Perpisahan Or Pernikahan

1.2K 82 4
                                    

  Hari ini adalah hari yang paling menyakitkan bagiku. Semua orang mengira bahwa aku adalah orang yang paling bahagia. Mereka salah.

  Aku mengira Pak Rezfan merasakan hal yang sama denganku. Kita sama-sama terlibat dalam pernikahan paksa ini.

  Ummi menarik wajahku untuk memoleskan riasan di wajahku. Ku tatap dia dalam, Ummi memalingkan wajah.

  "Kenapa Ummi lakuin semua ini?"

  "Ini yang terbaik buat kamu"

  "Kami sama-sama tersakiti, mananya yang terbaik?"

  Seseorang datang dan mengatakan bahwa penghulunya sudah datang. Ummi mengecup pelan dahiku, ia menyuruh perempuan itu untuk membawaku ke bawah.

  Aku hanya bisa diam sambil menyaksikan semuanya di hadapanku. Ummi tidak menemaniku, katanya, dia lagi sibuk.

  Semuanya mengucap syukur saat Pak Rezfan dengan lantangnya mengucapkan ijab qabul. Seseorang berlari dengan tergesa-gesa ke arah kami yang sedang berdoa.

  "Syiffa! Ummi kamu pingsan!"

  Aku masih mematung.

  Ku lihat Pak Rezfan berlari ke arah dapur, tempat keluar perempuan tadi. Mulai banyak orang yang melihat Ummi. Aku hanya mematung.

  "Innalillahi Wa Innailaihi roji'un"

  Terdengar samar.

  "UMMI!!!!!!!!"

  "UMMI SYIFFA BELUM MENINGGAL!!! JANGAN DOAIN UMMI MENINGGAL!!!!"

  Ku tarik orang-orang itu dari dapur. Ku dorong mereka sampai terjatuh. Sebuah tangan menahan ku.

  "UMMI SYIFFA BELUM MENINGGAL!!!! PERGI KALIAN!!! UMMI SYIFFA BELUM MENINGGAL!!! UMMI SYIFFA MASIH HIDUP!!!"

  Ku seka air mata yang sudah jatuh di pipi. Ku tatap tajam orang yang mengucapkan kalimat itu.

  "PAK REZFAN SENGAJA KAN?!!! SENGAJA BILANG KAYAK GITU?!!"

  "Syiffa—"

  "APA?!!!! SYIFFA BENCI SAMA PAK REZFAN!!!!"

  Ku jatuhkan tubuhku di samping Ummi yang masih terbaring. Ku tepuk pipinya beberapa kali.

  "Ummi? Ummi bangun! Syiffa di sini Ummi"

  Ku cek denyut nadi di pergelangan tangan. Hilang?

  Di leher. Hilang?

  Jantungku mulai berdebar takaruan.

  Detak jantung Ummi juga tidak terdengar dan aku tidak merasakannya.

  Aku mulai melakukan RJP pada Ummi.

  "Ummi... Ayo bangun!! Hiks!! Ummi...Syiffa benci kalo Ummi kayak gini... Ummi.."

  "Pak, jasad beliau kapan akan dimakamkan?"

  "Secepatnya"

  Sudah tiga jam setelah pemakaman aku di sini. Di kamar Ummi. Aku tidak mau keluar. Terdengar orang-orang sudah mulai angkat kaki.

  Ku peluk erat foto yang menyimpan kenangan begitu dalam padaku. Fotoku bersama Ummi. Aku tidak peduli dengan air mata yang turun tanpa henti! Aku tidak peduli melihat semua orang mengaku kasihan padaku! Aku tidak peduli pada semuanya! Aku hanya ingin Ummi. Itu saja.

  Terdengar ketukan pintu dari arah luar. Ia memanggil-manggil namaku. Ada apa dengannya? Hah? Apa dia minta aku layani? Karena aku sudah menjadi istrinya? Begitukah?

Tetangga Baru (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang