Prolog

4.9K 181 0
                                    

Malam ini sekelebat hujan turun dengan santainya. Tidak berpikir bagaimana nasib orang-orang yang sedang menunggu rintikan hujan itu akan berakhir. Ini sudah tiga jam, dan hujan tidak pernah berhenti dari tadi.
Handphone ku tidak berdering sama sekali. Oh ayolah. Kenapa lelaki itu tidak menelepon sekedar untuk memberi kabar? Aku tahu, tidak ada cinta di antara kita. Walaupun dia sering mengumbar itu dengan matanya dan sikapnya yang seperti anak ABG.

Tapi aku adalah seorang putri yang dengan mudahnya Ummi ku malah menyerahkanku pada lelaki menyebalkan itu. Lelaki tua yang mendirikan rumahnya dengan megah tepat di samping rumahku. Yang ayamnya terus saja memakan pohon tomat kesayanganku.

Handpohone ku berdering. Aku segera ke atas meja dan mendapati nama temanku tertera di sana. Ku pikir dirinya.

"Halo, Rin?"

"Selamat malam Ny. Azalia Syiffa Syouqi"

Aku tersenyum. Dia menggodaku. Sial. Aku malah menyukai panggilan itu.

"Yang benar saja. Sudahlah, kamu menelponku hanya untuk membahas itu"

Tut!

Kumatikan panggilan secara sepihak. Aku kesal. Mengapa aku begitu gengsi terhadap perasaanku? Walaupun sebenarnya dia cukup menarik. Jarak umur tidak menghalangi cinta, 'kan?

Dia belum datang.

Aku kangen. Padahal baru saja tadi pagi kami bertemu. Aku merindukannya. Merindukan dia memanjakanku dengan kalimat-kalimatnya. Aku merindukannya. Di mana dia sering mencari alasan untuk membuatku kesal. Aku merindukannya. Merindukan kisah yang mungkin hanya penantian panjang. Aku menunggumu.

"Aku akan tetap menanti dirimu. Di sini."

Tangan erat memegang kedua bahuku yang bergetar. Sontak aku menoleh ke arah kanan. Wajah Ummi tampak bersinar. Dia tersenyum ke arahku.

"Say hello ke tetangga baru"titahnya. Aku terkekeh.

"Hello tetangga baruku..."

Assalamualaikum semua. 😊 ini cerita keduaku. Semoga kalian tetap suka. Dengan semua tulisan ini. Dan saya harap jangan pernah bosan.

Tetangga Baru (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang