"...aku masih mencintaimu."
Eri bungkam.
Lidahnya kelu.
Jantungnya berdetak 5x lebih kencang.
Seperti tersihir, tatapannya tak mampu beralih dari manik gelap di depannya. Soonyoung selalu mampu membuatnya seperti orang bodoh hanya dengan memberi tatapan serius semacam itu. Sekarang, Eri jadi membutuhkan oksigen yang biasanya dia copot paksa di depan dokter senior yang merawatnya.
Campur aduk hati seorang Kwon Eri.
Senang, kesal, sedih, marah, tak tahu apa yang harus dilakukan.
Terlebih, tak tahu apa yang harus dia katakan, tak tahu bagaimana seharusnya dia bereaksi.
"Hmmm, bicara tentang cinta pertama... meskipun beberapa orang mengatakan cinta pertama akan selalu pergi, namun cinta pertama tetap mempunyai tempat spesial di sisi hatimu. Seburuk-buruknya dia, semengerikannya dia, sesakit dan sesedih hatimu mengingatnya, dia tetap akan kau ingat di sepanjang hidupmu. Karena dia penduduk pertama di hatimu-seperti Adam penduduk pertama Bumi, selalu menjadi cerita turun-temurun meskipun sudah beribu tahun lamanya."
Eri dan Soonyoung masih saja saling bertatapan. Tidak, lebih tepatnya Soonyoung menatap Eri lekat-lekat. Tubuh Soonyoung juga tak bergerak sedikit pun, berbanding terbalik dengan Eri yang sudah gusar di tempat duduknya.
"Mungkin saja kau punya dua cinta. Tapi yang perlu kau ingat adalah, satu cinta sejati dan satunya lagi FAKE. Jika aku boleh memperingatkanmu Nona Eri, cinta yang palsu biasanya terlihat lebih intens daripada cinta yang sebenarnya. Cinta yang palsu juga bisa menghantuimu dengan suguhan kenangan indah antara dirimu dengan dia. Tetapi lain dengan cinta sejati. Meski terlihat jauh, biasa saja, bahkan menyedihkan sekalipun, dia adalah penghuni sejati di hatimu. Yang harus kau perjuangkan!"
Curhatannya pada perawat sepertinya tak membuahkan hasil. Lihat saja Eri terlihat semakin bingung menhadapi Soonyoung yang bahkan terlihat sangat santai walaupun dengan tatapan mengintimidasi.
"Seorang yang sering 'sakit' adalah, dia yang cintanya lebih besar."
Eri semakin bingung. Ngiangan perkataan si perawat, bayangan Jinyoung juga kenangannya akan Soonyoung.
"Tapi-" Soonyoung kembali berucap, kali ini tatapannya melembut. Tatapan yang kadang dirindukan Eri. "-aku tahu aku bukan siapa-siapa bagimu, Eri. Kita mungkin pernah membuat masa lalu yang sama, mungkin tidak untuk masa depan."
Tenggorokan Eri tercekat. Untuk menelan ludah saja rasanya sulit sekali.
Kenapa? Kenapa Soonyoung berkata seperti itu?
Eri memilih bungkam meskipun hatinya terusik. Hatinya yang tadi sempat membuncah dan penuh luapan emosi, kini porak-poranda bahkan sebelum Soonyoung meneruskan kata-katanya.
Kalian tahu jika seorang Kwon Eri mempunyai intuisi yang...bahkan bisa dibilang hampir semuanya tepat. Eri tak mau mendengar kata-kata Soonyoung selanjutnya. Firasatnya mengatakan untuk menolak mendengarkan. Eri bahkan ingin berteriak ketika Soonyoung menggerakkan bibirnya kembali.
"Aku ingin melupakanmu, Kwon Eri."
Hampir saja pertahanan Eri hancur. Tak tahu sekarang sudah seperti apa bentuk hatinya.
Di lain sisi, Soonyoung menghela napas. Dia tak bisa menebak apa yang ada di pikiran gadis di depannya.
Marahkah?
KAMU SEDANG MEMBACA
[1.b] Not Just A Memory • Hoshi Seventeen | ✔
Fanfic[Sequel Love, Notice Me!] "Tunggu saja, Kwon Eri! Cerita tentangmu dan aku tidak pernah berhenti sampai disini." -Kwon Soonyoung- ⚠️ Warning: Disarankan untuk membaca 'Love, Notice Me!' dulu, biar nyambung bacanya ? Start: 30 Agustus 2017