Pindah

2K 101 10
                                    

Bab 2

Oh Pondokku tempat naung kita
dari kecil sehingga dewasa
rasa batin damai dan sentosa
dilindungi Allah ta'ala

Oh pondokku engkau berjasa
pada ibuku Indonesia

Tiap pagi dan petang
kita beramai sembahyang
mengabdi pada Allah ta'ala
di dalam kalbu kita
Wahai pondok tempatku
laksana ibu kandungku
nan kasih serta sayang padaku
Oh pondokku.......
I....bu....ku.............
(Hymne Oh Pondok Ku)

***

Teeeeeeeeeetttttttt teeeeeeettttt....

Kami menyebutnya "Jaros" (Bel),
Ia Adalah teman setia, yang sangat setia menjadi pengingat dikala semua kegiatan pondok akan dilaksanakan, menjadi pemecah keheningan, menjadi penganggu dikala mulut asik bercerita, menjadi pengganggu disaat mimpi indah melayang, dan menjadi kan kaki, tangan serta jantung keram seketika. Ketika hentakan sendal para munazomah (pengurus Organisasi pondok) terdengar menuju lantai dasar asrama, bagaikan malaikat maut yang akan menghampiri Sejenak...

"Man Matsala fiil Hujrooooh.. (Siapa yang masih dikamar)

"Waaahiiddddd.. (Satu)

" Isnainiii.... (dua)

"TSaaaala...sahh (tiga)

Bunyi rotan (biasanya sih hanger) sudah terdengar jelas, seperti pisau yang sedang diasah dan siap mengiris objek irisannya ..

Keadaan seperti ini membuat alam bawah sadar ikut bekerja secara maksimal. Orang yang berjalan pincang, bisa berlari dan melupakan kepincangan nya. Orang yang buta bisa melihat dan melupakan kebutaan nya. Orang yang tuli mendadak bisa mendengar dan melupakan ketulian nya. Sungguh sangat luar biasa .

Hal yang membuat hati ini sakit tak berdarah, yaitu.. Ketika kaki sudah bekerja maksimal sebagai tugasnya, tangan sudah maksimal bekerja sebagai tugasnya, mata, telinga, hidung dan segala panca indra sudah tepat melakukan pekerjaan nya, Tapi keadaannya yaitu ketika tubuh ini tak bisa melewati batas zona aman, alias ketika giliran kita bisa lolos keluar dari pintu asrama, pintu asrama tepat DITUTUP dihadapan kita..

" Man Taakhorrrr Ta'allaii .. (Siapa terlambat kesini) teriak nya lagi

Ketika kita sudah berusaha maksimal, tapi usaha kita tak mendapatkan hasil, kita pun mulai memberontak meminta keadilan itu .. (Hidup santriwati!)

Hal-hal kecil seperti ini menyadarkan ku seketika. Aku kesini mau belajar. Aku bayar kok. Aku juga masuk kelas terus. Tapi kenapa tiba-tiba malah aku merasa seperti masuk sebuah penjara mengerikan. Dimana segala hal itu bertentangan dengan batin dan yang kita inginkan. Emang aku budak mereka? Mau mereka apa? Sedikit-sedikit mengancam. Sedikit-sedikit menyiksa. Kalian mau menegakkan keadilan atau mau menjadikan kami pelampiasan emosi kalian?. Ini mah namanya penyiksaan. Terlambat keluar asrama sedikit aja di rotan. Trus telat lagi masuk mesjid, malah disuruh berdiri depan mesjid, berdiri satu kaki, bersihkan pekarangan mesjid, sampai disuruh menghafal ayat Al-Qur'an satu halaman.. Ntar telat lagi yang lain, datang lagi iqob yang lain, lari keliling pondok lah, dipajang lah, dipermalukan, lengkap dah.. eeeeh hidup dipondok penuh iqoob. Kepala ini rasanya ingin pecah. Perasaan tertekan. Tubuh tak sanggup lagi menjalani.
"Aku Mau Pindah" ..

Pondok penuh dengan peraturan, banyak kegiatan dan banyak sekali jadwal, jadwal dan jadwal. Kalo aku ingin langsung nelpon ke rumah saat ini juga. Nelpon pun pake jadwal. Kalo ngikutin jadwal pasti ujung-ujung nya antri antri dan antri.

"Dibalik Kata -SANTRI- terselip kata -ANTRI-". Katanya sih, tapi memang benar sekali. Sangat melatih kesabaran.

Tapi kali ini aku gak bisa menahan kesabaran ku lagi. Pilihan terakhir yaitu harus nelpon lewat wartel di koperasi pesantren, semakin lama bicara semakin banyak biaya yang ditanggung dan itu satu-satunya jalan ku. Pokoknya aku mau pindah dari sini titik.

Tett tersambung ..

Semoga mama yang jawab, ga kebayang kalo papa yang angkat aku mau ngomong dari mana coba, lamun ku.

Sejenak..
" Assalamualaikum.. " terdengar suara mama dari balik telpon

-Wah, alhamdulillah mama yang angkat tlpn-

"Wa'alaikumussalam ma, ini lala.."

"Wah lala, apa kabar nak? Ada sehat? Masih ada uang? Gimana belajar?" cetus mama

Ya begitulah naluri seorang ibu , ketika jauh dari anak nya. Tapi sekarang bukan waktunya bertele-tele, tapi timing yang tepat aku menyatakan keinginan ku untuk pindah.

"Ma, pesantren padang ada ga hubungi mama? Kan lala cadangan 3 kemarin, mana tau ada yang ga ngambil." ucapku sedikit gemeteran, moga aja mama paham maksud ku

"Ada laa, tapi kan lala udah masuk pondok disana. Jadi mama batalkan. Memangnya kenapa?", jawab mama
Mendengar itu, Hiks hiks 😭  harapan ku musnah seketika, air mata ku mengalir begitu saja

" Ma.. Lala mau pindah. Ga sanggup lagi disini", ucap ku sedikit terbata-bata isak tangis ku tengar jelas sekali.

"Loh kok lala mau pindah? Bukannya lala sendiri yang minta masuk pesantren ..bla..blaa.. "

Aku langsung menutup telpon mama, tak bisa lagi berkata apa-apa, dan aku gak mau mendengar celotehan mama karena aku gak betah di pondok ini.

Hampa -_-

Aku merasa kan reaksi negatif dari dalam diri ku,
Benar.
Aku yang menginginkan masuk pesantren. Pesantren mana pun. Dan harusnya aku bersyukur bisa masuk ke pondok pesantren ini. Tapi siapa sangka hidup didalam nya akan membuat aku jadi gak betah begini. Aku hanya ingin kenyamanan. Aku gak suka di bentak. Bukan gak suka lagi, tapi benci. Aku rasa aku sudah mulai kebal dengan semua ini. Sepertinya tak ada lagi harapan untuk pindah. Teman-teman yang seperjuangan penderitaan nya dengan ku sudah berangsur-angsur meninggalkan pondok ini. Pada akhirnya aku putuskan. Aku akan tetap bertahan disini. Menjalani skenario kehidupan yang sudah Allah atur. Oke mulai saat ini gak ada lagi kata-kata pindah. Ayo kita mulai perjalanan baru dengan langkah yang baru.

***

Ikuti terus yaa perkembangan cerita ku, yang akan semakin seru. Dengan konflik-konflik yang mungkin gak semua anak yang mondok yang mengalaminya tapi aku mengalami nya"
~Afwan jika ada penulisan yang salah & mohon kritik dan saran~

Karena Dia ( Allah, Al-Qur'an, DIA )  {COMPLETE}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang