"J-Jungkook ... Efek alkohol."
"Nona, kau tidak apa-apa?" ucap Jimin peduli sembari mendekati Jieun.
Otak Jieun berpikir cepat seakan ada dialog yang menempel di kepalanya. "A-aku perlu obat."
Di dalam hatinya ia sangat berharap bahwa Jungkook yang pergi dan membelikan obat. Semua sudah ditata seperti skenarionya. Skenario dadakan yang ia ciptakan.
Tolong Jungkook, tolong sekali. Menyingkirlah dari sini. Batin Jieun.
Pokoknya, semua harus sesuai dengan skenarionya.
"Nona, biar kubelikan obat," ucap Jimin tiba-tiba yang berhasil membuat Jieun kecewa. Skenarionya gagal.
Tidak. Ini tidak boleh terjadi. Jieun memikirkan rencana lain untuk menjalankan misinya.
"Tidak hyung, biar aku saja." ucapan Jungkook barusan berhasil membuat Jieun melambung bahagia, namun kebahagiaan itu tidak ia tunjukan karena ia masih memerankan sandiwaranya di sini.
Sebenarnya, Jieun tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya, ia sedikit tersenyum di sini. Senyum yang tidak bisa dilihat Jungkook dan Jimin. Sekarang ia terlihat seperti tokoh antagonis yang sangat kejam.
Berkat kebodohan Jungkook, semua skenario dadakan yang dibuat Jieun berjalan lancar.
Namun tiba-tiba ada sebuah suara yang mengagetkan Jieun. "Jungkook, biar aku saja. Kau jaga Jieun di sini."
Kalimat yang dilontarkan Jimin barusan berhasil membuat Jieun setengah mati gelisah.
Tidak, tidak boleh. Cukup Park Jimin, kau sudah merenggut seluruh kebahagianku! Tak bisakah kau membiarkanku membunuhmu dengan bahagia?
Jieun berpikir lagi--sambil berusaha mengeluarkan sesuatu dari dalam perutnya. Benar saja, Jieun merasakan sesuatu yang bergerak naik, dan sekarang bergerak melalui kerongkongannya. Tidak lama kemudian cairan bening itu berhasil keluar dari perut Jieun. Memang benar, itu adalah alkohol.
Jieun merasakan sakit yang luar biasa pada perutnya.
Efek alkohol baru ia rasakan berjam-jam setelahnya.
Oh tidak. Ia benar-benar sakit. Ia terperangkap dalam sandiwaranya.
"Siapapun tolong aku! O-obat," ucap Jieun gemetaran. Jieun sudah tidak peduli lagi tentang siapa yang akan pergi membeli obat. Yang terpenting sekarang adalah kesembuhannya.
Tapi ia tetap berharap Jungkook yang akan pergi. Tentu saja, ia masih berniat membunuh Jimin. Ia masih mengingat rencananya dengan baik.
"Hyung, biar aku saja. Kau di sini!" ucap Jungkook kemudian meninggalkan Jimin dan Jieun di dalam.
Jungkook meninggalkan mereka. Dan hanya tersisa Jimin dan Jieun di dalam rumah.
Jungkook membiarkan Jimin dalam bahaya. Biasanya wanitalah yang terancam bahaya. Di rumah bersama pria yang tidak ia kenali. Tapi tidak untuk ini. Jieun bukan wanita lemah, bahkan ia bisa lebih ganas dari seorang laki-laki.
Dan disinilah Jieun, terjebak bersama Jimin dengan senyum lebarnya. []

KAMU SEDANG MEMBACA
Gone
Fanfiction[COMPLETED] "I can't accept the fact that the only one who thinks I'm worth, is gone." Kecelakaan itu membuat Jieun tidak pernah menyangka bahwa orang itu benar-benar pergi dari dunia ini, tetapi di dalam hatinya, ia sangat percaya bahwa orang itu t...