7.] Error 404: New Friend or Not (?) available

721 85 41
                                    

Hah?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hah?

Hah?!

HAH?!

Aku sukses melongo Dan baru tersadar apa yang terjadi. Dia, Jahat-- eum, maksudku Arza. Dia kok sok banget sih?! Katanya kenalan tapi aku aja belum sempet ngenalin diri ke dia! Ini yang oon siapa ya? 

Demi 101 aerosol yang terlihat di depan mataku sekarang, aku kesel banget sama tuh orang!

Sabar, Ra! Sabar! Kalo marah cepet tua loh! Oke, daripada aku diam di sini sendirian dan melihat hal-hal aneh karena ini di dekat laboratorium biologi yang denger-denger terkenal serem, aku memutuskan untuk ke perpustakaan.

Lumayan AC di perpus lebih dingin daripada di kelas.

Kakiku melangkah menuju perpusatakaan. Dengan langkah yang amat sangat ringan karena menuju ke tempat maksiat--dalam konteks ini karena Ara mau bolos. Dari kejauhan aku bisa melihat di kelasku ada guru.

Sesekali nggak apa-apa ya ngebolos walaupun ada guru. 

Eh, tapi tapi ....

Lagi pada ulangan coy!

Gawat, gimana ini?!

Aku harus ke kanan atau ke kiri? Kebaikan atau keburukan? Ke tempat maksiat atau ke tempat penuh cahaya? Ke kelas atau ke perpus?

Sebenarnya, aku lagi males ke kelas karena kejadian tadi! Padahal niatnya mau nggak masuk kelas. Emang nasib nasib.

Sekelibat ingatan tentang Mama membuat keburukan menciut dan dengan langkah gontai aku mengambil ke arah kanan, yaitu kebaikan.

"Assalamu'alaikum, Bu," ucapku sambil mengetuk pintu kelas.

Aku berjalan mendekati Bu Yasmin yang sedang mengawasi ulangan dan menyaliminya.

"Maaf, Bu, telat," ucapku sopan. "Apa saya boleh mengikuti ulangan ini?"

"Dari mana saja kamu Ara? Yang lain sudah setengah jalan ngerjainnya," tanyanya cepat.

"Nih, kamu cepet ngerjain." Bu Yasmin menyerahkan kertas soal untukku.

Tumben Bu Yasmin mnegizinkan siswa mengikuti ulangan ketika siswanya telat. Ah, mungkin Bu Yasmin sudah tahu kejadian tadi.

 Aku segera menuju ke  kursiku.

Eits, tunggu, kok ada yang aneh?

Ada orang yang duduk di sebelahku?

Siapa yang mau duduk samaku di belakang?

Aku mengucek mataku. Dan, ya! Ini bukan ilusi! Benar-benar ada orang yang duduk di kursi sebelahku!

Oh, ya! Kalau diingat, aku pernah melihat rambutnya. Dia yang berpapasan denganku di pintu tapi pas mau lihat mukanya terhalang tembok kelas raksasa. Wah, orangnya lumayan cakep juga.

"Ara, kenapa kamu diam aja di sana?" tanya Bu Yasmin heran.

"E-eh, nggak apa-apa, Bu." Aku menjawab kikuk dan berjalan ke tempat dudukku.

Setelah membaca soal, dengan lancar jaya aku menjawabnya. Kalau boleh sombong sih, soalnya nggak seberapa. Biasa aja. Dan, kalau boleh sombong lagi, ini kan pelajaran PPKN biasanya soal ulangan berisi tentang pasal atau pengertian, aku bisa menjawab dengan nomor halamannya.

Misal, kayak nomor soal 3 tentang pengertian ancaman, gangguan, hambatan. Aku bisa menjawab halaman berapa mengenai pengertian ini yang ada di buku paket. Nah, waktu aku baca buku PPKN seminggu yang lalu, aku ingat kalau pengertiannya ada di halaman 70. 

