Bab 27

1.5K 92 5
                                    

Yeayy... update lagi. sebelumnya author mau mengucapkan banyak terimakasih atas dukungan sahabat baper dengan cerita ini, tetap ikuti ceritanya sampai selesai yah...

Jangan lupa komen, taburan bintang dan follow juga...

Happy Reading...

Author POV...

"Makasih yah". Lia melambaikan tangannya pada Aldo.

"aku akan menjemputmu nanti. Telpon aja". ucap Aldo sebelum melajukan mobilnya.

Hari ini Lia sengaja meminta Aldo mengantarnya ke kantor. Ale menyaksikan semuanya dengan wajah mengeras. Tidak ada senyum terpancar di wajahnya.

Lia melirik Ale, tersenyum puas. Rencanya berjalan sukses, karena saat itu Ale juga baru tiba. Lia berjalan dengan santai tanpa menyapa Ale yang berdiri didepannya.

Meeting di mulai tepat pukul 8 pagi, semua tim sudah berkumpul di sebuah ruangan. Ale duduk menghadap Lia yang sedari tadi tampak sibuk mencatat. Kali ini yang persentasi bukanlah Lia. Tapi salah satu manager dari kantor Ale.

Ale tidak memperhatikan meeting tersebut, dia malah memperhatikan Lia, ucapan wanita itu sudah mengganggunya semalaman hingga dia tidak bisa tidur nyenyak. Ale memikirkan siapa pacar Lia.

"bagaimana pak Ale?". manager itu menatap Ale yang kurang fokus. Semua mata tertuju pada Ale. Bahkan dia tidak menyimak sama sekali persentasi dari managernya itu.

"Aku setuju?". Jawab Ale ringan. padahal dia juga tidak mengerti apa yang di setujuimya, yang jelas manegernya itu tidak akan memunculkan ide buruk.

Semua menatap Ale bingung. Beberapa diantara mereka mengerutkan kening, ada yang melongo. Tatapan aneh tertuju padanya.

Manager yang bertanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "maksud bapak setuju apa yah? tadi perntayaannya kapan pembangunan proyek akan dimulai?", Ale menunduk sejenak, merutuki kebodohannya.

"aku mau pembangunan proyek ini segera dilakasanakan. Lebih cepat lebih baik. Jadi jika semua sudah siap. Aku ingin segera dilakukan pengerjaannya. Mungkin sekian dulu rapat hari ini. terima kasih atas perhatiannya". Ale berucap tegas, tidak ada yang berani membantah. Padahal masih banyak yang perlu di bahas. Semua tim akhirnya membereskan bahan persentasi, bergegas keluar dari ruangan.

Lia menatap Ale yang sedang memegang kepalanya, lelaki itu terlihat tertekan. Namun Lia akhirnya berjalan keluar bersama karyawan lainnya, dia tidak perlu khawatir.

Langkah Lia terhenti, Smartphonenya berbunyi nyaring, dengan sigap dia mengangkat telpon itu.

"Halo Assalamu Alaikum Ma". Lia menjawab telepon dari Mama

"walaikum Salam. Lia... Papa masuk rumah sakit". Terdengar tangis Mama Lia pecah diujung telepon. Lia berdiri kaku.

"Papa kenapa Ma". Suaranya menjadi serak, air matanya mengalir seketika.

"serangan jantung, kamu cepat ke rumaha sakit. Mama dan Fian sudah di jalan". Mama Lia masih menangis.

Tubuh Lia bergetar, kakinya lemah. Ale yang tidak sengaja mendengar percakapan itu segera mendekati Lia. memapah tubuh Lia yang hampir terjatuh.

"Kamu tidak apa-apakan?". Ale khawitr menatap wajah pucat Lia.

"Papa...". Tangis Lia pecah. Ale berusaha menenangkannya. Beberapa karyawan menatap bingung.

CINTA PADA KESEMPATAN KETIGA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang