"Gina! Gue mau ngomong sama lo! " Dimas menghadang jalan Regina saat cewek itu berjalan menuju gerbang.
"Gue gak ada waktu! " Regina mencoba mengelak, menyuruh Dimas minggir. Tapi cowok berkulit sawo matang dengan hidung mancung serta mata teduh itu tidak menyerah begitu saja.
"Gue mau ngomong sama lo! Penting! " kata Dimas lagi. Rahangnya mengeras, seakan dikuasai emosinya. Tapi Regina tetap berusaha mengelak.
Dimas mencekal pergelangan tangan Regina, menarik Regina dengan cukup kasar. Regina mencoba memberontak, tapi kekuatan Dimas lebih kuat darinya.
"Dim! Lepasin! " berontak Regina yang mencoba menghentak-hentakkan tangannya, mencoba melepaskan genggaman Dimas.
"Dimas! Gue mau pulang! Lepasin Gue!! " Dimas tetap masa bodoh, cowok itu tatap menyeret Regina menuju tempat yang ia inginkan. Rooftop sekolah.
"Lo mau ngapain sih!! Gue bilang gue mau pulang! Dimas!!! " Regina masih saja memberontak.
Dimas menyeret Regina untuk ikut naik. Lalu cowok itu menutup pintu darurat. Ia melepaskan cekalannya. Beralih memegang kedua pundak Regina, memaksa cewek itu menghadap dirinya.
"Gue mau jujur soal kita, " kata Dimas setengah berteriak. Agar Regina diam. Tapi bukannya diam Regina malah semakin berontak.
"KITA UDAH SELESAI! GUE MAU PULANG! SEKARANG! GUE GAK ADA WAKTU BUAT NGOMONG APAPUN SAMA LO!! " Dimas tersenyum miring.
"Gue gak suka elo manggil gue tanpa embel-embel kak! " kata Dimas mencoba santai. Tapi emosinya tidak bisa dianggap remeh.
"Oke, Gue mau pulang, sekarang! Kak Dimas! Puas?! " Regina menyingkirkan kedua tangan Dimas dari kedua pundaknya.
"Nggak! Gue gak suka lo menghindar dari gue! " kata Dimas lagi. Regina terdiam. Mencoba mengendalikan emosinya.
Tanpa mereka sadari Nathan melihat itu semua. Cowok itu lebih memilih bungkam di ujung kanan Rooftop di samping tumpukan beberapa kardus kosong. Membiarkan perdebatan itu berjalan tanpa di selimuti canggung. Nathan memang sengaja datang ke sekolah hari ini. Ia bosan harus berlama-lama di kantor Dani, mengikuti rapat ini-itu yang ia sendiri tidak tahu jluntrungannya.
"Bukannya satu tahun lalu lo yang berusaha menghindar dari gue? " tanya Regina meremehkan. Dimas terdiam mencoba mencerna emosinya.
"Gue menghindar karena satu alasan. Rahasia yang gue sendiri juga baru tau, satu tahun lalu. " Regina mencoba diam, mendengarkan apa yabg dikatakan Dimas.
"Rahasia tentang lo, dan gue. " kata Dimas lagi. Regina mengernyit.
"Lo sebenarnya bukan anak tunggal dari keluarga Ferdinant Tanaka. Karena sebenarnya gue anak pertama mereka yang di asingkan. " kata Dimas lebih lembut.
"Lo gak usah bohong. Gue kenal Ferdinant Tanaka dengan baik, Ayah gue gak mungkin kaya gitu! " kata Regina menyangkal pengakuan Dimas.
"Lo boleh percaya boleh enggak, Ayah ngasihin gue sama rekan kerjanya. Karena waktu itu, Ayah terbelit hutang yang sangat banyak. Dan orang tua angkat gue, maksa Ayah buat nyerahin gue ke mereka. " kata Dimas lagi. Regina terdiam seribu bahasa, seakan suaranya menguap entah kemana.
Nathan membulatkan matanya. Jadi? Mereka memang mirip, bukan cuman kebetulan mirip. Nathan menggaruk tengkuknya yang sebenarnya sama sekali tidak gatal. Ia masih tetap memilih diam. Mendengarkan kalimat lanjutan yang di ucapkan Dimas.
"Awalnya Ibu nggak mau, tapi orang tua angkat gue tetep maksa. Akhirnya Ibu sama Ayah nyerahin gue ke mereka. Dan hutang Ayah dianggap lunas. Setelah mereka menggadaikan gue, anak yang sama-sekali enggak bersalah. " kata Dimas lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Rain
Teen FictionLo bakalan ngerasa bahagia, saat orang yang lo sayang ada disisi lo. Terlihat, maupun enggak terlihat. Lo akan bahagia. -Nathan Adriansyah- Gue mencintai lo, bahkan sebelum lo mencintai gue. Tapi gue sadar, kita nggak akan bisa bersatu. -Reina Prat...