"Nath. Lo pulang aja. Kasian badan lo, dari kemaren lo ga pulang, ga tidur, gamau makan. Liat deh! Kantung mata lo kentara banget. " Dicky menatap Nathan yang masih setia menunggu di sofa ruang rawat Elang.
Ya. Cowok itu telah di pindah ke ruang rawat setelah persyaratan administrasi nya di lengkapi. Kemarin, setelah Nathan memberitahukan identitas lengkap Elang pada receptionist, cowok itu di pindah ke ruang rawat biasa.
"Gue mau nunggu Elamg siuman. " kata Nathan datar. Cowok itu masih setia duduk di tempat yang sama sejak kemarin. Wajah Nathan sedikit pucat, terakhir ia makan saat Regina membawakan bekal ke rumah nya, itu pun ia hanya makan beberapa suap saja.
Dicky yakin sebenarnya asam lambung Nathan naik. Tapi cowok itu memilih untuk diam. Dicky menggeser posisi duduk nya. Ia merangkul pundak Nathan, mendekap cowok itu. Nathan sama sekali tidak menolak.
"Lo pulang ya? Gue bakal jagain Elang buat lo. Begitu dia sadar lo orang pertama yang gue kasih tau. Sekarang lo istirahat. " Nathan menggeleng pelan.
"Nath. Please, jangan kaya gini. " kata Reina yang sedari tadi diam. Nathan hanya menatap Reina sekilas. Ia kembali menunduk dalam diam. Ia berubah berkali-kali lipat lebih dingin dari biasanya.
"Nathan.. Sebaiknya kamu pulang ya? Kasian Mama kamu, pasti khawatir. Kenapa anak bungsu nya belum pulang. Ya? " kini giliran Marissa yang membujuk Nathan. Nathan mendongak, menatap sekilas Marissa.
"Nath.. " Marissa berdesis pelan. Nathan mengangguk lemah. Mama pasti menunggu nya. Ia bangkit, lalu berjalan pelan untuk pulang. Dicky mengikuti langkah Nathan. Mengantar cowok itu sampai ke rumah.
"Nathan pamit. Nanti kalo Elang bangun. Bilang Nathan. " katanya entah untuk siapa. Marissa mengangguk lalu tersenyum, mengantar kepergian Nathan sampai depan pintu.
Kini tinggal dirinya dan Reina di sini. Marissa menatap sendu putra semata wayang nya. Wajah tenang Elang membuat nya ingin menangis. Mata teduh itu telah memejam beberapa hari, tanpa ada niatan untuk kembali terbuka.
"Tante. Rein yakin Elang pasti sembuh kok. Elang itu kuat. Rein tau itu tan. Elang itu penyemangat Refi, Elang pasti lebih kuat. " Marissa tersenyum samar, lalu mengagguk. Ia merengkuh tubuh mungil Reina.
"Kondisi Elang sering drop akhir-akhir ini. Tapi tante selalu yakin, Elang bisa melewati semua ini. " kata Marissa optimis. Ia harus bisa meyakinkan dirinya sendiri, ia harus yakin Elang bisa bertahan lebih dari yang di perkirakan dokter selama ini.
"Ma... " Marissa menoleh ke sumber suara. Ia melihat bibir pucat itu bergeming. Memanggil namanya.
"Mama.. " suaranya parau, samar-samar masih bisa Marissa dengar.
Marissa segera menghampiri tubuh Elang yang terbaring lemah. Menggenggam tangan dingin putra nya.
"Mama di sini sayang.. "
Bibir Elang masih menggumam, namun mata nya seakan belum mau di ajak bekerja sama. Ia belum ingin terbuka kembali.
#####
"NATHAN! Akhirnya kamu pulang sayang... " kata Fani saat membuka pintu dsn mendapati Nathan yang diantar Dicky.
Cowok itu berdiri di depan pintu tanpa ekspresi. Fani menggenggam tangan Nathan. Dingin. Sensasi itu menjalar ke kulit telapak tangan Fani. Bibir Nathan pucat, senyum anak nya itu juga tidak lagi ada hari ini.
"Ayo masuk. " katanya, lalu menuntun dua anak laki-laki itu memasuki rumah.
BRUKK...
"NATHAN!! " Fani dan Dicky memekik bersamaan. Fani memangku kepala Nathan sayup-sayup Nathan masih bisa mendengar, namun bibirnya kelu. Tak mampu menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Rain
Teen FictionLo bakalan ngerasa bahagia, saat orang yang lo sayang ada disisi lo. Terlihat, maupun enggak terlihat. Lo akan bahagia. -Nathan Adriansyah- Gue mencintai lo, bahkan sebelum lo mencintai gue. Tapi gue sadar, kita nggak akan bisa bersatu. -Reina Prat...