"Rel, kemaren aku habis periksa ke dokter, kanker otakku semakin memburuk, sepertinya aku gak akan lama lagi di dunia ini dan aku akan melepas Meila untuk selamanya" jelas Rafa dengan wajah sedih.
"Apaan sih Raf, kamu kok bicaranya gitu sih, kamu pasti bisa sembuh kok, percaya sama aku" kata Arel memberi semangat Rafa.
"Bukan itu aja Rel, kemaren dokter bilang kalau aku saat ini menderita alzheimer, penyakitnya udah cukup parah, aku takut suatu hari nanti aku akan lupa dengan Meila" ucap Rafa sembari meneteskan air mata.
Waktu istirahat pun tiba, saat aku ingin menghampiri kelas Rafa, hatiku sakit sekali seperti melebihi dari tergores pisau, aku melihat Rafa sedang berdua dengan Arel, mereka kelihatannya akrab sekali, kedekatan mereka sampai melebihi aku dan Rafa. Memang sejak sebulan lalu, mereka dekat sekali sampai aku merasa kedekatanku dan Rafa mulai merapuh. Arel itu adalah sahabat sekaligus teman sekelasku. Nama lengkapnya Aurelia Rahmawati.
"Rafa, Arel, kalian sedang apa disini?" sapaku.
"Oh Arel nanya pelajaran yang gak dia mengerti sama aku, Mei" ucap Rafa.
Aku pun pergi dari hadapan mereka tanpa berkata sekata pun.
"Mei, mau kemana?" tanya Rafa yang tidak dijawab olehku.
Rafa pun langsung mengejar aku."Mei, kamu kenapa?" tanya Rafa.
"Kamu masih nanya kenapa? Aku pikir kamu gak akan pernah kecewain aku, tapi ternyata aku salah menilai kamu" jelasku.
"Maksud kamu apa sih? Aku gak ngerti" ucap Rafa.
"Aku tuh liat sebulan ini kamu makin deket sama Arel, aku udah berusaha untuk berpikir positif, tapi untuk kali ini kamu bener-bener sakiti aku, Raf" kataku sembari menangis.
"Aku gak ada apa-apa sama Arel kok" ucap Rafa.
"Kamu gak perlu jelasin apa-apa sama aku lagi, aku udah cukup tahu selama ini. Kalau begini caranya lebih baik kita akhiri hubungan ini daripada aku yang selalu sakit hati, kamu merasa gak sih seminggu ini hubungan kita mulai jauh dan rapuh?" kataku.
Rafa hanya terdiam dan menatap mataku yang lembab dibasahi air mata.
"Kamu gak bisa jawab kan?, udah lebih baik kita akhiri hubungan ini" kataku.
"Maafin aku Mei, kamu gak tahu sebenarnya apa yang terjadi sama aku, aku gak akan pernah bisa mengecewakan orang yang aku sayang, aku gak mau kehilangan kamu, kamu itu seperti organ dari tubuhku, jika aku kehilangan salah satunya, aku gak akan mampu bertahan hidup" ucap Rafa dalam hati sembari menatapku dengan linangan air mata.
"Mei, besok temui aku di Taman Flow ya, ada sesuatu yang aku mau bicarakan, aku mohon kamu datang ya, aku tunggu kamu" ucap Rafa.
Aku hanya menganggukkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Kenangan (SELESAI)
Proză scurtă"Selemah apapun kamu untuk jatuh, aku akan terus menguatkan dan memapahmu. Kamu pergi sejengkal, aku akan berlari dengan banyak langkah. Kamu sakit, aku akan lebih sakit. Kamu menangis, aku akan menjadi wadah air mata itu. Sampai kapan pun aku akan...