Bab 29

1.5K 72 8
                                    

Hai...hai...hai... sahabat baper terimakasih buat support kalian, komen kalian juga dan taburang bintangnya...

Jangan Lupa tetap dukung cerita ini sampai selesai...Part selanjutnya akan lebih seru...

Mana suaranya TimAle dan TimAldo... kalian lebih pilih mana Lia-Aldo atau Lia-Ale?


Author POV...

Pagi ini meeting kembali dilakukan. Lia sejenak melupakan tentang tawaran pak Hendrawan dan memilih untuk tidak keluar dari perusahaan itu. Akhirnya disinilah dia kembali mengikuti rapat untuk proyek.

Namun ada yang berbeda pagi ini, Ale tidak pernah memperhatikan Lia lagi, bahkan cowok itu terkesan menghindarinya. Lia beberapa kali mencuri pandang, tapi Ale Cuma fokus pada meeting, wajahnya begitu serius.

Sikap cuek Ale berlanjut pada saat selesai meeting, dia berjalan dihadapan Lia tanpa menyapa. Ale malah sibuk bebrbicara pada sekertarisnya, seolah sengaja mengabaikan Lia.

Dibalik kelegaan yang dirasakan, ada sesuatu yang membuatnya sedikit kecewa. Ale bersikap dingin padanya seperti saat dulu, sebelum lelaki itu meninggalkannya dan memilih tunangan bersama wanita lain.

Hari ini berjalan cepat, Lia berusaha untuk konsentrasi dalam proyek ini. kesehatan Papanya yang mulai pulih membuatnya sedikit tenang. Tapi masalah yang paling besar yang harus dilewatinya adalah mencari solusi untuk melunasi hutang Papanya sebelum rumahnya benar-benar disita sama pihak bank.

Setelah menyelasaikan semua kerjaan di kantor, Lia memutuskan untuk pulang lebih cepat. Barusan dia mendapat telepon dari Mamanya, hari Papanya sudah di perbolehkan pulang.

Lia sudah bergegas pulang, dia akan menjemput Papanya dirumah sakit. Walaupun Mamanya sudah mengatakan bisa naik taksi. Tapi tentu Lia tidak tega.

Lia mengerutkan keningnya saat Ale sudah ada di ruang Papanya. Dia menentang tas cukup besar yang ditebak Lia adalah barang-barang Papanya. Fian memegang kursi roda Papanya.

"kamu kok kesini Mamakan sudah bilang tidak usah datang. Mama tahu kamu pasti sangat sibuk?". Bukannya menjawab mata Lia malah tertuju pada Ale yang membuang muka padanya, memilih untuk menatap Fian.

"kok kamu bisa disini?". Lia menatap Ale dingin.

"Fian yang telpon kak". Fian tersenyum menepuk pundak Ale.

"yaudah kamu pulang aja, biar aku yang antar mereka". Lia masih ketus, menarik paksa tas yang di pegang Ale.

Semuanya menatap Lia heran. Ale melepaskan tas itu tanpa perlawanan. Ale sudah melangkahkan kakinya, namun Fian menarik lengannya.

"aku akan pulang bareng kak Ale, biar Mama sama Papa di mobil kak Lia". Fian menatap Ale

"kak Ale mau mengantar Fiankan, lagian sudah lama kita tidak main game bareng kak". Lia menatap Fian kesal. Namun dengan cueknya Fian melangkah pergi menarik tangan Ale. kedua orang tua mereka hanya bisa menggeleng menatap kelakuan anak-anak mereka.

Lia menatap Ale dan Fian yang masih berdiri di parkiran. "kenapa kalian belum pergi?". Lia bertanya masih kesal.

Bukannya menjawab pertanyaan Lia. Ale malah mendekati Papa Lia memapahnya untuk naik ke mobil Lia.

"buka pintunya kak". Fian membangunkan Lia yang sedari tadi bengong melihat tingkah Ale yang kini sudah memapah Papanya. Lia segera menekan tombol di kunci mobilnya.

CINTA PADA KESEMPATAN KETIGA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang