16. COINCIDENCE (2)

1.1K 139 12
                                    

"Appa, jangan makan kimchi disini. Appa tahu kan aku belum boleh makan makanan berserat," keluh Soonyoung yang sedang disuapi bubur oleh ibunya.

Lelaki paruh baya yang sedang diomeli Soonyoung tak menggubris perkataan anaknya, malah kini kakak perempuan Soonyoung ikut bergabung.

"Noona, kenapa kau ikut-ikutan juga?!!"

"Memangnya kenapa?" tanya Soon Yi, kakak Soonyoung.

"Kubilang aku tidak boleh makan makanan berserat! Ususku belum cukup kuat!"

Soonyoung mengerucutkan bibirnya kuat-kuat. Seandainya ada karet pasti sudah Soon Yi kuncir mulut adiknya.

"Kau kan memang tidak makan makanan berserat. Lantas kenapa?"

"Aaaarrrgggghh!!!" teriak Soonyoung. Namun beberapa detik kemudian dia memegangi perutnya karena nyeri. "Aduh, aduh. Eomma sakit huhu..."

"Siapa suruh kau berteriak-teriak begitu? Aigoo..."

"Ini salah Appa dan Yi-noona! Aku kan juga ingin makan kimchi dari hasil panen!" gerutu Soonyoung.

"Yak, noona!"

"Sudah, sudah! Aigoo... kalian sudah sebesar ini masih saja suka bertengkar!" lerai ibu Soonyoung.

"Ja, sudah selesai! Mari kita pulang!" Ayah Soonyoung berbicara dengan santainya tanpa menghiraukan tatapan penuh tanya anak lelakinya.

"P-pu-pulang?" tanya Soonyoung. "Ku-kupikir kalian akan menginap disini..."

"Kalau kita menginap disini, siapa yang akan mengurusi lahan, eoh?"

Soonyoung tertunduk mendengar jawaban dari ayahnya. "Kan, masih ada Joo-samchon yang menjadi asisten Appa."

"Yak! Kau tak tahu jika lahan Appa bertambah 3 lokasi?"

"Dasar workaholic!" sungut Soonyoung. "Sudah kubilang jangan menambah lahan lagi, jangan capek-capek bekerja. Biar aku saja yang membahagiakan kalian."

"Kau juga worcaholic!" balas ayah Soonyoung. "Tapi bedanya, Appa semakin sering bekerja semakin sehat. Kau bekerja terlalu keras langsung masuk rumah sakit."

"Aku masuk rumah sakit bukan karena bekerja terlalu keras, tapi karena keracunan!"

"Tapi jika kau malam itu makan tepat waktu, kau tak akan membeli junk food itu. Dan kau tak akan keracunan!"

1 – 0

Skor dipegang oleh ayah Soonyoung.

Sepandai-pandainya Soonyoung berbicara, dia pasti akan kalah dengan ayahnya. Semenjengkel-menjengkelkannya tingkah laku Soonyoung, masih menjengkelkan sikap ayahnya. Tapi seperhatian-perhatiannya Soonyoung pada keluarganya, ayahnyalah yang paling perhatian. Ayah Soonyoung adalah the best Dad ever versi On The Hosh.

"Soonnie-ya..." panggil ibu Soonyoung. Lelaki bermata sipit itu menoleh pada wanita yang yang mewariskan gen kepadanya. "Kau tak perlu bekerja sekeras itu..."

Suasana mendadak hening.

Soonyoung sudah tahu arah pembicaraan ini. Dia menghela napas sebentar lalu menatap ibunya sambil tersenyum.

"Nde, Eomma!"

"Jika kau memang ingin mengejar cintamu, kejarlah. Toh kau juga sudah mengejar cita-citamu sebagai dancer terkenal. Cita-cita dan cinta, harus berjalan berdampingan, kan?"

Soonyoung berjengit. Pasalnya arah pembicaraan ibunya lebih jauh daripada apa yang dia pikirkan. "M-maksud, Eomma?"

Ibu Soonyoung melirik ke arah Soon Yi yang sedang menahan tawa. Ayah Soonyoung juga tertawa menggelegar, hingga beberapa perawat masuk ke ruang rawat untuk memastikan keadaan Soonyoung.

"Jadi, siapa nama gadis cantik yang akan menjadi menantu Eomma?" imbuh ibu Soonyoung.

Wajah dancer itu merah padam menghadapi tuturan ibunya. Jika kemarin-kemarin Soonyoung menyebutkan pasangan Boo-Dok adalah The Most Annoyed yet Care, dia harus mengubahnya: keluarganya.


***

Bosan.

Satu kata yang melanda Eri yang berada dalam kungkungan penjara bernama kamar rawat inap. Meski dari jendela ruangan tersebut Eri dapat melihat langit yang perlahan berubah warna menjadi jingga, tapi rasanya dia tetap bosan dikurung seperti ini. Apalagi tadi ayah dan ibu Eri menyuruh seluruh perawat yang berjaga di lantai VVIP agar tidak mengijinkan Eri jalan-jalan, bahkan untuk sekedar duduk di depan ruangannya. Eri menjadi semakin bosan.

Meski kakeknya sudah memborong puluhan komik kesukaan Eri versi terbaru, tapi Eri tetap saja bosan. Bagaimana tidak, puluhan komik habis dibaca tuntas oleh Eri hanya dalam waktu kurang dari 3 jam. Heol, daebak!!

Sekarang disinilah Eri. Berdiri di depan pintu dengan tangan kanan mendorong penyangga infus pelan-pelan. Membuka kenop pintu lalu melongokkan kepala keluar.

Sepi.

Aman untuk Eri membunuh rasa bosannya.

Gadis itu berjalan ke arah lobi yang menghubungkan ruangan VVIP sayap kiri dan sayap kanan. Dari situ dia celingukan, jika dilihatnya perawat yang bertugas di ruangan VVIP sayap kiri, dia pasti akan menghadap ke tembok, pura-pura melakukan sesuatu walaupun hanya pura-pura menulis di tembok dengan jarinya. Mungkin yang melihatnya akan menyangka jika dia mengidap gangguan kejiwaan bukan kesehatan.

Mata Eri mengamati sana-sini, dan berujung pada sebuah balkon di depan lobi. Belum juga kakinya melangkah kesana, matanya sudah berbinar dan mulutnya menganga.

"Sasuga rumah sakit berskala internasional!" pekik Eri. "Bahkan taman balkon ini indahnya melebihi taman di dekat sungai Han."

*) sasuga: as expected

"Waaahh, romantis sekali. Banyak lampu-lampunya juga!"

Dilihatnya beberapa orang juga sedang menikmati hari menuju senja di taman itu. Kebanyakan adalah pasangan muda. Eri lalu berjalan ke salah satu tempat duduk yang kosong, yang agak jauh dari pagar pembatas balkon. Maklum, Eri tidak tahan dingin.

Baru saja pantat Eri menyentuh bangku kayu—

"Kwon-ssi, Kwon-ssi!!" teriak seseorang.

Eri memelototkan mata ketika tahu jika itu perawat yang sudah mengurusinya beberapa hari ini.

"Kwon-ssi! Kau tak boleh keluar dari kamar sebelum kesehatanmu stabil! Ini pesan dari keluargamu!"

"NDEEE??!!!" teriak suara di belakang Eri. "Keluargaku berpesan seperti itu?!!"

"OMO-YAAA!!" teriak perawat tadi. "Hoshi! Hoshi!"

Eri langsung menghadap ke belakang. Beberapa meter di depannya berdiri seseorang yang membuat suhu tubuh Eri saat itu menurun—sama terkejutnya dengan Eri.

Pandangan mata mereka bertemu sepersekian detik, sebelum Eri memilih untuk kembali ke kamarnya. Gadis itu juga tak menghiraukan perawat yang meneriakinya karena selang infusnya yang terlepas dan membuat darahnya menetes-netes di lantai.

-Not Just A Memory-

















Voment juseyo~~
🙇🏻‍♀️🙇🏻‍♀️🙇🏻‍♀️

[1.b] Not Just A Memory • Hoshi Seventeen | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang