Happy reading ^^
Di luar sedang hujan dan kini seorang Soonyoung duduk di tepi ranjang sambil memandangi istrinya yang tertidur pulas dengan wajah damainya. Soonyoung tidak main-main saat dia bilang akan menikahi Eri. Nyatanya mereka benar-benar menikah di sebuah gereja yang jauh dengan pusat kota, mengucap ikrar di hadapan Tuhan mereka. Memang gila, tapi Soonyoung sudah merencanakan pun akan menanggung segala bentuk hukuman jika pada akhirnya terjadi sesuatu. Lelaki itu juga tak memungkiri, cepat atau lambat dirinya pasti akan mempertanggungjawabkan semua—ini hanyalah masalah waktu.
Seperti sadar jika dirinya dipandangi—meski di alam bawah sadar—Eri menggeliat dan melenguh pelan. Jangan kalian bayangkan sesuatu yang tidak-tidak karena Eri benar-benar lelah menempuh jarak ratusan mil untuk tinggal di villa pribadi milik Soonyoung. Sang suami dengan sigap mengelus-elus kepala sang istri agar tidurnya kembali lelap dan tak terusik. Bibirnya membentuk sebuah lengkungan indah, lalu menempelkannya pada kening Eri.
Ting tong
Soonyoung melirik jam kecil di atas nakas, jam 6.23. Lelaki sipit itu mengernyit, menerka-nerka siapa yang datang bertamu pada waktu sepagi itu dalam keadaan hujan. Tidak mungkin tetangga karena satu kawasan itu atas nama Soonyoung semua.
"Ah, mungkin penjaga villa," gumam Soonyoung.
Buru-buru lelaki itu merapikan pakaiannya dan beranjak keluar saat denting berbunyi kedua kalinya.
BUGGGHH
Bukanlah sapaan selamat pagi atau selamat-selamat yang lain khas seorang tamu terhadap tuan rumah, namun sebuah tonjokan keras yang diterima Soonyoung dari seorang di depannya. Badannya terhuyung ke belakang hingga menabrak pot besar yang kemudian jatuh dan pecah berkeping-keping. Oh, ternyata tamunya tak hanya seorang, melainkan ada lima sampai enam orang berpakaian serba hitam yang mengawal si tamu agung—Park Jinyoung.
"Ck, seorang Park Jinyoung ternyata tak hanya pandai selingkuh tapi juga pandai menguntit ya?" sarkas Soonyoung.
BUGH BUGH BUGH
Bukan, itu bukan Jinyoung yang melakukan, namun orang-orang yang menyertai Jinyoung tadi.
Walau sudah babak belur dan sempat tumbang, dengan cepat Soonyoung menangkis dan menghadiahi mereka pukulan balasan. Cukup kuat juga tenaga Soonyoung melawan 4 orang, tak sia-sia saat muda dia belajar taekwondo. Namun bukan itu masalahnya sekarang...
"Oppa, OP-OPPAAAAA!!"
Teriakan Eri dari arah tangga membuat Soonyoung berpaling padanya hingga sebuat tonjokan keras mengenai pelipisnya. Tak lama, darah menetes melalui pipi putihnya. Dalam sekejap tubuh Soonyoung ditumbangkan ke lantai dalam posisi tiarap. Tangannya yang semula bebas sengaja dikunci oleh manusia-manusia tak beradab suruhan Jinyoung sialan itu. Secepat inikah hukuman menimpanya?
"LEPASKAN!" berontak Soonyoung. Alih-alih melepaskan, sekawanan itu malah semakin mengeratkan kunciannya.
"LEPASKAN AKU PARK JINYOUNG SIALAN!" bentak Eri.
Saking kagetnya mendengar umpatan dari Eri, Jinyoung mengendurkan jeratannya.
Eri langsung berlari menghampiri Soonyoung, tak lupa menggebuk-gebuk tangan orang-orang yang menahan Soonyoung seolah-oleh tenaganya lebih kuat.
"Ck, semenjak berhubungan dengan laki-laki itu, mulutmu seperti tak punya adab saja Eri," ejek Jinyoung.
"Yang kau sebut laki-laki ini juga punya nama ya Park Jinyoung. Dia, Kwon Soonyoung, suamiku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1.b] Not Just A Memory • Hoshi Seventeen | ✔
Fanfic[Sequel Love, Notice Me!] "Tunggu saja, Kwon Eri! Cerita tentangmu dan aku tidak pernah berhenti sampai disini." -Kwon Soonyoung- ⚠️ Warning: Disarankan untuk membaca 'Love, Notice Me!' dulu, biar nyambung bacanya ? Start: 30 Agustus 2017