Warning: ada uwu banyak-banyak!
"Kau ingin kuhadiahi apa?"
Soonyoung yang sebelumnya termangu menatap jalanan malam menoleh kepada sang manajer. Keduanya kini berada dalam mobil dan menuju salah satu pusat perbelanjaan. Rencananya, Soonyoung ingin membeli sebuah barang yang dia sendiri masih bingung mau membeli apa, makanya dia mengajak manajernya itu. Kebetulan juga hingga dua hari ke depan kegiatan Seventeen libur, jadi mereka agak santai menikmati perjalanan kali ini.
"Hmmm... apa yaa?" tanya Soonyoung balik. "Kan kau sendiri Hyung yang mau memberiku hadiah. Kenapa harus tanya aku? Seharusnya terserah kau laah!"
"Ya barangkali ada sesuatu yang kau butuhkan, sesuatu yang kau inginkan?"
"Nah itu!" Soonyoung menepuk tangannya. "Aku ingin sesuatu tapi aku tak tahu apa."
Untung manajernya yang ini begitu sabar, mempunyai hati yang seluas samudera sehingga yang dia lakukan kali ini hanyalah menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan. Coba kalau manajernya bukan ini, pasti Soonyoung sudah dibuang atau minimal diturunkan di tengah jalan.
"Hyung..." panggil Soonyoung pelan. Atensinya masih ke arah jalanan, ke arah lampu-lampu di sepanjang trotoar yang mereka lalui.
"Hm?"
"Nanti turunkan aku di depan yuki saja. Tiba-tiba aku malas ke tempat umum."
Yuki adalah sebuah kosakata Jepang yang berarti salju. Soonyoung dan manajer sepakat untuk menyebut yuki sebagai kata ganti untuk rumah Soonyoung yang dihadiahkan ke Eri. Rumah pucat berwarna putih, seputih salju.
Setelah melihat langit yang cerah penuh bintang, ingin rasanya Soonyoung menghabiskan malamnya di rumah yuki-nya itu. Setidaknya di sanalah hatinya merasa tenang dan damai sebagai pengganti hari-hari lalunya yang begitu panjang dan melelahkan.
"Kau yakin?"
"Iya. Lagipula aku tak mau mengganggu makan malammu dengan istri dan anakmu."
Soonyoung tersenyum penuh arti hingga matanya berubah menyipit. Karena gemas, sang manajer mengusak rambut hitam Soonyoung yang sudah dia anggap seperti anak sendiri baginya.
"Besok atau lusa kalau kau ingin pulang kabari aku dulu. Kujemput," pesan manajer saat mereka tiba di depan komplek perumahan.
Soonyoung hanya mengangguk sebagai tanggapan lalu menuju ke pos security lalu memberikan beberapa bungkus makanan yang sebelumnya dia beli saat perjalanan kepada para security di sana. Soonyoung paham betul, kebaikan yang dia berikan saat ini sangat jauh jika dibandingkan para lelaki yang menjaga perumahannya itu.
Setelah berbincang sebentar, Soonyoung akhirnya memutuskan untuk segera pulang ke rumahnya. Namun tiba-tiba saja rintikan air jatuh lumayan deras, membuat Soonyoung bingung harus kembali berteduh di pos atau berlari menuju rumahnya. Nuraninya berkata jika dia harus berlari menuju rumah jadi dengan keadaan agak basah kuyup, Soonyoung memasang kunci, namun...
"...tidak terkunci?!" gumam Soonyoung, dengan berbagai pikiran negatif menghampirinya. "Ah, mungkin ibu!"
Setelah masuk dan menggantung jaketnya, indera penciumannya dibuat terbuai dengan adanya aroma yang dia yakini berasal dari arah dapur.
"Ibu, kenapa kau tidak— E-ERI??!" pekik Soonyoung terkejut.
Yang diteriaki tidak kalah terkejut sampai-sampai loyang panas yang dia pegang jatuh ke atas meja.
"S-SOO-SOONYOUNG?! Apa yang kau lakukan di sini?!!"
Tersadar dengan ucapannya, Eri lalu menepuk jidatnya. Mengabaikan butiran tepung yang menempel di seluruh mukanya. Mendadak malu dengan apa yang dia lontarkan pada Soonyoung tadi. Atensinya lalu beralih kepada Soonyoung. Melihat rambut juga kaos pemuda itu yang basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1.b] Not Just A Memory • Hoshi Seventeen | ✔
Fanfic[Sequel Love, Notice Me!] "Tunggu saja, Kwon Eri! Cerita tentangmu dan aku tidak pernah berhenti sampai disini." -Kwon Soonyoung- ⚠️ Warning: Disarankan untuk membaca 'Love, Notice Me!' dulu, biar nyambung bacanya ? Start: 30 Agustus 2017