"Daniel!" Teriakan Seongwoo jelas terdengar oleh Daniel. Berkali-kali malah. Tapi dasarnya lagi nyesek, Daniel merasa perlu untuk nggak diganggu terlebih dahulu. Lagipula, dia marahin Seongwoo juga nggak ada hak.
"Aw!"
Daniel mendengar suara jatuh dari belakangnya. Seongwoo tersungkur, walaupun nggak sampai mencium aspal. Bisa-bisa cemburu Daniel sama aspalnya kalau sampai begitu. Aman lah, ujar si aspal.
"Nggak usah pura-pura jatuh!" Bentak Daniel sambil mendekati Seongwoo pelan-pelan agar nggak terlihat percaya akan dustanya. Tapi diam-diam, Daniel tetap memperhatikan tubuh pria kurus itu dengan seksama, mengecek apakah ada luka yang berani-beraninya hinggap di tubuhnya.
"Aduh!" Seongwoo mengaduh lagi saat dia berhasil terduduk. Lututnya luka, kaki kanannya memar sedikit. Dia emang nggak jago olah raga gara-gara tingkah cerobohnya ini. Jadi ya, nggak kaget lah kalau dia jatuh padahal cuma beberapa meter berlari.
"Ya ampun sampe lebam gini!" Kata Daniel yang secepat kilat menghampiri Seongwoo, "kita ke dokter!"
"Nggak usah." Elak Seongwoo sambil memberikan kantong plastik yang Daniel jatuhkan tadi.
Bukannya menyambut ramyeonnya dengan penuh kehangatan, pria yang lebih muda itu justru memaksa Seongwoo agar mau hinggap di punggungnya. Dia menggendong Seongwoo tanpa mempedulikan kata penolakan dari pria bersurai hitam itu.
Daniel mulai berjalan sambil menggendong Seongwoo di jalanan dekat apartemen yang lengang. Langkahnya tidak terlalu cepat, namun tak lambat sehingga Seongwoo bisa segera diobati.
"Kamu..." Ujar Daniel tiba-tiba, "udah jadian ya sama dia?"
"Nggak." Jawab Seongwoo cepat.
"Terus ngapain kalian peluk-pelukan gitu?"
"Masa mau pelukan sama temen sendiri nggak boleh?"
"Ya tapi kan harus ada alasannya."
"Kamu kan nggak perlu tau."
"Tapi kan—" Yang lebih muda tampak memikirkan kata-kata balasan yang terkesan nggak sok kepo, tapi nihil, pemikirannya justru tak memperoleh hasil, "iya deh, iya."
Mereka berdua kembali terdiam. Cuma suara krsek-krsek dari kantong plastik berisi ramyeon yang memecahkan kesunyian diantara mereka.
"Seongwoo." Kata Daniel kembali. Seongwoo menyambar tidak terima.
"Kak Seongwoo,"
"Iya, Kak Seongwoo." Daniel meralat perkataannya, "maaf."
"Lo bilang maaf? Tumben." Ejek Seongwoo, namun tak menutupi nada terkejutnya.
"Nggak jadi aja lah kalo gitu."
"Ehh, jadi jadi. Ini gue dengerin." Seongwoo buru-buru memperbaiki nada bicaranya. Penasaran kenapa seorang Daniel mau-maunya minta maaf. Pasti salah ngomong tadi!
"Maaf gara-gara kejadian sama Eunha dulu kamu jadi sakit hati. Sumpah itu nggak sengaja! Tanya Hyunbin, deh!" Kata yang lebih muda lirih. Seongwoo mengangguk sok paham. Daniel mau mengakui kesalahannya itu anomali. Aneh sekali. Masak dia mau begini cuma demi Seongwoo?
"Lo sebelum-sebelumnya juga udah bikin kesel kali, Dan."
"Yaudah, sebelum-sebelumnya juga aku minta maaf, aku emang kurang ajar kok," Ucapan Daniel kembali membuat Seongwoo terkejut. Setelah beberapa saat mereka saling terdiam, Daniel melanjutkan perkataannya, "dimaafin nggak?"
"Hmm." Bukannya menjawab dengan jelas, Seongwoo hanya berdehem ringan.
"Lisa Sabyan apa kamu ham hem begitu!" Daniel mencelos tanpa alasan, "kamu bosen nggak sih kalo aku minta kita balikan lagi?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Breakup Challenge - OngNiel
FanfictionDaniel yakin dia playboy ulung, paling lama bertahan pacaran paling cuma dua minggu. Tapi entah bagaimana caranya, ini hampir satu tahun dia bersama dengan Ong Seongwoo, pria yang kecerobohannya tenar seantero kampus itu. Daniel harus mempertahankan...