Tapi, aku nggak bakalan nulis halamannya juga sih di kertas jawaban kayak kurang kerjaan amat dan bakal dikira belajar mati-matian  sampai ngapalin halaman segala cuma buat nyari nilai atau disebut biar dapet ranking 1 kelas atau rangking 1 paralel.

Padahal mah aku nggak kayak gitu. Aku mah baca sekilas juga udah hapal sama halaman-halamannya juga.

Inget, Ra, inget! Nggak boleh sombong, ntar dimusuhin. Yang nggak sombong aja dimusuhin apalagi yang sombong ya? Sudah cukup aku tidak mau menyiram bensin ke api.

Tulis tulis tulis. Dah, selesai. Hanya lima menit aku sudah mengerjakan semua soal ulangan yang berupa essay ini dengan mudah. 

Aku menengok ke samping kananku. Dia anak baru tapi ikut ulangan? Hebat. Kelihatannya sih dia udah mau selesai, pinter kayaknya mah. Kelihatan dari mukanya sih, mukanya ganteng ganteng pinter gitu. Bukan, ganteng ganteng siluman ya. 

Muka-muka orang pinter mah beda. Auranya aja udah beda.

Tapi, tipe-tipe kayak gini pasti jadi anak populer. Nah, yang kayak gini nih yang nggak aku suka. Biasanya kalau orang yang populer maunya bergaul sama orang yang populer. Apalah aku yang hanya debu di lautan. Eh, tapi aku populer juga sih. Populer jadi orang yang harus  dihindari sih iya.

Aisshh nggak boleh asal memberi nilai sama orang yang baru kamu lihat, Ra! Mana asal cap orangnya begitu lagi. Tapi kalau Arza sih nggak apa-apa dicap jelek waktu oertama kali lihat. Lagi juga, kan emang aku udah black-list dia.

Idih, kok tiba-tiba mikirin dia sih!

"Kenapa lo liatin gue? Suka?"

Aduh aku ke gap ngeliatin dia. Ntar kalau dia nya kegeeran gimana? Aku kan nggak ada maksud apa-apa. 

"A-Apaansih! Gue cuma mau nanya kalau lo udah selesai atau belom?" bohongku.

"Kalau udah selesai kenapa? Kalau belum kenapa?"

"Ya nggak apa-apa. Cuma nanya doang sih. Kan kalau udah bisa ngumpulin bareng." Lantas itu diam. Aku sedikit sebal atas sikapnya, lalu menengokkan kepalaku ke arah lain selain arah dia berada.

Selang beberapa detik, dia menoel-noel tanganku. Aku memberikan tatapan bingung ke arahnya, tapi dia bergeming.

Kembali lagi, dia menoel-noel tanganku. Aku memberikan tatapan tanya kepadanya, tapi dia tetap bergeming.

Ketiga kalinya, dia menoel-noel tanganku lagi! Aku yang sudah kesal, lantas memberikan tatapan api padanya. Sebal. 

Dia menoel-noel tanganku lagi! LAGI! 

"Lo ngapain sih?!" ucapku berbisik tapi penuh penekanan.

"Katanya mau ngumpulin bareng!"

Lah, dia nggak bilang. Mana bisa tahu maksudnya apa kan?

"Yaudah, ayo."

Aku bangun dari kursiku dan mempersilahkan dia untuk keluar dari kursinya agar dia bisa maju pertama. Dia yang mengerti kodeku langsung berjalan dan mengumpulkan kertas jawabannya dan aku mengekor di belakangnya. Sontak ketika ada seseorang yang mengumpulkan kertas jawaban pertama akan mendapat pusat perhatian, benar kan? 

Aku sih muka tembok aja, udah kebal gitu kayak aksi debus yang kebal sama apapun.

Bodo amat dan nggak peduli sama tatapan-tatapan mereka yang begitulah. Aku langsung melengang keluar kelas dan pergi menuju tempat yang sebelumnya ingin kutuju, yaitu perpusatakaan.

12/08/2017 ; 23.11

Saran

Kritik

Komen yaa

-Sira

Error 404: Feelings Not FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang