Bab 14

2.1K 81 5
                                    

Hey update lagi nih sahabat baper... part ini banyak adegan romantis Ale dan Lia yang bisa menyebabkan kebaperan meningkat. jangan lupa di follow, komen dan bintangnya...

Author POV...

Reni menghampiri Lia, setengah berlari menuju kantin. Lia melambaikan tangan pada Reni, tersenyum sumringah. Reni duduk dengan wajah panik, bahkan penampilannya yang baru itu membuat semua mata tertujuh padanya.

"kenapa mereka melihatku seperti teroris?". Reni melirik kesegala arah. Lia mengikuti arah pandang Reni.

"mereka terpesona padamu. Ehm, pada kita berdua lebih tepatnya". Lia tersenyum, namun Reni masih saja menampakkan wajah paniknya.

"Ahmad menelponku terus? Dia meminta aku ke Jakarta untuk bertemu dengan salah seorang pemilik managemen artis". Reni mengigit bibir bawahnya. Lia menghentikan makannya, menatap Reni yang masih menunduk frustasi.

"Jadi apa keputusanmu? Mau jadi artis atau lanjut kuliah". Bukannya memberikan solusi, Lia malah membuat Reni semakin bingung. Dia juga bingung harus bagaimana. Menjadi penyanyi professional adalah salah satu cita-cita Reni, tapi meninggalkan kuliahnya juga bukan pilihan yang tepat. Kedua orang tuanya tidak akan setuju dengan pilihannya itu.

Suasana menjadi hening, Reni tenggelam dalam pikirannya. Lia bingung harus memberikan solusi seperti apa.

"mungkin Ale bisa memberikan solusi lebih baik". Reni menatap Lia menunggu persetujuan sahabatnya tersebut.

"harus yah melibatkan Ale?". Melibatkan Ale sama halnya dengan membuat Lia tidak nyaman. Sampai saat ini Lia masih tidak bisa mengendalikan detak jantung saat bertemu dengan Ale.

"Jadi gimana?". Reni menatap Lia.

"yaudah, tapi kamu harus tanggung jawab jika aku terkena serangan jantung". Ucanya Lia mengancam.

"jika suka bilang, nggak usah ditahan. Jangan sampai jatuh kepelukan cewek lain baru nyesal". Sindir Reni. Lia pura-pura tidak dengar, dia melanjutkan makannya dengan acuh.

Auxelia POV...

Jika bukan karena Reni, aku tidak akan menelpon Ale. Bahkan dia menjadi bertambah percaya diri. Dan disinilah kami menunggunya di cafe dekat kampus.

"kenapa kamu malah mau minta pendapat Ale sih, bukannya beberapa hari yang lalu kalian seperti kucing dan tikus". aku menatap Reni yang sedari tadi diam.

"dia bisa memberikan solusi yang lebih baik dari kamu". aku menatap Reni tidak setuju dengan ucapannya.

"Tapikan aku sudah memberikan kamu solusi untuk jadi artis aja".

"Dan dengan alasan untuk balas dendam". Reni menatapku tajam. Aku diam tak tahu harus jawab apa.

Lelaki yang kami bicarakan itu akhirnya datang juga, dia memasang senyum manisnya sambil melambaikan tangan dari luar, bahkan kami sudah cukup lama menunggunya.

Ale menarik kursi dan segera duduk. "maaf lama".

"sudah hampir lumutan nunggu kamu". dia hanya tersenyum menatap wajah kesalku.

"kamu lumutanpun aku tetap suka kok". mulai lagikan, ah jantung bisakah berdetaknya normal saja.

"ehm... aku mengajak kalian berdua kesini bukan untuk melihat adegan mesra ala-ala korea". Reni menengahi.

CINTA PADA KESEMPATAN KETIGA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang