Part 23

14.8K 1.7K 1.1K
                                    

Daniel udah terlalu lama mengabaikan sahabat karibnya, orang-orang yang selalu ada di kala dia lagi susah, karena emang mereka yang bikin susah, sih. Jadi beberapa hari kebelakang, Daniel dibujuk untuk jalan-jalan bareng teman-temannya ke Jeju, semacam boys' day out. Dan kalau dipikir-pikir ya, why not? Sekalian Daniel pengen refreshing otak yang tiap hari cuma lihat tugas kuliah dan Seongwoo.

Tapi bukan berarti dia main setuju aja. Tau kan kelakuan temannya itu sampai-sampai bikin Daniel putus dulu? He doesn't want to experience that for the second time. Minimal untuk sekarang. Dan pasti udah ketebak kan langkah yang dilakukan Daniel untuk meminimalisir kemungkinan itu apa? Yup. Dengan membujuk Seongwoo untuk ikut. Menyedihkan emang.

"Nggak mau." Kata pria Ong itu dengan tegas, "kamu kan mau jalan sama temen-temenmu. Buat apa aku ikut? Pajangan?"

Hmm, bener juga. Seongwoo nggak terlalu dekat sama teman-teman Daniel, si Hyunbin, Woojin dan Guanlin, apalagi pasca Daniel dan dia putus dulu. Dia nggak mendengar kabar mengenai teman-teman pacarnya ini sama sekali.

"Kamu nggak mau nyoba kamera barumu?" Bujuk Daniel yang berdiri tepat di depan Seongwoo.

"Oh, great idea! Kameraku bawa aja gih."

Seongwoo kembali masuk ke kamar, mencari kamera barunya yang tersimpan rapi di dalam lemari. Buru-buru ia keluarkan kamera itu dan menyerahakannya pada yang lebih muda. Masih gres, belum ada lecet soalnya masih jarang Seongwoo pakai. Kalau sering mah, pasti kamera ini sudah lecet-lecet kayak anak kecil baru belajar naik sepeda.

Daniel menerima kamera itu dengan berat hati, "bawa yang punya nggak boleh?"

"Itungannya yang punya kamu juga, kan uangmu yang dibuat beli ini."

"Beneran nggak mau ikut?" Daniel bertanya untuk kesekian kalinya.

Hyunbin, Woojin, dan Guanlin sibuk membuat tanda silang dengan kedua lengan mereka dibalik punggung Daniel, di ruang tamu apartemennya yang sempit, seolah memberikan isyarat agar Seongwoo menolak untuk ikut. Ini boys' day out! Nggak boleh ada yang ngebucin!

"Nope. Udah sana berangkat, ditungguin tuh."

Daniel mengangguk. Mencoba menerima fakta kalau Seongwoo nggak ikut pergi bersamanya. Dalam hati Daniel mencoba sok tegar, ngapain juga pengen Seongwoo ikut? Nggak penting, ah. Tapi raut mukanya justru mirip anak anjing yang ditinggalkan induk.

Seongwoo mengecup bibir Daniel untuk membuyarkannya dari lamunan, "kenapa mukanya sedih gitu dah?"

Merasakan ada yang menyentuh bibirnya, Daniel membelalakkan mata. Tapi tak lama wajahnya kembali datar, "siapa yang sedih coba? Sebelah mananya, hm? Sebelah mana?"

Daniel mempersempit jarak antar wajahnya dengan milik Seongwoo. Pria yang lebih tua tertawa geli, apalagi ketika Daniel menciumi pipi dan hidung mancungnya beberapa kali. Hhh, he doesn't like this. Seongwoo gampang kegelian kalau wajahnya diciumi, dan Daniel selalu memanfaatkan kelemahannya itu. Licik. Namun tawa gelinya mulai surut ketika Daniel mencium bibirnya, dan dengan perlahan menempatkan kedua tangannya pada pinggang kecil milik yang lebih tua. Mereka berciuman lembut. Pelan, dan tidak terburu-buru.

"AHEM! HM!"

Suara terbatuk membuat Seongwoo ingat kalau ada orang lain di apartemen mereka sekarang. Duh, malu-maluin aja. Dia mendorong Daniel mundur, melepaskan ciuman lembut mereka tadi.

"Kenceng banget batuk lo, Bang. Esofagus lo ketempelan tomcat?" Tanya Guanlin yang duduk manis di samping Hyunbin.

"Tuh kan, batuk! Padahal mama kan udah bilang nggak boleh beli es! Masih aja, es terooossss!" Woojin ikut menimpali.

Breakup Challenge - OngNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang