku. Aku tidak ingin seperti ini yang selalu ketakutan setap saat bahkan setiap detik mendapatkan kenangan yang menyakitkan masuk menerobos ke dalam kepalaku.

Aku hanya bisa menangis meraung-raung. Tangis adalah bentuk pertahanan tubuhku. Lama sekali aku menangis dan Mama yang berdiri diam. Kepalaku merasa pecah ketika kenangan yang menyakitkan itu berlari dan mencapai di titik puncak kenangan yang menyesakkan. Aku hanya dari sekian puluh manusia yang merasa seperti ini. Aku butuh seseorang yang mengerti rasa sakit ini. Dan, Mama adalah orang yang sangat tepat.

Kenangan ini yang tadinya berlari berubah menjadi berjalan merangkak. Kenangan ini semakin lama semakin pergi. Kenangan ini telah pergi dari kepalaku. Aku menghentikan tangisku beberapa kali mengelap cairan hidungku yang ke luar. Aku melepaskan pelukan dari tubuh Mama dan berjalan duduk ke kursi.

Error 404: Feelings Not FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang