Contain violent scenes.
-GONE-
Jieun sebenarnya tidak tega. Sangat tidak tega membunuh orang. Apalagi orang seperti Jimin.
Tapi ia sudah terlanjur benci pada orang itu. Sangat-sangat benci.
Tidak ada yang salah pada pertemuan awal mereka. Tapi tidak sampai Jieun tahu bahwa orang yang membunuh calon suaminya bernama Park Jimin. Sejak saat itu, ia membenci nama Jimin.
Dan saat ini, ia sampai pada puncaknya.
Ia masih ingat daftar itu. Daftar nama orang yang akan ia bunuh.
Park Jimin.
Matanya menelusuk mata Jimin seakan mengintrogasinya. Tidak, tidak. Ia benar-benar akan membunuhnya.
"Di mana Taehyung-ku!?" ia berbicara dengan nada sarkastis.
Jimin terkejut? Tentu. Bagaimana bisa ia berubah menjadi monster dalam waktu secepat kilat? Kira-kira itulah yang ada di benak Jimin.
"Park Jimin. Aku bersumpah akan membunuhmu sekarang juga kalau kau tidak memberitahuku dimana Taehyung sekarang."
Ingin membunuhku? Yang benar saja. Ia hanya bercanda haha.
"N-nona, kautahu sendiri bahwa Taehyung sudah meninggal. Aku sudah bertanggung jawab dan--"
"Ia masih hidup."
Jimin terkekeh. "Oh ayolah. Kau sudah melihatnya. Bagaimana mungkin ia masih hidup? Dan kau mau membunuhku? Kau bahkan tidak punya pisau atau alat semacamnya d-dan," ucapan Jimin terhenti ketika Jieun memperlihatkan pisau di tangannya.
Jimin meneguk salivanya kasar yang bahkan Jieun dapat mendengarnya.
"Nona, kau--harus--percaya--padaku," ucap Jimin terbata-bata.
Jieun terus mendekati Jimin. Jimin tentu saja berjalan mundur--mengantisipasi. Tidak bisa ia pungkiri jika ia benar-benar takut.
Bahkan Jieun lebih seram dari setan valak di film Conjuring yang baru-baru ini ia tonton.
Oh tidak. Ini bahaya.
Jimin terus berjalan mundur dan tiba-tiba ia tidak bisa berjalan mundur kembali. Ini semua karena tembok sialan itu.
Langkah Jimin terhenti. Dan ia baru menyadari bahwa ia terjebak. Bodoh.
"Nona, kita bisa selesaikan ini baik-baik."
"Tidak mau! Kau takut ya? Terjebak? Ha-ha."
Sepertinya Jieun sudah benar-benar gila. Ia menyayat-nyayat pergelangan tangannya dengan pisau yang dipegangnya.
Jimin semakin terkejut. Sebenarnya ada apa dengan orang ini?
"Nona, kau menyakiti dirimu sendiri."
Jieun semakin memperdalam sayatannya. Darah berwarna merah pekat mengalir dari tangannya kemudian berhasil menetes ke lantai berwarna putih tulang yang kontras dengan darah berwarna merah milik Jieun.
"Nona, berhenti!" Jimin menghentikan tangan Jieun yang sudah dipenuhi darah.
"Kenapa kau menghentikanku?"
"Kau gila. Sinting. Lebih sinting dari orang sinting. Aku tidak bercanda."
Jimin kemudian menatap mata Jieun--seakan meyakinkannya.
"Kalau aku tidak boleh membunuh diriku sendiri, ijinkan aku membunuhmu." []
Net noteu:
Hai! Apakah ada yg msh inget sm cerita ini!? Aku aja lupa nama pemerannya wkwkw.
Apakah kalian sewot setelah liat komuk Neta yg judes? Canda wkwkwk.
Sebelumnya maaaf banget karena baru apdet. Sempet kena writers block, tapi udah enggak. Hehe.
MAAF kalau penulisan agak kaku krn emang dah lama gk nulis. Jadi ya gitu...
Oh ya, aduh lupa kan mau ngomong apa. Aduh mau ngomong apa ya? Lupa, 'kan!
Mau nanya dong... Klo aku collab sm author lain... ada yg mau baca gk ya?🙊

KAMU SEDANG MEMBACA
Gone
Fiksi Penggemar[COMPLETED] "I can't accept the fact that the only one who thinks I'm worth, is gone." Kecelakaan itu membuat Jieun tidak pernah menyangka bahwa orang itu benar-benar pergi dari dunia ini, tetapi di dalam hatinya, ia sangat percaya bahwa orang itu t...