Bab 9
Januari, 2013
"Menangislah ketika kau melakukan maksiat tidak ada yang menegurnya, karena orang yang masih ada harapan baik, selalu Allah kirimkan orang-orang baik untuk menasehati nya"
***Masa Puberitas.
Wajar sekali seumuran ku mengalami masa-masa sulit seperti ini. Cinta monyet -katanya-,
Masa-masa ingin diperhatikan dan memperhatikan.
Rasa ingin dimiliki dan memiliki nya.Aku sekolah di pondok pesantren, yang sangat terjaga dan ketat peraturan nya.
Justru karena berada di pondok pesantren, yang dimana santri dan santriwati yang berada pada koridor terpisah seperti inilah ujian bagi para santri dan santriwati, bagaimana harus mengendalikan perasaan tau dan ingin tau nya kepada antar sesama mereka.Saat ini. Aku terlibat pada kasus yang bernama PACARAN.
Hal yang sangat tak wajar di kalangan remaja umum tentu nya. Tapi tidak dengan kalangan seusia ku di pondok.***
Namanya Fandi. Dia teman seangkatan ku, awal mengenal nya karena aku sekedar ingin membantu menjadi 'makcomblang' diantara dia dengan teman ku yang bernama Tiara. Karena kedekatan ku dengan nya, akhirnya beredar lah isu-isu kedekatan kami sehingga menjadi besar.
"Lagi dimana laa?" , tanyanya melalui handphone hari ini adalah jadwal masuk kembali ke pesantren setelah liburan semester 1 berlalu
"Lagi diluar", jawab ku
"Belom ke pesantren?", tanyanya
"Memangnya kenapa?", tanya ku
"Ketemuan yuk", ajak nya
Ketika itu aku sedang berada di rumah nenek siti. Jujur saja, aku tak pernah terbuka kepada sahabat-sahabat ku mengenai kedekatan aku dengan Fandi. Karena mereka pasti marah jika ada diantara kami yang terlalu dekat dengan anak putra.
"Kita boleh nakal atau pelanggar dalam hal peraturan pondok. Tapi ingat satu hal! Kita gak boleh ada yang bermasalah menyangkut anak putra. Apalagi PACARAN!!" , janji kami ketika itu
##
"Maaf ya, aku lagi di rumah siti. Jadi gak bisa", jawab ku
"Ooh siti, aku juga dekat kok sama dia", ujar nya
Aku langsung bingung,
"Serius?"
"Iyaa. Kamu sekarang di rumah nenek siti?"
"Iya"
"Ooh aku tau rumah nya dimana. Aku kesana ya", ucapnya langsung mematikan telpon
-gawat beneran dia mau kesini- batin ku
Aku gak pernah bertemu langsung dengan nya. Melihat pernah yaitu dari foto facebook nya, atau dari jauh dan sangat kurang jelas.
Sore pun berganti malam..
"Laa kita balik pondok besok pagi aja yok, soalnya kata nenek gak baik malam-malam gini balik nya", ucap siti
"Wah serius ?? Ntar kalo ketahuan gimana? Kan malam ini ada absen?", ujar ku cemas
"Tenang, kan ada yang lain, kita minta tolong aja", bisiknya
Aku pun tersenyum
Tiba-tiba
Teet.. Tet..
Terdengar bunyi klakson motor dari luar rumah siti..
-waduh gawat, pasti dia- batin ku cemas
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Dia ( Allah, Al-Qur'an, DIA ) {COMPLETE}
Spiritual[ Sudah Terbit di Play Book dan Play Store ] -Sebagian Part Di Private (follow dulu) # CERITA LENGKAP # #4 - [inspirasi] #143 - {Spiritual} 100518 #144 - {Spiritual} 220418 Kisah inspiratif diambil dari kisah nyata hijrahnya seorang akhwat tamatan...