Bab 18

2K 91 15
                                    

Hey sahabat baper sesuai janji saya kemarin hari ini update lagi. Terimakasih untuk sudah baca cerita ini, jangan lupa follow, berikan bintang dan komen. Btw ini part galaunya Lia, si mas Ale tiba-tiba berubah jadi dingin... happy reading...

Auxelia POV...

Disinilah aku dengan luka masih menganga lebar, perih namun tak berdarah. Semua kepercayaanku pada Ale seketika hancur berkeping-keping. Mungkin aku wanita yang bodoh sudah mempercayakan hatiku padanya.

Cukup sudah aku merasakan sakit hati untuk kedua kalinya pada orang yang sama. Aku tidak akan pernah mencintainya lagi. itu janjiku pada diriku.

Semenjak kejadian itu, aku memutuskan ikut Mama dan Papaku ke Jakarta. Aku akan ikut tes untuk mendapat beasiswa di Columbia university. Aku benci sendiri, aku benci kesunyian. Tapi aku sudah bertekad untuk melupakan segala rasa sakit itu. dan inilah jalan yang aku pilih.

Jika awalnya aku sempat menolak penawaran ini, maka sekarang aku katakan aku sangat berharap medapatkan kesempatan itu. aku memutuskan kembali ke Jakarta untuk mempersiapkan tes itu. aku harus lulus.

Dan aku sudah tidak akan lagi meneteskan air mataku demi cowok brengsek seperti Ale. TIDAK.

Hari ini, sehari sebelum ujian. Aku janjian untuk bertemu dengan Shela dan Sheli. Sebenarnya sih aku juga sudah mengajak Reni, tapi dia sedang ada show di luar kota. Aku belum menceritakan mereka tentang semua yang terjadi padaku.

Aku berjalan menuju café tempat kami janjian. Café yang sering kami tempati untuk nongkrong saat masih SMA. Setidaknya aku ingin menghabiskan waktu bertemu mereka, sebelum aku pergi semakin jauh. Jujur ini berat, sangat berat.

Shela dan Sheli ternyata menunggu didalam cafe, aku segera bergabung dengan mereka. "Hei... kalian kenapa?". tanyaku bingung. Bukan pelukan hangat yang kudapatkan tapi malah perebatan sengit dua kembar ini.

"ini nih Shela, nggak mau kalah...eh tadi kita berdebat Karena apa yah Shela?". Sheli menatap saudara kembarnya kebingungannya. Aku tersenyum, merindukan mereka, sahabat terbaikku. Aku mendekat memeluk mereka erat, air mataku terjatuh tanpa aku sadari.

"lah kok nangis sih". Shela menatapku bingung, aku masih memeluk mereka.

"kamu rindu banget yah sama kami". Sheli mengelus pundakku.

Aku melepaskan pelukanku, kutatap mereka. kuhapus air mataku. Memasang senyum termanisku, menyembunyikan luka yang masih membekasdihatiku. Kamu harus kuat Lia. Harus.

"maaf aku terlalu baper". Ucapku sebelum mengajak mereka duduk.

Suasana menjadi sedikit canggung, Shela dan Sheli masih menatapku bingung, menuntut penjelasan. Aku belum siap menceritakan mereka tentang semuanya, aku tidak ingin menangis lagi.

"kalian mau pesan apa?". Tanyaku memecah kesunyian. Shela dan Sheli masih menatapku.

"kamu nggak ingin cerita?". Tanya Shela mengabaikan pertanyaanku. Aku menggigit bibir bawahku.

"kami tahu kamu lagi ada masalah Lia. matamu tidak bisa berbohong". Sepertinya aku tidak bisa menyembnyikan apapun dari mereka. Shela dan Sheli terlalu mengenalku.

Aku menunduk menatap hiasan bunga di meja. Shela dan Sheli masih menunggu jawabanku.

"kamu masih anggap kami sahabatkan?" Sheli menatapku tajam. Ku alihkan pandanganku pada mereka. Kutarik napasku dalam-dalam, menatap Shela dan Sheli secara bergantian.

"kita pesan makan dulu, nanti aku cerita". Mereka berdua akhirnya mengangguk setuju.

Tidak butuh waktu lama, makanan yang kami pesan sudah datang. Suasana masih canggung, tidak ada canda tawa yang tercipta seperti biasanya. Bahkan Shela dan Sheli kompak untuk diam, aku merasa tidak enak pada mereka.

CINTA PADA KESEMPATAN KETIGA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang