Chapter 17 : Sang Istri

1.6K 76 2
                                    

Mengapa perasaan ini semakin kuat disaat aku mengetahui kebenaran yang menyakitiku?

******

KINAN POV

Bodoh.

Satu kata yang benar benar cocok menggambarkan suasana hatiku saat ini.

Ya aku bodoh.

Dan gila!

Ya, gila!

Hanya wanita gila yang berusaha untuk merebut milik orang lain.

Kenyataan ini menghantamku dengan keras. Mengagumi seorang lelaki tampan, yang beristri? Yang benar saja, Kinan!

Mengetahui mas Bram sudah beristri membuat ku merasa seperti wanita tidak tahu diri. Selama ini aku menghabiskan waktu bersama mas Bram, ditempat umum, dipusat perbelanjaan, berdua, bersamanya. Dan parahnya lagi, aku dipergok oleh istrinya sendiri!

Memangnya apa yang ku harapkan dari mas Bram?

Dia terlihat dewasa sekali, tentu saja sudah beristri. Semua itu nampak diperjelas dengan kehadiran cincin pernikahan yang tersemat dijari manisnya. Bagaimana bisa aku tidak memperhatikan cincin itu sedari tadi? Atau sejak pertama kali kita bertemu? Atau paling tidak, sejak aku mulai mengagumi lelaki tampan ini?

Mengagumi?

Atau aku.. mencintai?

Ya Tuhan, justru disaat saat seperti ini hatiku semakin sulit untuk kupahami. Mengapa perasaan ini semakin kuat disaat aku mengetahui kebenaran yang menyakitiku?

"Kamu terlalu nafsu dengan segala ketampanan dan kedewasaan dia." ucap malaikat dalam diriku.

Akh! Ya Tuhan!

Apakah memang aku terlalu sibuk memperhatikan wajahnya itu? Terlalu sibuk dengan pemikiranku sendiri? Terlalu sibuk mengaguminya? Mengagumi suami orang? Sampai cincin itu tak terlihat sama sekali? Bahkan sama sekali tak terlihat? Dan membutakan diri dari statusnya yang merupakan suami orang?

WHY KINAN!!?

Dia bahkan lebih cocok jadi pamanku! tidak cocok dengan pantatku yang masih biru!

"Mas sudah menikah?"

Dan bodohnya lagi pertanyaan itu tiba-tiba keluar. Tentu saja dia sudah menikah! Memangnya apa arti cincin dijari manis tangan kanan selain "sudah menikah?"

"Ya, saya sudah menikah." Jawabnya pelan.

Dan saat itu juga dunia ku terasa runtuh.

Aku merasa jauh lebih "bodoh" dari kata itu sendiri. Tidak pernah sekalipun aku berhubutertarik dengan lelaki manapun diluar sana. Namun ketika rasa itu telah datang, mengapa harus pada orang yang salah? Aku mengagumi suami orang, dan itu sangat tidak benar. Aku tahu Itu salah, tapi aku justru tidak tahu harus berbuat apa.

Jika aku bisa mengulang waktu, aku sangat berharap aku tak pernah bertemu dengan Bram pada malam itu atau paling tidak, tak perlu repot-repot menawarkan kopi.

Tapi nasi sudah jadi bubur. Aku sudah terlanjur kenal dengan lelaki tampan ini. Lelaki tampan, milik suami orang.

Akh! Aku merasa seperti sedang terjebak didalam ruangan sempit. Ruangan itu amat menyesakkanku, aku kesulitan menghirup udara bebas. Hatiku benar benar sesak.

Sebuah sentuhan dipundakku membuatku tersadar dari pemikiranku, aku berbalik dan mendapati bang Jose berdiri sambil menatapku iba.

"Bang Jose gak tahu, apa yang berkecamuk didalam pikiranmu saat ini. Tapi, abang berharap itu bukan masalah yang besar."

Semerdu Tangisan BayiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang