After Rain - Chapter 12

288 13 7
                                    

Memaafkan sebenernya gak sulit, tapi egomu yang besar, membuatnya lebih terasa berat.

-Elang Bagaskara-


Nathan berjalan menuju pintu rumahnya dengan langkah gontai. Tangan kirinya ia biarkan berada di saku celana, sementara tangan kanannya memainkan kunci motor. Ia menatap ke depan, tepat pada seorang anak laki-laki yang sudah lama ia rindukan. Elang Alrian Bagaskara. Sahabat kecilnya.

Elang mengetuk-ketukan ujung jari nya ke ponsel, ia lelah menunggu Nathan, bahkan sekarang sudah jam enam sore. Tapi cowok itu sama sekali belum kelihatan batang hidungnya, kemana coba?.

"WOI, sorry telat, macet" Elang menoleh, dan sudah ada Nathan di belakangnya.

Elang dari tadi duduk di ruang keluarga, meng gonta-ganti chanel tv. Dan Elang udah mulai bosan hanya karna menunggu Nathan.

"Macet dimana? Gue tadi lancar tuh" Elang menyangkal pernyataan Nathan

"Ya lo tadi kesini masih jam 5 nah gue berangkat jam setengah enam" Elang udah hafal banget kebiasaan Nathan di luar kepala. Jam karet, tukang ngebo, judes, ngeyelan. Tapi cowok blasteran Indo-Jerman itu cukup perhatian pada orang yang ia sayang. 

"Iya deh, nyerah gue ngomong sama lo" Nathan tersenyum bangga, itu yang dia suka dari Elang, penurut.

Elang seharusnya masih kelas sepuluh, tapi saat SMP ia ambil dua tahun, jadi bisa setingkat dengan Nathan.

Tapi Elang bisa dibilang lebih dewasa dari Nathan, kadang Nathan menganggap nya seperti kakak. Padahal harusnya terbalik.

"Gimana? Mau disini? Ato ke kamar gue? " sudah pasti Elang milih pernyataan kedua, karna dia udah capek nungguin Nathan.

Kaya nya rebahan enak.

"Kamar lo aja, gue pengen tiduran" Nathan paham, salah dirinya juga, datang terlambat.

#####


Nathan memeluk Elang ala-ala cowok. Detak jantung Elang masih sama, tidak beraturan. Berbeda dengan detak jantung miliknya yang naik-turun dengan teratur. 

Nathan merangkul pundak Elang ramah, menuntun cowok berkaca mata itu menuju kamarnya. Nathan langsung membuka pintu dan mempersilahkan Elang masuk.

"Gimana? Masih suka sama cewek pemilik kamar seberang? " tanya Nathan tanpa ragu. Nathan melepas arloji coklat dengan strap kulit miliknya.  

"Hm.. Lo sendiri? Udah move on? " tanya Elang balik yang malah menyudutkan posisi Nathan.

'klek'

Nathan meletakkan jam nya di meja dengan suara yang terkesan dibuat keras untuk menutupi wajah gusarnya. Mata Nathan mengerling ke segala arah.

"Susah ya, punya satu komplotan, dan ada satu orang yang beda jenis kelamin. Dan bodohnya lagi, tiga orang yang berjenis kelamin sama, rebutan satu spesies yang berbeda itu. "  Nathan tersenyum miring, begitupun Elang yang mulai paham arah pembicaraan Nathan.

"Udah gue duga, lo juga suka Reina. Dan apa? Sekarang Dicky juga suka Reina? " tanya Elang pelan. Nathan mengangguk setuju.

"Berarti? Udah nggak ada celah buat Dicky ngelak, dia harus maafin gue. " kata Elang lagi. Nathan menoleh.

"Jadi? Selama ini kalian? Masih juga diem-dieman? " tanya Nathan. Elang mengangguk.

"Gue udah coba minta maaf, udah coba ngajakin dia ketemu, tapi di selalu ngelak. Yaa.. Gue paham, Dicky dulu cinta banget sama Refina, gue ngerti kenapa dia diemin gue kaya gini. " Elang mencoba menjelaskan. Nathan mengangguk paham.

After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang