Part 11

14.9K 2.2K 759
                                    

Senin selalu jadi hari yang berat, apalagi buat Seongwoo yang masih aja berkutat sama tugas kuliahnya, padahal lagi menempuh tugas akhir juga. Mana dapet tugas ngerangkum materi kuliah tadi siang dan harus ngumpulin nanti malem lagi. Huhu, berjuang hidup untuk mendapat sebongkah berlian harus gini banget.

Maunya dia ngerjain di lab, kali aja Taeyong sama Minhyun lagi disitu buat ngerjain juga. Sharing is caring, lah! Kan mereka sekelas. Tapi waktu dia nyaris sampai di lab-nya, Daniel malah udah nangkring disitu sambil membawa tas ransel.

"Adek nyari siapa ya, dek?" Panggil Seongwoo sambil menepuk pundak pria yang lebih muda. Daniel mengernyit.

"Nyariin anak bekantan ini ilang satu kemana ya," Katanya sambil mencubit pipi Seongwoo yang menggembul. Tak lama tangannya beralih mengusap anak rambut yang lebih tua.

"Ayo, ikut, udah nggak ada kelas kan?"

"Kemana emang? Udah nggak ada kelas sih, tapi mau nugas dulu,"

"Pakai laptop bisa, kan? Anterin aku ke salon."

Mata Seongwoo membulat sempurna, dia langsung ingat kejadian beberapa bulan lalu waktu Daniel ngajak dia ke salon langganan. Waktu Seongwoo tanya kenapa kok dia harus ikut, katanya biar Daniel nggak kelihatan jomblo sama para staff disana. Malu, ganteng gitu kok jomblo.

Cuih!

"Dih! Ngapain! Mau ganti warna rambut lagi?" Seru Seongwoo nggak terima, Daniel mengangguk, "astaga, Niel! Terakhir aku nungguin kamu itu dua jam tau nggak! Mana lemot lagi wifi di salonnya! Ogah!"

Ini kedua kalinya Seongwoo diseret Daniel buat ikut ke salon cuma buat nungguin dia ganti warna rambut. Dulu sih dari abu-abu ke pirang. Seongwoo sampai kaget sendiri karena rambut Daniel yang tadinya kayak ubanan ganti warna jadi kuning-kuning anyut di kali.

"Wifi-nya udah aku suruh naikin speed –nya! Kamu bisa nugas disana!" Daniel masih memaksa sambil menyeret pergelangan tangan Seongwoo seperti biasa. Untung mereka ada di lantai 3, jadi nggak banyak orang lewat dan ngelihat.

Si surai hitam yang nggak suka diseret-seret itu pun menarik kembali tangannya, kemudian melipatnya di depan dada.

"Dih, emang kamu siapa? Sodaranya yang punya salon itu?" Ujar Seongwoo meremehkan. Lagipula, siapa Daniel kok bisa nyuruh-nyuruh salon yang terkenal bagus dan mahal di Seoul itu naikin kecepatan wifi-nya?

"Iya, itu salon emang punya sodaraku, kenapa?"

Mulut Seongwoo menganga seketika.

"Yang... yang gede kemarin itu? Yang mahal banget itu?"

"Iya. Udah jangan rewel. Bawa laptop kan? Langsung kesana aja, ya..."

Pria yang lebih tua akhirnya pasrah seperti biasa. Pikirannya masih dipenuhi pertanyaan-pertanyaan penuh keheranan, emang semua orang kaya di Korea Selatan ada hubungannya ya sama Daniel?

***

"Kamu tunggu disini aja. Password wifi-nya nama kamu. Paling dua jam selesai."

Mereka berdua udah masuk ke dalam salon yang lumayan luas dengan aksen putih yang mendominasi itu. Seongwoo duduk di ruang tunggu, dia mulai mengeluarkan laptopnya dan mengkoneksikannya ke internet. Daniel sendiri masuk ke ruang lain yang dibatasi suatu sekat. Nggak seperti kunjungan sebelumnya, salon itu lagi nggak ada pengunjung sama sekali.

"na... ma... ka... mu..." Seongwoo mengetikkan password wifi yang udah Daniel kasih tau tadi. Anehnya, laptop-nya nggak bisa nyambung ke internet. Passwordnya nama kamu kan? Bener kok!

Breakup Challenge - OngNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang