13. SERIUS

1.2K 136 9
                                    

Hubungan Eri dan Jin Young menjadi buruk. Yah walaupun awalnya memang sudah buruk tapi kali ini jauh lebih parah. Sejak kejadian Eri tepergok bersama Soonyoung malam itu, Jin Young menjadi makin protektif terhadapnya. Eri bisa maklum saat Jin Young marah hebat ketika tahu Eri pulang ke apartemen dengan diantar partner kerjanya, walau di hatinya juga sangat kesal karena sifat cemburu Jin Young yang semakin menjadi-jadi. Namun yang membuat Eri tak habis pikir, Jin Young juga mencemburui suami Hena yang jelas-jelas kakak ipar dari Eri sendiri.

Jangan tanya darimana Jin Young tahu jika yang tepergok bersama Soonyoung itu adalah Eri. Meski dunia bisa menyembunyikan rahasianya, kekuatan Jin Young untuk mengorek sesuatu mungkin hampir-hampir mirip dengan Sherlock Holmes. Setidaknya begitulah cara Nana menyebut Jin Young. Lagipula, Jin Young hafal betul dengan pakaian yang dipakai Eri malam itu. Meski berita itu bukan tentang Soonyoung pun, Jin Young pasti tetap akan mencemburui Eri.

"Aku lelah, Oppa," keluh Eri sambil membanting tubuhnya di sofa. Gadis itu lalu memijat pelipisnya. "Aku lelah jika kau selalu bertingkah kekanakan seperti ini."

Jin Young terkesiap. Dia sadar dia sudah benar-benar menekan perasaan kekasihnya. Tapi dia tak punya pilihan lain. Apa yang dia punya tak boleh menjauh, tak boleh pergi, tak boleh hilang. Oke, mungkin dia juga lupa jika kekasihnya itu bukan boneka barbie yang bisa dia apa-apakan tanpa harus menahan rasa sakit di dadanya.

"Eri—"

"APA?!" ketus Eri. Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. "Kau pasti akan bilang jika aku tak mencintaimu lagi? Jika aku tak pernah mencintaimu? Jika aku menjadikanmu pelampiasan saja? Katakan saja! CEPAT KATAKAN!"

Lagi-lagi Jin Young tersentak oleh pernyataan Eri barusan. Eri tak pernah berkata seperti itu padanya. Biasanya Eri hanya akan menangis dan meminta Jin Young percaya padanya. Namun tidak untuk kali ini.

"E-Eri—"

"KENAPA?!" sentak Eri. Air matanya sudah merembes ke pipi mulusnya namun tak menunjukkan jika gadis itu bersedih. Malah, air mata itu menunjukkan kemarahan yang baru bisa dia keluarkan sekarang.

"Kenapa diam?! Mana kata-kata yang sering kau ucapkan—bahwa aku selalu mencintai Soonyoung dan aku tak pernah melihatmu yang begitu tulus mencintaiku, ha?!"

Jin Young mendekat, tangannya terangkat untuk menggapai lengan Eri. "Eri-ya..."

"Jangan sentuh aku!" teriak Eri.

Pernyataan Eri barusan membuat Jin Young bergerak mundur. Biasanya, semarah apapun Eri, dia pasti tetap menerima uluran tangan dan rengkuhannya. Namun tidak untuk kali ini.

"Bagaimana bisa kau selalu mencemburuiku di saat kau sendiri juga selalu berakting di depan kamera, berdekat-dekatan dan berpelukan bersama wanita lain?"

Mata Eri semakin mengilatkan cahaya kemarahan—atau kekecewaan?

"Jadi, kau cemburu?" tanya Jin Young sambil menyengir. Dia tahu ini bukan waktunya untuk bertanya seperti itu karena jelas-jelas jawabannya adalah 'iya'. Bagaimanapun, Eri juga seorang wanita yang mempunyai hati sebagaimana dirinya mencemburui Eri.

"Aku tidak sedang bercanda, PARK JIN YOUNG!!"

Dan disinilah Park Jin Young. Berhadapan dengan sisi lain seorang Kwon Eri—sisi yang sama sekali tidak menunjukkan kelemahannya. Malah, Jin Young yang sekarang agak gentar menghadapinya. Tak pernah sekalipun Eri membentaknya dengan menyebut nama lengkapnya, tanpa embel-embel 'oppa' pastinya.

"Eri, kau tahu sendiri 'kan? Aku sedang berakting. Ini pekerjaanku, ini profesiku, Eri. Percayalah padaku..." pinta Jin Young. Seringaian yang biasanya dia tampakkan di muka tampannya bahkan berganti menjadi kerutan-kerutan halus di dahi, pertanda ini memang benar-benar serius untuk dibicarakan.

[1.b] Not Just A Memory • Hoshi Seventeen | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang