Eri berjalan menuju mejanya, namun yang ia dapatkan adalah tatapan yang mengarah pada Hansol-yang sedang tersenyum miring. Gadis itu merasa jika atmosfer di meja itu berubah semenjak kedatangan Yeonji tadi.
Apa Yeonji berkata yang tidak-tidak?
Atau Hansol yang berkata tidak-tidak pada Yeonji?
Tapi kenapa Hansol? Dia sepertinya tidak ada hubungan dengan Yeonji.
Lalu, kenapa yang lain menatap Hansol seperti itu?
"Ehmm." Eri berdeham, membuat atensi lelaki-lelaki itu berubah menjadi padanya. Dia menatap satu per satu dengan kikuk.
"Duduk!" Hansol menarik pergelangan tangan Eri hingga gadis itu kembali di tempat duduknya.
Soonyoung dan Mingyu melotot.
Seungcheol mengalihkan perhatiannya.
Di kalangan member Seventeen, Hansol memang terkenal ramah dan bisa dekat dengan perempuan-perempuan di Pledis Ent. namun tidak sampai melakukan skinship. Berbagai pikiran akan kemungkinan-kemungkinan buruk telah menggerogoti otak ketiga lelaki di depan Hansol dan Eri.
Sebentar. Kenapa dari tadi selalu pikiran negatif yang ditonjolkan?
"K-kalian kenapa sih?" tanya Eri.
"Mereka menanyakan tentang kejelasan hubungan kita," jawab Hansol enteng, membuat ketiga lelaki di depannya ingin melemparinya dengan sepatu.
Pletaakkk!!!
Eri menjitak kepala Hansol. "Yak Kwon Eri! Kau pikir tanganmu selembut kapas? Tidak, rasanya seperti palu!"
"Salah sendiri kenapa kau masih menanyakan kejelasan hubungan kita jika jelas-jelas aku majikan dan kau pembantu?!" kata Eri.
Soonyoung, Seungcheol dan Mingyu rasanya seperti mental breakdown. Mereka lupa sepertinya jika dua yang bertengkar adalah manusia-manusia yang kemungkinan lahir di luar angkasa lalu jatuh ke bumi dibawa meteor.
"Tunggu, tunggu. Kenapa wajah kalian seperti itu?" tanya Eri pada ketiga manusia di depannya.
"Mempercayai Vernon adalah sesuatu yang tidak patut dilakukan," tukas Seungcheol.
"Memangnya Hansol berkata apa?"
Selanjutnya Mingyu menjelaskan bagaimana awal mulanya. Eri sudah bersiap untuk meninju Hansol tidak lupa dengan death glare-nya.
"Awwwww!!!" pekik Hansol saat tangan Eri hampir mengenai mukanya. Ketiga yang lain tak berhenti tertawa karena, Hansol on stage dan off stage itu luar biasa bedanya.
"Aku tidak takut dengan tinju apalagi dari Eri. Aku tak ingin S.Coups hyung kebingungan saat manajer bertanya ada apa dengan wajah tampanku. Aku tidak mau-"
"Cukup cukup aku muak!" potong Eri. "Aku ingin ikut ke Chicagoo~~~"
"AYO IKUT!" pekik Mingyu kesenangan.
"Enak saja! Kau pikir dia ingin mendapat scorsing lagi huh?" elak Seungcheol.
Baik Eri dan Mingyu sama-sama mengerucutkan bibirnya.
"Jadi, kapan kalian berangkat?"
"Kemungkinan tanggal 16. Karena tanggal 17 kita harus sudah mempersiapkan segala hal," jawab Soonyoung sambil meneguk soju. Namun sebelum sampai ke bibir Soonyoung, Eri menampik gelasnya.
"Bukankah tidak boleh minum soju?" omel Eri.
Soonyoung tersenyum miring. "Siapa yang melarang?"
Eri hanya mendengus melihat Soonyoung menenggak soju di depannya, lalu memakan ramen pedas, juga kue-kue. Yang lain sepertinya tidak peduli dengan aksi Eri sebelumnya. Atau lebih tepatnya, mereka sedikit mabuk?
Ting!
Ponsel Eri bergetar. Melihat siapa pengirim dan apa pesannya, dia segera mengemasi barang-barangnya.
"Yak, Kwon Eri! Kemana kau?" tanya Seungcheol. Eri yang sedang buru-buru hanya tersenyum dan melambaikan tangan. "Yak kepala batu!"
"Biar kususul," tawar Soonyoung.
"HOSH!" bentak ketiga lainnya. Soonyoung paham dengan tatapan teman-temannya. "It's okay! Aku akan segera pulang."
***
Sudah 15 menit lebih Soonyoung mengikuti jejak Eri. Lelaki itu heran, bagaimana bisa Eri mengetahui jalan-jalan sempit nan gelap di belahan Kota Seoul ini. Dia juga heran, bagaimana bisa Eri tidak takut diapa-apakan oleh orang jahat jika berjalan sendirian malam-malam begini. Terlebih lagi dia heran, apakah Eri tidak punya insting diikuti atau memang dia tidak peka? Who knows!
Lima menit kemudian Eri berhenti di depan sebuah penginapan, sudah ada perempuan yang menunggunya disana. Soonyoung tidak tahu siapa perempuan itu, yang pasti masih muda seumuran Nana, mungkin.
Walaupun Soonyoung bersembunyi tidak jauh dari Eri, tapi dia tetap tidak bisa mendengar percakapan mereka. Intinya, si perempuan memberi Eri sebuah kertas dan raut wajah Eri berubah menjadi...marah mungkin.
"Ada apa dengan alien kecil itu?"
Soonyoung yang dibuat penasaran sedikit mengendap untuk mendekat, tapi Eri berbalik badan menghadapnya. Buru-buru dia bersembunyi di balik pohon, dengan berharap Eri tidak melihatnya. Namun, suara sepatu Eri mendekat ke arahnya. Akhirnya mau tidak mau Soonyoung menggelongsorkan tubuhnya di atas tanah-meski rumput-rumput berembun membuat punggungnya basah. Tapi tidak apa, yang penting dia tidak ketahuan menguntit Eri. Diinjak pun rela asal tidak ketahuan.
"DASAR TIDAK TAHU DIRI!" murka Eri.
Soonyoung sudah mau angkat bicara ketika robekan-robekan kertas mengenai wajahnya. Lelaki sipit itu mau memarahi Eri karena sebagai warga negara yang baik harusnya membuang sampah pada tempatnya. Tetapi yang dilihat adalah Eri berjalan menjauh dan menyetop sebuah taksi.
"Dasar tidak tahu diri!" omel Soonyoung mengikuti nada bicara Eri. "Kau pikir ini tempat sampah apa?"
MIAAWWW!!
"YAAA!!!" teriak Soonyoung. Untung saja Eri sudah pergi. "Dasar kucing tidak tahu diri!"
Soonyoung pikir kucing yang tadi berasal dari atas pohon, nyatanya dari bak sampah di belakangnya.
"Hmmm, makanya dari tadi aku mencium bau tak sedap," gumam Soonyoung. "Makanya Eri juga membuang kertas tadi disini."
Sadar, Soonyoung memunguti robekan-robekan kecil yang dibuang Eri. Dia lalu mengumpulkan seperti menyelesaikan puzzle. Hal yang tak pernah dia duga terpampang nyata di depannya.
It's been a while, yeah!!
KAMU SEDANG MEMBACA
[1.b] Not Just A Memory • Hoshi Seventeen | ✔
Fanfiction[Sequel Love, Notice Me!] "Tunggu saja, Kwon Eri! Cerita tentangmu dan aku tidak pernah berhenti sampai disini." -Kwon Soonyoung- ⚠️ Warning: Disarankan untuk membaca 'Love, Notice Me!' dulu, biar nyambung bacanya ? Start: 30 Agustus 2017