13.

13 2 0
                                    

Rafa pun datang ke rumah sakit. Dengan perlahan, dia melangkahkan kakinya menuju kasur dimana aku berbaring. Meski mataku terpejam dan tak sadarkan diri, aku merasakan tetesan air mata yang membasahi wajahku dengan perlahan. Lalu, Rafa menggenggam tanganku dengan penuh air mata.
Rafa tak tega melihatku tertidur tak berdaya, wajah ceriaku berubah menjadi bengkak dan biru. Air mata Rafa mengalir deras membasahi tubuh dan tanganku yang digenggamnya, Rafa tak mampu berkata apa-apa. Dia hanya bisa melihatku dengan rintihan air mata.

"Mei, kenapa kamu harus seperti ini? Aku gak tega liatnya. Bila Tuhan mengizinkan, aku akan gantikan posisi kamu ini. Aku ingin melihat kamu ceria dan tertawa lagi. Aku sedih dan sakit, Mei. Aku gak mau kamu merasakan apa yang aku rasakan selama ini. Cukup aku saja. Aku rela lakukan apa saja, Mei. Asalkan aku bisa liat kamu seperti dulu lagi. Meskipun nyawa menjadi taruhannya" ucap Rafa sembari mengusap kepalaku dengan rintihan air mata yang deras.

Air Mata Kenangan (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang