"Hai nona, kebetulan sekali kita bertemu lagi." Sapa pemuda yang tak asing di mata Jieun. Ternyata benar, itu dia.
Park Jimin.
Tunggu, tunggu. Bagaimana kebetulan ini bisa terjadi? Seakan-akan sudah direncanakan sebelumnya. Tidak, ini tidak mungkin.
"Silakan masuk."
Mereka berdua memasuki rumah itu. Rumah yang tidak terlalu besar namun nyaman ditempati.
Mata Jieun terus menatap Jimin dengan tajam. Jieun pikir kebenciannya sudah berakhir, ternyata tidak. Ternyata ia masih memendam kebenciannya itu. Bagaimana tidak? Orang yang sangat ia sayangi, sangat ia cintai harus meninggal karena orang ini.
Ingin rasanya mencakar, menggores leher Jimin dengan pisau sekarang juga. Tapi tidak di sini, tidak dengan Jungkook. Jungkook tidak boleh tahu. Semua orang tidak boleh tahu. Hanya ia dan Jiminlah yang boleh tahu.
"Ehm, Jieun, kami mau masuk ke ruang itu. Kau mau di sini atau...?" ucap Jimin menatap mata Jieun.
Tiba-tiba suasana canggung mendominasinya, "A-aku di sini saja. Itu ... Masalah bisnis, 'kan?"
"Baik, apa kau ingin kubuatkan sesuatu?"
Jieun menyesal dalam hati. Jika ia tahu ia akan bertemu dengan orang ini, maka seharusnya ia memilih tidak ikut tadi. Namun di satu sisi dia juga ingin melampiaskan dendamnya.
Tunggu, melampiaskan dendamnya terlihat bagus di kamus Jieun saat ini. Ini kesempatan langka. Sungguh, ini adalah kebetulan yang menyenangkan bagi Jieun. Jieun yang tidak ada rencana apapun untuk menemui Jimin, bahkan ia hampir melupakannya, tetapi, sekarang ia bertemu dengannya lagi. Tanpa direncanakan. Tanpa Jieun sangka sebelumnya.
Sekarang ia harus membuat rencana. Pertama-tama ia harus menyingkirkan si Jungkook sialan ini.
Ya, untungnya Jieun cepat berfikir.
"Park Jimin, tiba-tiba aku merasa mual."
Tidak lama kemudian ia berusaha untuk memuntahkan seluruh isi perutnya dengan memukul-mukul perutnya.
"Hei, kau tidak apa-apa?" tanya Jungkook sambil mendekat pada Jieun.
"A-aku...." ucap Jieun tergantung karena ia masih berusaha memuntahkan isi perutnya. Ia masih berusaha untuk membuat dirinya terluka. Untuk menambah kesan dramatis ia terbatuk beberapa kali.
Jimin berhasil dibuatnya khawatir, begitu juga dengan Jungkook.
Dan akhirnya Jieun memegang pundak Jungkook dan mengatakan sesuatu di dekat telinganya.
"J-jungkook ... Efek alkohol."
Satu hal yang kalian perlu tahu: Jieun memerankan adegannya dengan baik. Sangat baik. []
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone
Fanfiction[COMPLETED] "I can't accept the fact that the only one who thinks I'm worth, is gone." Kecelakaan itu membuat Jieun tidak pernah menyangka bahwa orang itu benar-benar pergi dari dunia ini, tetapi di dalam hatinya, ia sangat percaya bahwa orang itu t...