Chapter 1 - PROLOG

5.6K 193 3
                                    


Semerdu Tangisan Bayi
Sebuah novel karya Nufa Bunamin
(Makassar, 2014)

******

Dia berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang tidak terlalu ramai menuju kamar inap seseorang dengan sebuket bunga mawar di tangannya. Setelah tiba di depan pintu, dengan segera ia membuka nya dan disana terlihat seorang wanita cantik yang terbaring di tempat tidur dengan keadaannya yang lemah dengan infus dan alat bantu nafas yang membantunya bertahan hidup.

"Hai Sayang...."

"Hai" ucap wanita itu serak dengan senyum semampunya.

"Bagaimana keadaanmu? Sudah merasa lebih baik sekarang?"

Wanita itu tidak menjawab melainkan terdiam cukup lama.

"Ada apa, hm? Cerita sama aku." Ia mengusap lembut rambut itu.

"Hhh... Entahlah mas" ucapnya lemah.

"Ada apa? Cerita sama aku apa yang mengganggu pikiran istri cantik ku ini" ucapnya dengan senyum.

Istrinya tersipu malu dengan pujian suaminya itu. Ia menatap suaminya begitu dalam dengan senyum di mata dan bibirnya. Tapi sayangnya senyum itu kian memudar karena suatu hal....

"Aku hanya merasa belum menjadi istri yang baik buat kamu...."

"Hey, apa yang membuat kamu merasa seperti itu? Selama ini kamu menjadi istri yang sangat baik untuk ku. Melayani ku dengan baik dan selalu ada untukku. Jadi kumohon singkirkan perasaan tidak enakmu itu. Lagipula apa yang tidak kamu berikan pada ku selama ini...."

"Memberikan mu anak, mungkin?"

Deg.

Bram terpaku akan pernyataan istrinya. Ia tak menyangka hal itu masih saja dipikirkan oleh istrinya.

Seorang Anak.

11 tahun  pernikahan yang mereka jalani tidak semudah yang dialami oleh sebagian orang. Selama 11 tahun itu juga mereka belum dikaruniai seorang anak. Hal itu bahkan menjadi beban pikiran istrinya selama ini dan membuatnya semakin lemah.

"Sayang, ada anak ataupun tanpa anak aku baik-baik saja. Selagi ada kamu disini aku bahagia bersamamu. Mungkin memang belum waktunya kita dikasih kepercayaan oleh-Nya untuk mengurus bayi. Aku percaya kita masih sanggup menunggu lagi, kamu gak perlu khawatir."

"Tapi sampai kapan? Sampai kapan ketidak kepastian ini harus kita tunggu? Aku lelah dengan pertanyaan orang orang, kenapa aku tak kunjung hamil?"

"Ada saat dimana kita butuh mendengarkan orang lain. Tapi ada masanya pula kita menutup telinga dari perkataan mereka. Kamu hamil atau tidak hamil pun bukan jadi urusan mereka. Sudah tidak usah dipikirkan lagi. Semakin kamu menjadikannya beban pikiran, akan semakin kecil kemungkinan kita untuk mempunyai anak"
Istrinya kembali terdiam. Meresapi kalimat suaminya itu. Ia sekarang tak tahu apa yang mesti ia lakukan..

Maafkan aku" istrinya berkata dan setitik air bening yang jatuh dari mata nya. Bram yang melihat itu langsung memeluk dan menenangkan istrinya.

"Aku baik baik saja sayang." ucap Bram sambil mengecup dahi istrinya.

"Tapi.... Tapi kamu memang sudah butuh seorang anak mas, penerus perusahaanmu kelak."

"Sudah kubilang aku baik baik saja."

"Tidak mas.... Sudah saatnya kamu menggendong bayi. Yah... Sudah saatnya" ucapnya tekad.

"Aku ingin mas melakukan sesuatu untukku" ucap istrinya sambil menatap Bram sungguh sungguh, tanda ia ingin Bram melakukan hal itu untuk yang terbaik.

"Apa itu?"

Bram bertanya dengan perasaan bercampur aduk. Antisipasi, gugup, bahkan parno, semua menjadi satu. Ia takut kalau kalau hal yang dipikirkannya sekarang ini akan menjadi kenyataan.


"Aku ingin mas Bram menikah lagi."​

******

Awal menulis : Makassar, 2014
Tanggal Rilis : Makassar, Sabtu, 23 Juni 2018.

Semerdu Tangisan BayiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang