Terjebak cinta

1.3K 72 1
                                    

Ini sudah seminggu, dan aku tidak pernah mengutarakan maafku pada Pak Rezfan. Hubungan kami bertambah buruk. Lebih buruk dari awal kali kami dipertemukan.

Jika dulu, kami selalu beradu mulut. Sekarang? Kami bahkan tidak bertegur sapa. Dia benar-benar sudah membenciku.

Bahkan Ummi selalu bertanya apa yang terjadi pada kami. Tidak ada lagi huru hara yang kami buat di pagi hari dan tidak ada lagi saling menyindir satu sama lain. Mendengar Ummi selalu bertanya, aku hanya menjawab bahwa aku tidak mood untuk beradu mulut lagi.

Bukankah dalam hadist dilarang mendiami sesama lebih dari tiga hari? Tapi, kami? Oh Ya Allah.. Ampunilah dosaku.

Pak Rezfan tampak membereskan buku-bukunya lalu beranjak pergi. Aku harus mengutarakan maafku sekarang juga. Langkahku berada tepat di belakangnya.

Jariku tampak bertautan, aku harus bagaimana? Bingung. Ya Allah berikan hamba jalan.

Bukk!

Kepalaku menabrak punggungnya.

Sontak aku mengangkat kepala yang sedari tadi menunduk. Dia menatapku tajam lalu beberapa detik kemudian membuang mukanya.

"Maaf"

Aku menunduk. Menggigiti bibirku keras sekali. Aku tahu dia tidak akan memaafkanku. Tidak mungkin.

"Saya sudah memaafkan kamu dari saat kamu menguji saya"

Aku menatap ke arahnya tak percaya. Kalo dia benar-benar sudah memaafkanku, lantas kenapa tidak menyapaku?

Menyapa? Ada apa denganku? Kenapa kata itu seakan ada pengharapan? Aku benar-benar sudah tidak waras.

"Jazakallah khoiron, Pak"ucapku akhirnya. Dia mengangguk.

"Syukron"

Aku langsung pamit akan ke kelas. Saat aku memutar diri, dia malah menarik ujung baju bagian lenganku. Aku memutar bola mataku.

"Nilai kamu akhir-akhir ini makin jleb, saya harap bukan karena persoalan kita"

Dia menarikku hanya untuk nilai? Bahkan aku sudah tahu bahwa nilai ku sudah kacau.

"Tapi saya curiga bahwa Pak Rezfan malah membuat curang di nilai saya"ucapku menantangnya.

Tiba-tiba raut wajahnya berubah. Aku tertawa senang dalam hati. Lihat saja, apa yang bisa dia lakukan?

Tak!

"Aw.."

Dia memukuli keningku dengan bolpoinnya. Kuusap-usap keningku. Perih sekali. Dia jahat, ya?

"Kalo Pak Rezfan jadi cewek, udah aku jambakin tuh rambut"cibirku. Dia malah tertawa. Ish! Menyebalkan.

Aku menghentakkan kaki ku lalu beranjak pergi. Dia menarikku hanya untuk nilai? Dan ujung-ujungnya malah memukul keningku dengan bolpoinnya. Dia pikir rasa sakit di keningku sebercanda itu?

Aku berjalan dengan perlahan menuju kelas. Pasalnya sebentar lagi bel masuk untuk mapel kedua akan berbunyi, mumpung koridor lagi sepi aku memutuskan untuk melihat-lihat kearah seputaran sekolah ini.

Ga lama lagi aku akan angkat kaki dari sekolah ini. Ga lama lagi. Tinggal beberapa bulan. Setiap hari rasanya sangat cepat. Bahkan sampe tidak sadar bahwa sudah hampir tiga tahun lamanya aku berada di tempat ini.

Aku merasakan seseorang menyamakan langkahnya dengan langkahku. Saat aku berbalik, aku malah mendapati Adinata yang juga melihatku. Dia bersiul.

"Kamu kenal sama Pak Rezfan?"

Tetangga Baru (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang