Tanggal ini belum lama, masih beberapa bulan yang lalu. Aku yakin dia menulis ini saat aku sedang tak berdaya di rumah sakit. Ini adalah curahan hatinya untuk yang terakhir kali. Aku menangis tiada henti hingga dadaku sesak. Arel melihatku, lalu Arel berusaha menenangkan diriku.
"Udah, Mei. Jangan nangis lagi ya. Ikhlaskan semuanya biar Rafa tenang di alam sana. Aku tau kamu sakit dan sedih, tapi ini semua udah jalannya. Rafa sangat sayang sama kamu, dia gak mau liat orang yang disayang bersedih hati. Ingat Mei, kalo Rafa akan behagia bila melihat kamu ceria dan tersenyum setiap hati. Meskipun saat ini dia udah gak ada di samping kamu lagi" ucap Arel.
Aku hanya terdiam dan berusaha meredam rasa sedihku sembari menghapus banyak air mata yang berjatuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Kenangan (SELESAI)
Short Story"Selemah apapun kamu untuk jatuh, aku akan terus menguatkan dan memapahmu. Kamu pergi sejengkal, aku akan berlari dengan banyak langkah. Kamu sakit, aku akan lebih sakit. Kamu menangis, aku akan menjadi wadah air mata itu. Sampai kapan pun aku akan...