PERINGATAN!
Akan terjadi pertukaran setting cerita, makes sure kalian gak menyangkut-pautkan (menganggap sama) tokoh di chapter ini dengan tokoh-tokoh di chapter sebelumnya karena tokoh dalam chapter ini akan menjadi pihak ketiga.
Happy reading xx
———
KINAN POV
Hari itu langit cukup cerah. Terlalu cerah malah. Sampai sampai udara dari AC tak terasa sama sekali dan hingar bingar didalam sini seolah membuatnya semakin panas saja.
Matahari tepat berada diatas kepala, semua orang berlomba-lomba untuk mencari tempat teduh agar tak terpapar sinar UV yang jahat.
Bertepatan dengan waktu makan siang, para pegawai, anak kuliahan, dan sebagainya satu persatu mulai memasuki restoran atau kedai yang menawarkan menu makan siang.
Dan Oh iya.. Namaku Kinan.
Kinandita Urmila Joesoef
Nama yang unik, dan artinya pun terdengar indah. Persis seperti suara ibuku ketika bernyanyi.
Aku adalah seorang pelayan disebuah kedai kopi kecil dipersimpangan jalan. Tapi ini hanyalah pekerjaan sampinganku. Aku kuliah sambil bekerja dan itu memang tidak mudah dilakukan.
Meskipun pekerjaanku bukanlah pekerjaan kantoran, yang setiap hari mengurusi kertas kertas yang berasal dari pohon, mendengar suara ketikan keyboard, suara print, mendapat omelan dari bos, dsb.
Tapi jangan remehkan seorang pelayan ya. Sekilas mungkin biasa saja, tapi jika sudah mendekati waktu makan siang, aku akan bekerja lebih sibuk dibandingkan para pegawai.
Pada jam makan siang seperti ini, hampir semua kedai atau restoran atau warung pasti dibanjiri oleh orang orang yang mulai kelaparan. Sama halnya dikedai tempatku bekerja, namanya Kedai Jose.
Kedai Jose terkenal dengan kopi khasnya, tidak menggunakan kopi yang diimport dari luar negeri, tapi menggunakan kopi buatan Indonesia yang tak kalah enak rasanya dengan kopi luar, dan juga sedikit aneka pastry!
Sekilas hanya sekedar kedai kopi, tapi jika sudah mendekati pertengahan hari akan ada menu makan siang yang hanya disajikan pada pukul 11 hingga pukul 2 siang. Dan itulah yang terjadi saat ini.
Terkadang banyak orang yang mengantri di order line kami, bahkan sampai diluar pintu masuk. Tak sedikit pula orang yang tidak kebagian tempat duduk.
Kalau sudah memasuki jam makan siang, kedai kopi ini berubah menjadi restoran cepat saji.
"Pesanan untuk meja nomor 9!" sahut Petra— si Koki. Aku segera mengambil nampan itu dan membawanya kemeja nomor 9.
"Excuse me, gentleman. Here is your orders." ucapku menggunakan bahasa inggris ketika melihat sebahagian pelanggan dimeja itu berparas bule.
"Satu Salad Chicken, Sepiring Burger Steak, Satu porsi Beef Chimichagas, dan semangkuk spa—" ucapanku terhenti ketika mendapati tamu yang sangat kukenal baik.
"Hello, my dear." sapanya dengan senyum manis.
"Gamma!"
"Eh? Kenapa?" tanyanya ketika aku bergumam tak jelas.
"Euhm.. Maksudku, ini." Tunjukku pada pesanannya. "Spagethi."
Ia terkekeh pelan. "Oh, terima kasih ya."
![](https://img.wattpad.com/cover/145326912-288-k177968.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Semerdu Tangisan Bayi
Любовные романыHatiku juga tak kalah hancur, ketika secara terus-menerus mendengar bisikan yang lama-lama membuat panas telinga. Apakah harus kerap menangis saat semua pergi? Dan lagi-lagi tak ada seorang pun yang mampu memahami itu. Tapi semakin aku terluka, se...