Ini udah ga flashback btw. Chapter ini bakal boring (dan panjaaang) gara2 nyeritain seberapa deket Seongwoo sama keluarga Daniel.
Sebenernya kalau dilihat-lihat, Seongwoo itu super sabar, tiap minggu pagi dia mau aja ditawan Daniel buat bantu-bantu bersihin apartemennya. Tapi mau gimana lagi, emang Daniel itu joroknya sering kambuh. Pernah waktu itu dia nemu kecoak di dapurnya, terus... dia lari ke apartemen Seongwoo, nginep di situ sampai tiga hari gara-gara trauma.
Hmm, kok kayaknya alasan doang ya :(
Jadi mau nggak mau, Seongwoo akhirnya bantuin Daniel buat bersih-bersih tiap minggu, biar nggak tambah nyusahin nantinya. Lagipula dia selalu dikasih jatah kok tiap minggu...
Jatah makan, jatah apalagi coba.
"Niel, itu sampahnya buruan dikeluarin, ntar bau lo..." Seongwoo teriak ke Daniel yang tengah mengikat plastik hitam berisi sampah. Mereka emang kerjasama gini kalau bersih-bersih, Daniel bakal ngurusih sampah dan Seongwoo ngerapi-rapiinnya. Udah kayak siap berumah tangga gitu.
"Iya..." Pria berdada bidang itu pun mengangkat plastiknya, berniat membuang sampah ditangannya, namun sebelum keluar apartemen, dia mengusak-ngusak rambut Seongwoo yang berpeluh.
"Duh! Ntar rambut aku kotor kalo kamu pegangin mulu. Jorok!" Protes pria yang lebih tua sambil mengusap rambutnya sendiri.
"Bodo." Jawab Daniel, singkat aja. Lagipula bagus kan kalau Seongwoo-nya ngambek, jadi gampang mutusinnya ntar.
Selesai bersih-bersih, Daniel niatnya mau mandi. Lagipula udah hampir jam 8, ya kali minggu-minggu gini mau di apartemen aja. Kan dia mau jalan-jalan cari gebetan baru. Tapi sama Seongwoo sih. Soalnya kalo ditinggal sendirian dia suka diajak keluar sama Minhyun. Daniel mana ikhlas.
Nggak berapa lama, ponsel si pria pirang itu bunyi, dan ada nama kontak ibunya yang tertera disana.
"Mama telpon." Ujar Daniel pada Seongwoo. Yang diajak bicara jadi ikut nervous, soalnya kalo mama Daniel telpon, pasti dia juga kena batunya.
"Yaudah angkat,"
"Kebelet, Woo." Halah, Daniel itu mah cuma alasan. Mama Daniel itu hampir tiap minggu telpon, dan beliau selalu aja punya gosipan terbaru yang rasanya wajib diceritain ke anak dan, ehem, calon mantunya itu.
"Bodo." Balas Seongwoo cuek sambil mencuci tangannya di wastafel.
"Kamu angkat aja ya?"
"Ya kamu angkat dulu lah! Masak tau-tau aku yang ngomong!"
Daniel berdecak, akhirnya dia ngalah. Dia pun mengangkat panggilan dari mamanya itu.
"Halo. Ma? Daniel kebelet, mama ngomong sama Seongwoo dulu ya."
Bekicot racun! ini anak nggak berbakti banget sama orang tua. Terpaksa Seongwoo yang berbudi pekerti luhur itu yang ngangkat. Siap-siap telinga panas deh kalau ngeladenin mamanya Daniel.
"Halo, tante?" Panggil Seongwoo, agak lirih dengan nada seramah mungkin.
"Halo! Seongwoo! Kamu apa kabar?!" Mama Daniel terdengar antusias disana. Seongwoo segera menuju sofa, menyamankan dirinya untuk mengobrol dengan beliau.
"Baik, kok, Tante. Tante apa kabar? Om juga apa kabar?"
"Baik juga... Om itu tuh, abis check up kemarin kolesterolnya masih tinggi aja..."
"Loh, padahal katanya udah minum obat ya, Tan? Olahraganya kurang kali, terus kan faktor stress kerjaan juga bisa. Namanya juga CEO, Tante, pasti banyak pikiran..." Balas Seongwoo dengan nada prihatin. Iya, dia emang udah sering telponan juga sama mamanya Daniel. Ketemu juga pernah, dua kali tepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakup Challenge - OngNiel
FanfictionDaniel yakin dia playboy ulung, paling lama bertahan pacaran paling cuma dua minggu. Tapi entah bagaimana caranya, ini hampir satu tahun dia bersama dengan Ong Seongwoo, pria yang kecerobohannya tenar seantero kampus itu. Daniel harus mempertahankan...