Chapter 26 : I See The Light

1.2K 66 1
                                    

"I love her so damn much, tapi saya juga menginginkan seorang anak."

******

AUTHOR POV

Dimalam yang lembab selepas hujan lebat itu, seorang gadis terlihat tak kenal lelah dengan pekerjaannya. Ketika teman kerjanya yang lain memilih pulang lebih cepat untuk menghindari hujan susulan, ia justru rela mengabdi pada tempat kerjanya dan membersihkan seluruh area itu, tulus tanpa uang lembur.

Sudah menjadi tanggung jawabnya untuk menyelesaikan semua itu dengan beres, dia bukan tipe orang yang meninggalkan ruangan dalam keadaan kotor, karena itu ia berinisiatif membersihkan tempat itu hingga semuanya beres.

Menglap meja, membersihkan peralatan makan, mengatur meja kasir agar terlihat rapi, mengepel lantai. Semua sudah ia bereskan. Gadis itu masih terlihat betah membersihkan jendela kedai sambil mendengarkan lagu yang mengalun dari earphonenya, padahal jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

Ia menyemprotkan cairan pembersih pada jendela itu, lalu menglapnya dengan kain yang sedari tadi ia pegang. Namun bagian jendela yang ia lap barusan tiba-tiba menampilkan sosok laki-laki tampan yang selama ini diam-diam mengisi hatinya.
Kinan menurunkan tangannya, ia melepas earphonenya dan terpaku menatap lurus pada sosok diluar sana.

––––

BRAM POV

Ia menutup jendela, mematikan semua lampu yang ada didalam, lalu ia mengunci pintu kedai.

Ia memasukkan kuncinya kedalam tasnya lalu ia berbalik, dan berjalan pelan kearahku yang belum berpindah tempat sedari tadi.

Kinan kini berjarak hanya 3 meter dari hadapanku. Ia menatapku dengan wajah datarnya, seperti ia sudah begitu muak denganku.

"Apa kamu selalu pulang jam segini?" Tanyaku pada Kinan yang terdiam.

"Kurang lebih seperti itu."

Aku mendongkak menatap langit sambil mengernyit. "Atasan macam apa yang membiarkan karyawan wanitanya seorang diri ditengah malam seperti ini?" bisikku.

"Apa yang membuat mas sedari tadi berdiri disitu?" Aku mengalihkan pandanganku kepada Kinan.

"Saya butuh teman." ucapku.

Aku butuh dirimu, Kinan.

DEG

Aneh tapi nyata. Ketika aku butuh teman, harusnya aku bisa datang menemui Alex. Aku bisa saja menerobos pintu rumahnya dan mengganggu malam hangatnya dengan Nadine. Tapi, kakiku membuatku melangkah kearah Kinan.

Susah jelas bahwa, aku jauh lebih membutuhkan Kinan daripada seorang teman.

"Jalan-jalan dulu?" Tanyaku yang lebih terdengar seperti ajakan.

"Mas harusnya gak menemui saya lagi."

"Please? hanya sebentar." mohonku. Aku hanya ingin bersamamu, Kinan.

Kinan menundukkan kepalanya, menatap jari kakinya yang tak bisa berhenti bergerak didalam sepatunya.

Aku berharap ia mau menemaniku yang kesepian.

Ia segera mendongkak dan kembali menatapku yang masih setia menunggu jawaban. "Shall we?"

Kinan melirik sebelah kiri-kanannya, lalu ia mengangguk samar. Tanpa sadar, sudut bibirku terangkat.

Kami berjalan bersisian diatas trotoar yang sebagian digenangi oleh air sisa hujan yang tidak begitu tinggi. Udara pada malam hari setelah hujan turun seakan menyatu, membuat suhu diluar ruangan terasa sedikit lebih dingin. Ditambah langit terlihat berwarna ungu gelap, seakan siap untuk kembali membasahi bumi.

Semerdu Tangisan BayiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang