Gue harap lo nggak lupa. Lo punya gue, dan sebisa mungkin gue disini buat lo.
-Regina Anggraini -
UN sudah seminggu berlalu. Kini tinggal Persiapan mereka untuk merayakan prom night.
Elang tengah bersiap di depan cermin kamarnya. Merapikan setelan jas yang ia kenakan. Disamping nya, telah berdiri Marko. Bocah berumur tiga tahun yang juga mengenakan jas hitam dan kemeja putih. Mirip seperti yang Elang kenakan.
"Ko? Kamu udah Siap? " Elang berjongkok. Menyamakan tingginya dengan Marko.
"Udah, Malko boleh kan? Ikut kakak ke sekolah? " Elang hanya mengangguk, lalu mencium kening Marko lembut. Bodoh jika ia membenci Marko, karna Bocah kecil itu sama sekali nggak salah. Perselingkuhan itu adalah ulah Papa nya. Bukan Marko.
Elang menghembuskan napas nya kasar.
"Keluar yuk, udah jam 7" Elang berdiri lalu menggandeng tangan Marko. Menuntunnya keluar kamar.
"Tante Malisa...! Malko udah selesai" Marko mengetuk pintu kamar Marissa yang bersebelahan dengan kamar Elang.
'Klek'
"Iya sayang... Yuk, " Elang hanya memandangi Marko dan Marissa dengan seulas Senyum. Elang hanya membayangkan, andai Marko adalah adik kandungnya. Bukan anak dari selingkuhan Papa nya.
"Lang? Yuk, udah jam 7. Nanti kamu telat" Elang mengangguk pelan. Lalu merogoh saku celana nya. Mencari kunci Mobil yang tadi sudah ia masukkan.
#####
Sementara Nathan dan Regina telah berada di sekolah. Mereka berdiri di dekat meja stand minuman.
"Nathan, gue nggak nyangka. Gue bisa di terima beasiswa itu" Regina masih menggenggam bucket mawar yang tadi Nathan berikan. Sementara Nathan masih menatap taman kecil yang disiapkan sebagai dekorasi acara.
"Gue juga nggak nyangka. Gue dapet tawaran kuliah di Jerman. Sebenernya itu bukan cita-cita gue. Tapi Papa udah daftarin gue. Dan ya gitu, gue nggak bisa nolak" Nathan berucap getir.
"Nath, lo liat bunga ini" Regina menarik setangkai mawar dari bucket nya. Dan menaruh bucket itu di meja stand.
"Dia indah kan? " Nathan mengangguk.
"Lo tau? Sebenarnya dia juga nggak berharap dipetik sama manusia. Dia pengennya tetep ada di pohonnya. Tapi lo liat? Dia pasrah dipetik. Dan lo tau kan? itu malah semakin nunjukin sisi indahnya" Nathan mengernyit. Masih belum paham kemana arah omongan Regina.
"Oke, dia sama kaya lo. Papa lo pasti punya maksud buat daftarin lo kuliah Teknik Sipil, jauh ke Jerman. Papa lo pengen, lo bisa lanjutin usaha Papa lo. Lo tau kan maksudnya gue? " Nathan mengangguk. Kali ini ia paham.
Regina kembali meraih Bucket bunga nya. Menggendongnya lagi.
"Reg, " Nathan memanggil nama Regina pelan.
"Hmm? "
"Kalo nanti gue pergi. Kalo nanti kita udah jauh. Lo jangan lupain gue ya? Lo tetep jadi Regina gue. Lo tetep kaya gini. Tetep jadi penyemangat nya Nathan" Regina mengangguk pelan. Lalu menatap mata Nathan cukup dalam.
"Nathan, Kalo nanti kita jauhan. Gue harap lo nggak lupa. Lo punya gue, dan sebisa mungkin gue disini buat lo" Regina mengelus pipi Nathan pelan, dan Nathan meresapi setiap pergerakan tangan Regina di pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Rain
Teen FictionLo bakalan ngerasa bahagia, saat orang yang lo sayang ada disisi lo. Terlihat, maupun enggak terlihat. Lo akan bahagia. -Nathan Adriansyah- Gue mencintai lo, bahkan sebelum lo mencintai gue. Tapi gue sadar, kita nggak akan bisa bersatu. -Reina Prat...