"Apa?" ucap Rafa dengan serius.
"Apa tadi kamu saat liat aku dan Andra gak cemburu?" tanyaku.
"Hm, gak kok, malah aku senang sekarang kamu udah bisa lupain aku, kamu bisa cari pengganti yang lebih baik dari aku" jawab Rafa.
"Raf, aku gak pernah nyangka kamu secepat ini lupakan aku, semua kenangan yang telah kita lalui itu gak berarti" kataku dengan marah.
"Maksud kamu?" ucap Rafa dengan pura-pura tidak tahu.
"Aku kecewa sama kamu, Raf. Aku kira kamu sosok pahlawan yang gak pernah lukai hati aku, tapi ternyata aku salah. Aku dengan bodohnya gampang menilai kamu seperti itu" kataku dengan rintihan air mata.
"Kamu gak tau kan gimana perasaanku sekarang? Aku sakit, Raf. Aku benar-benar kecewa sama kamu" lanjutku sembari meninggalkan Rafa.
"Maafin aku, Mei. Bukan maksudku untuk mengecewakan dan melukai hati kamu. Aku terpaksa lakukan semua ini. Bukan hanya kamu yang sakit, tapi aku juga. Aku yang bodoh bukan kamu. Aku yang udah buat kamu sayang sama aku, seharusnya aku gak melakukan semua itu bila akhirnya berujung luka dan air mata. Aku cuma mau kamu lupakan aku. Lebih baik sekarang kamu sakit daripada suatu hari nanti kamu akan sakit kehilangan aku selamanya" ucap Rafa dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Kenangan (SELESAI)
Short Story"Selemah apapun kamu untuk jatuh, aku akan terus menguatkan dan memapahmu. Kamu pergi sejengkal, aku akan berlari dengan banyak langkah. Kamu sakit, aku akan lebih sakit. Kamu menangis, aku akan menjadi wadah air mata itu. Sampai kapan pun aku akan...