Alzheimer yang diderita Rafa semakin memburuk. Jangankan mengingat Arel, mengingat Meila pun Rafa agak susah.
"Ternyata ini jawaban dari semua pertanyaanku, kamu gak mau liat Meila sedih karena ini, aku sedih sekali liat kamu kayak gini, Raf. Aku gak tega" kata Arel dalam hati.
"Tuhan, izinkanlah sebentar saja Rafa untuk mengingat semuanya, aku mohon. Aku gak kuat liat dia seperti ini" pinta Arel dalam hati.
"Raf, ini Arel, aku mohon kamu ingat lagi ya, ini penting, Raf. Ini persoalan tentang Meila" kata Arel sembari menangis.
Rafa hanya terdiam dan tiba-tiba dia menangis.
"Rafaa" kata Arel.
"Arel, sedang apa kamu disini?" tanya Rafa.
"Terimakasih, Tuhan" kata Arel dalam hati.
"Aku datang kesini mau beri kabar sesuatu. Tapi, tadi saat aku datang kamu lupa sama aku" kata Arel menahan rasa tangisnya.
"Maaf, Rel. Terkadang penyakitku kambuh seperti ini. Kamu pasti udah tahu kan sekarang alasanku selama ini?" ucap Rafa.
"Iya, Raf" kata Arel menatap Rafa dengan linangan air mata.
"Raf, Meila masuk rumah sakit dan sekarang dia butuh pendonor hati, kankernya semakin parah" kata Arel.
"Apa? Aku mau liat dia sekarang" ucap Rafa dengan terkejut dan cemas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Kenangan (SELESAI)
Short Story"Selemah apapun kamu untuk jatuh, aku akan terus menguatkan dan memapahmu. Kamu pergi sejengkal, aku akan berlari dengan banyak langkah. Kamu sakit, aku akan lebih sakit. Kamu menangis, aku akan menjadi wadah air mata itu. Sampai kapan pun aku akan...