Eri sempat drop selama seharian. Bukan karena pencernaannya melainkan darah yang tercecer dari selang infus yang terlepas yang membuatnya syok ringan.
"Makanya, jangan mengabaikan perintah!" nasihat Hena pada Eri. Meski terkesan sinis dan kurang ramah, Hena sebenarnya sangat perhatian pada Eri. Dia hanya tak mau jika adik satu-satunya itu merasakan sakit.
Padahal tanpa mereka ketahui, alasan sebenarnya Eri berlarian dari taman balkon ke kamar inap dengan mengabaikan selang yang terlepas adalah menghindari Soonyoung, bukan menghindari perawat yang kecentilan karena adanya Soonyoung itu.
"Tak perlu mengkhawatirkanku~~" goda Eri. "Calon keponakanku ini yang sebenarnya butuh perhatian lebih."
"GELI!" pekik Hena lalu menepis tangan Eri yang mengelus perutnya.
"Aww awww awwwww..."
"Ah! Mana yang sakit? Mian..."
"Hahaha tsundere sekali!" komentar Eri.
Hena langsung merengut. Ternyata adiknya itu memang menyebalkan walau dalam keadaan berbaring lemas begini.
"Baiklah, Eri. Aku akan pulang sekarang," kata Hena.
"Apakah aku boleh berjalan-jalan keluar?" tanya Eri dengan wajah memelasnya.
Hena memelototkan matanya, lalu menggeleng. "Kau ingin terus-terusan berada di rumah sakit, huh?"
"Eonni, ayolah! Seorang sakit juga butuh merasakan udara segar. Kau tahu? Jika orang yang sakit fisiknya lalu dikurung di ruangan semacam ini, dia juga akan sakit batinnya. Sakit jiwanya. Kau mau melihatku sakit jiwa?"
"Kalau kau sakit jiwa kan tinggal dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Apa susahnya?"
"Eonniii!!!" Eri sengaja menghentakkan kakinya hingga tempat tidurnya berdecit dan permukaan kasur menjadi tidak rapi. Eww!!
"Baiklah, baiklah!" ucap Hena pada akhirnya. Eri sudah mengangkat tangan kegirangan. "Asal kau harus menjaga diri dan berjanji padaku untuk segera keluar dari rumah sakit ini."
"ROGER!!"
Hena membereskan barangnya lalu berpamitan pada Eri. Tak lupa ceramah-ceramah singkat terlontarkan lagi. Eri hanya menanggapi dengan candaan. Gadis itu tak ingin kakanya memikirkannya, karena kakaknya sekarang sedang membawa nyawa lain dalam dirinya.
Dan...
... bukan Eri jika tak memikirkan masalahya sendiri.
Memikirkan... mengapa ada Soonyoung di rumah sakit ini dengan pakaian sama seperti yang ia kenakan, juga dengan selang infus yang menusuk ke tangannya.
Apakah Soonyoung sakit?
Apakah karena dia kelelahan?
Apakah dia tak pernah makan?
Apakah karena suatu ancaman?
Apakah?
Apakah?
Apakah...
Karena dia?
"Nona... Nona..."
"Eh?!" Eri terkesiap ketika seorang perawat melambai-lambaikan tangan di depan mukanya.
"Apakah Nona tidak apa-apa?"
Eri menggeleng, lalu tersenyum tipis.
"Apakah perlu kuantar jalan-jalan?"
Sejenak ragu, namun akhirnya mengiyakan tawaran perawat. Sekarang Eri sedang duduk di kursi roda dan perawat itu mendorongnya. Perawat itu beberapa kali menunjuk ke sembarang arah, memberi tahu jika tempat-tempat itu dapat dikunjungi dan termasuk spot yang bagus di rumah sakit itu. Namun Eri hanya menanggapi dengan dengungan kecil, hingga pada akhirnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
[1.b] Not Just A Memory • Hoshi Seventeen | ✔
Fanfic[Sequel Love, Notice Me!] "Tunggu saja, Kwon Eri! Cerita tentangmu dan aku tidak pernah berhenti sampai disini." -Kwon Soonyoung- ⚠️ Warning: Disarankan untuk membaca 'Love, Notice Me!' dulu, biar nyambung bacanya ? Start: 30 Agustus 2017